cerpen: Niskala

11 1 0
                                        



"Prestasi tanpa apresiasi
Itu seperti ga ada apa²nya."
_Langit Bimantara_

Seorang laki laki bertubuh tegap dengan rambut yg sedikit acak acakan menatap ruangan yg bernuansa putih, matanya terus lurus kedepan tanpa mengubah pandangan, ia seolah tengah memikirkan sesuatu.

"Bang?"

panggil seorang gadis yg membuat lamunan lelaki itu buyar.

Lantas Ia menoleh.

"Mikirin apa? aku panggil panggil dari tadi ga denger."ucap seorang gadis yg diketahui bernama Lili.

"Bukan apa apa."jawabnya.

Lelaki yg diketahui bernama Langit itupun mulai melanjutkan aktifitasnya memijat kaki Lili yg semula, aktifitasnya terhenti karena ia melamun.

"Aku udah ga cape kok bang, makasih, ya."ucapnya sambil memindahkan tangan Langit dari kakinya.

"Kalo gitu makan."

Lalu Langit mengambil bubur yg didiamkan sedari tadi dan menyuapkannya kearah Lili, bukannya membuka mulut, Lili malah menutup rapat bibirnya.

"Kenapa?"tanya Langit.

"Belum nafsu bang, nggak enak."

"Biar cepet sembuh Li, harus dipaksain."

"Ayo, buka mulutnya."

Lili menggelengkan kepalanya pertanda ia tidak mau.

"Nanti ibu sama ayah bakal marah kalo kamu ga makan."nasehat Langit.

"Selama ini aku udah repotin Bang Langit terus, aku ga enak sama Abang."

Sekilas informasi, Langit Bimantara dan Lili Bimantara ini adalah sepupu, keduanya lahir dari keturunan marga Bimantara yakni karena ayah keduanya adalah adik kakak, selama ini, Lili mengidap penyakit gagal ginjal kronis stadium akhir, yg dimana setiap seminggu sekali ia harus melakukan cuci darah dan selalu ditemani oleh Langit, pasalnya orang tua Lili sangat sibuk dengan pekerjaannya dan ia dimintai oleh kedua orang tua Lili dan orang tuanya untuk menjaga Lili.

Dan karena kebiasaan Langit yg selalu bersama Lili, ia jadi sangat menyayangi Lili seperti adik kandungnya sendiri.

"Kalo bilang begitu lagi, Abang ga mau nemenin Lili."jawab langit, ia seperti tak suka dengan apa yg dikatakan oleh Lili.

Lili mengiyakan perkataan Langit, lagian ia sering bilang seperti itu tapi jawaban Langit tetaplah sama.

"Abang ga belajar?"

Langit menoleh"makanya Lo makan, biar gue belajar."

Karena merasa tidak enak akhirnya Lili memilih untuk makan.

"Biar Lili makan sendiri aja, Abang belajar. aku takut Abang dimarahin sama ayah dan ibu Abang kayak waktu itu."jelas Lili.

Seperti yg dikatakan Lili, Langit memang terlahir dengan segala tuntutan yg diberikan oleh orang tuanya, ia tidak pernah dibebaskan bermain dengan teman sebaya nya, justru, Langit selalu diharuskan untuk belajar setiap hari supaya prestasinya tidak menurun, dari kelas 1 SD sampai IX SMP langit selalu mendapatkan peringkat pertama dengan nilai diatas rata² berkat hasil belajarnya dan saat ini ia tengah menduduki bangku SMA kelas X, tapi itu semua tidak berjalan dengan baik, bukannya senang, justru Langit sangat bosan dan muak dengan segala prestasi dan tuntutan itu, namun sayangnya ia tak bisa berbuat apa apa selain menurutinya.

"Yaudah, tapi dimakan."

"Oke."

Merasa lega, akhirnya Langit memilih untuk membuka buku tebalnya untuk ia baca lagi.

CERPEN RANDOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang