Chapter 01

2.8K 101 1
                                        

***

Langit sore sudah mulai menggelap. Awan gelap semakin pekat, tanda langit akan segera meluapkan curah hujan yang sudah terlalu banyak tertampung. Namun gelapnya langit tidak menyurutkan orang-orang yang masih berlalu lalang di pasar. Hiruk pikuk masih saja bersahut sambut dengan gumuruh awan yang memberi tanda hujan akan mengguyur tanah di kota Midelva sebentar lagi.

Seorang pria gemuk berpakaian kumal menengadahkan wajahnya menatap langit.

"Sial kenapa harus turun hujan disaat aku baru mempersiapkan daganganku." Ia bergegas menyiapkan terpal tenda, sibuk mengaitkan tali diujung terpal di antara tiang-tiang yang sudah tersedia.

Gerak tangannya terhenti ketika ia melihat beberapa orang akan melewati dagangannya. 4 orang pria berpakaian formal berwarna hitam dan 1 wanita dewasa dengan gaun hitam berpadu warna maroon yang terkesan glamor berjalan kearahnya.

Wajah pria gemuk itu seketika sumringah mengetahui siapa yang singgah pada dagangannya.

Kaum atas.

Jika ia mampu menawarkan dagangannya dengan apik maka ia bak mendapatkan jackpot hari ini.

"Silahkan dilihat-lihat Nyonya dan Tuan sekalian." sambutnya dengan wajah kegirangan.

Wanita cantik itu mengedarkan pandangannya pada dagangan yang diperjualbelikan pria gemuk itu. Sedari tadi dia sudah berkeliling pasar, namun 'barang' yang ia inginkan belum juga ia temukan. Mencari 'barang' itu memang sulit, tidak ada yang pas dihatinya meskipun para pelayan sudah ratusan kali mencarikan 'barang' yang dia inginkan.

Karena itu, diwaktu senggangnya ia ingin mencarinya sendiri dan memang, ternyata melakukannya lebih melelahkan dari yang ia pikirkan.

Wanita itu menatap satu persatu dagangan penjual yang sibuk menawarkan dagangannya. Tapi sama saja seperti sebelumnya, tidak ada yg menarik di mata wanita berparas indah itu.

Mereka hendak melanjutkan langkah kakinya lagi, ketika telinga wanita itu menangkap suara batuk kecil tertahan yang terdengar seperti kucing bersin.

Matanya beralih pada sumber suara. Ia berjalan menuju pusat perhatiannya, tepat disudut tiang tempat si pria gemuk mengikat tali terpalnya. Wanita itu menurunkan tubuhnya sejajar dengan posisi penarik perhatiannya, tangannya yang putih pucat bak seorang vampir menyentuh rahang kumal seorang pemuda yang menundukan wajahnya, ia mendongakkan wajah pemuda itu hingga mata mereka bertemu. Manik biru kehijauan itu menatap wajahnya sekilas sebelum akhirnya ia menurunkan pandangannya. Secarik kain putih yang sudah berubah warna keabuabuan melingkar kuat di bibir pemuda itu.

Ya, pasar ini bukan sembarangan pasar yang menjual barang-barang umum yang biasa diperdagangkan orang-orang. Barang yang mereka perjualbelikan adalah manusia. Biasanya anak kecil yang dijual orang tuanya karena tidak sanggup untuk dihidupi atau orang-orang korban peperangan yang dibuang, mereka ditangkap lalu diedarkan kepada para pedagang dipasar penjualan manusia.

Pasar ini illegal namun pemerintah maupun pihak keamanan tidak terlalu ambil pusing selama penjual menyisihkan sebagian hasil penjualannya kepada mereka. Tidak ada hak asasi manusia di kota ini.

Pria gendut yang melihat calon pembelinya tertarik pada barang dagangannya tergopoh-gopoh mendekati wanita itu, "wah pilihanmu benar-benar bagus, Yang Mulia. Anak ini adalah produk unggulanku disini, ia tampan dan juga ideal. Cocok dijadikan apa saja yang kau mau. Kulitnya putih bersih jika dirawat dengan baik. Pilihanmu benar-benar berkelas, Nyonya. "

Pria itu merayu calon pembelinya dengan kata-kaya yang sama setiap ada pembeli yang menghampiri dagangannya. Merangkai kata-kata bagus yang berisi sedikit kebohongan.

Little Kitten Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang