Chapter 2

101 7 7
                                    

 "Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Keluar tidak mungkin karena mereka masih berkeliaran, untuk sementara ini aku hanya bisa diam disini dan menunggu sinyal dari Ken." Nevan berjalan mengamati sekeliling, melihat apakah ada yang bisa dia gunakan.

"Bingo~" Nevan merasa beruntung saat dia menemukan pipa bekas yang tersimpan disana.

"Tapi ini bisa berguna? Aku harus menemukan kelinci percobaan untuk mengetesnya." tepat setalah Nevan bergumam, suara rintihan terdengar.

"Ukhh-"

'Ketemu~' Nevan berjalan kearah suara lalu menemukan seorang murid yang terluka di bagian tangan, sepertinya dia sempat tergigit.

"Siapa disana?! " murid itu nampak ketakutan saat mendengarkan langkah kaki dan bayangan seseorang menyeret sebuah pipa.

"Halo, salam kenal~" Nevan mengangkat tinggi pipa itu sebelum memukulkannya ke kepala sangat murid berkali-kali.

Crakk (anggap ae bunyinya begitu, aku bingung gimana bunyinya)

************

"Kita harus bagaimana sekarang? Aku khawatir... " Kean bergumam pelan namun masih tetap di dengar oleh Vincent.

"Tenang saja, meskipun dia bodoh tapi dia tidak akan mati semudah itu" Vincent tersenyum tanpa dosa.

'Astaga, bisa-bisanya becanda di saat begini... '  batin Kean lelah.

"Untuk saat ini mari kita keluar, jujur saja sesak di saat kita berdempetan seperti ini di dalam loker."

"Okay" setelah melihat situasi lewat lubang di loker, mereka pun keluar.

"Sekarang bagaimana? Kita susul Nevan terlebih dahulu? Dilihat dari arahnya dia akan berlari ke gudang karena tidak mungkin dia lari ke arah kantin yang pastinya berbahaya. " Vincent berucap seraya memeriksa seluruh kelas itu, siapa tau menemukan hal berguna.

"Kalau begitu kita akan menyusulnya? Tapi kita harus memiliki sesuatu untuk pertahanan diri. " gumam Kean sebelum terkejut karena Vincent menepuknya.

"AAAK-"

"Tenang saja ini aku" Vincent dengan segera menutup mulut Kean, jika tidak para monster akan mendekati mereka karena mendegar suara.

"Jangan mengagetkanku, aku merasa nyawaku hampir melayang karenamu."

"Sorry." Vincent meringis merasa bersalah, ia tak menyangka Kean akan bereaksi seperti itu.

'Apakah ini terlalu berat untuknya? Bukankah ini hanyalah hal biasa? Um, mungkin karena Kean manusia jadi dia bereaksi seperti itu? Apakah reaksi Kean adalah hal wajar ketika melihat kejadian seperti ini? Aku tidak mengerti.' Vincent berpikir keras, jika terus seperti ini mungkin Kean akan tumbang dan itu berbahaya baginya.

(Kai : Si bang bang ini emang aneh, reaksi normal lah kalo misalnya lo ngalamin kejadian kek gini. Justru reaksi lo sama Nevan aneh, gak heran soalnya sama-sama stress 🗿☕)

"Oh iya, kenapa kamu membawa itu? Bukankah itu gagang sapu? Dan kemana bawahnya? " Kean terheran-heran melihat tingkah Vincent.

"Oh, untuk pertahanan diri. Aku juga menemukan tas penuh dengan makanan, ini bisa di bawa karena kita tak tahu kapan kita keluar dari sekolah ini. " ujar Vincent seraya menunjukan tas besar isi makanan itu, sepertinya yang punya doyan makan.

Bertahan Hidup Di Kota TertutupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang