‼️ Tools & scenes: handcuff, muzzle gag, red ropes, face chain. Softscenes and a lot of warmness kisses & touches.
***
"Ryn!" Panggil Misa membuka pintu kamar dengan terburu-buru.
Pemuda itu sedang duduk di lantai saat ini. Tangan terborgol di sisi ranjang tempat tidur. Dengan seutas tali kain berwarna merah yang menambah erat ikatan ditangannya.
"Hmmph..." Jawab pemuda itu yang sedang tidak bisa berbicara sekarang. Mulutnya ditutup dengan muzzle gag berwarna hitam, tidak hanya itu di balik mulut Ryn disumpal dengan kain dan ditutup selembar lakban hitam. Menambah kesulitannya untuk berbicara.
Kepalanya bergerak kesana kemari mengetahui Misa datang. Mencari keberadaan Misa dengan matanya yang ditutup dengan kain hitam yang lembut.
Sedari tadi ia bosan menunggu Misa datang dengan posisi yang terkekang seperti ini.
Tadi setelah sarapan, Misa mengikat dan meletakkannya disana karena wanita itu tiba-tiba berkata bahwa dia ada urusan sesaat. Ia bilang akan segera kembali tapi nyatanya Ryn menunggu Misa hampir lima jam lamanya dalam posisi duduk dan hanya bisa sesekali bergeser sedikit bersandar di sisi tempat tidur. Ingat, LIMA JAM!
Bayangkan saja bagaimana bosannya ia membunuh waktu yang membuat tubuh Ryn terasa pegal-pegal. Jika disuruh menunggu lebih lama lagi mungkin saat ini ia akan melebur bersama waktu.
"Hmmmmpphh!" Pekik Ryn memanggil Misa. Ia ingin segera keluar dari ikatan ini secepatnya.
Wanita itu tersenyum kecil dan segera menghampiri Ryn.
Ia berlutut menyamakan posisi dirinya dengan pemuda yang terbelenggu itu yang duduk di lantai.
Misa menangkup wajah Ryn dengan kedua tangan.
Mengusap-usap sisi depan leather gag yang menutup mulut Ryn.
"Anak pintar." Puji Misa karena melihat keadaan pemuda itu yang masih aman terkendali meski sudah ia tinggalkan cukup lama.
Tangannya bergerak memberi pat-pat halus di kepala Ryn.
"Mstmmhhh.. lmhh ghmpphh plmmhh..." Ryn masih berusaha memohon pada Misa dengan mulutnya yang tertutup. Berharap wanita itu bisa mengerti bahwa ia ingin dilepaskan saat ini juga.
Misa mengerti itu. Tangannya bergerak melepas tali yang mengikatnya di tiang tempat tidur.
Begitu tali terlepas, tiba-tiba saja tubuhnya terhuyung dan terangkat ke udara.
"MMPPHHH..!" Pekik Ryn sangat kaget.
Misa menggendongnya dengan mudah ala bridal style secara tiba-tiba.
Merasakan bagaimana dada Misa yang gemay berada tepat di sisi wajah Ryn sekarang.
Jika ia menjatuhkan kepalanya ke kanan, kepalanya akan segera mendarat diatas bantalan empuk yang bergerak.
Semburat kemerahan di pipi Ryn muncul seketika, mungkin akan terlihat jelas Misa pasti akan menertawakannya jika bukan karena benda-benda yang menutupi wajah menyelamatkannya dari rasa malu.
Ryn entah kenapa kali ini merasa lega berkat adanya benda-benda tersebut.
Misa tanpa berbicara sepatah kata pun meletakkan Ryn diatas kasur. Membuat punggung Ryn menangis bersyukur jika ia mampu karena akhirnya bisa beristirahat dan merebahkan tubuhnya yang sedari tadi menahan pegal.
Misa meraih tangan Ryn yang ia letakkan di depan dada, membuka genggaman tangan Ryn dan memasukkan buku-buku jarinya di jemari ramping pemuda itu.
Ia mencium punggung tangan Ryn lama.
Menghirup aroma wangi tangan Ryn dan kelembutan tangan pemuda itu.
"Mmmpph..." Ryn lagi-lagi masih berharap Misa akan melepaskannya.
Wanita itu menatap Ryn teduh, ia mengusap surai brown ash grey milik Ryn, dan berkata, "Besok kau akan hadir di acara pesta."
"Istri kakakku baru saja melahirkan seorang anak laki-laki. Aku sangat terkejut mendengarnya tadi. Bisa-bisanya aku baru menjadi auntie di umurku yang sudah 27 tahun ini. Aku sangat senang, kau tau ini adalah pencapaian terbesar orang-orang dirumah ini karena sekian lama menunggunya." Ucap Misa terus bercerita sambil mengusap rambut Ryn dan juga leather gag-nya.
Ryn hanya diam mendengarkan.
"Hari ini aku akan pergi menjenguk mereka di rumah sakit. Kau ikut denganku ya?" Tanya Misa lembut.
Ryn, ingin dibebaskan. Ia segera mengangguk cepat. Berpikir setidaknya jika ia ikut, Misa tidak akan mengikatnya seperti ini.
"Dan juga, karena nanti pesta akan diadakan, aku ingin meng-make over dirimu. Aku ingin wajah tampanmu memukau orang-orang yang hadir di pesta." Ucap Misa lirih.
Tangannya bergerak menyentuh mata Ryn yang tertutup.
Mengusapnya lembut dan menciumnya beberapa saat.
Ryn merasa kehangatan bibir Misa di atas matanya.
Tapi… Ia tidak yakin dengan perkataan terakhir Misa.
Bagaimana bisa?
Dirinya?
Memukau semua orang?Terlihat sangat mustahil bisa melakukan tugas berat itu baginya.
"Aku ingin merubah rambutmu menjadi warna hitam. Sepertinya kau akan sangat manis dengan warna itu. Boleh?" Tanya Misa lagi.
Mistress itu meminta izin dengan lembut pada slavenya itu!
Ryn yang bisa merasakan lembutnya Misa memperlakukan dirinya sejak kemarin, juga tulusnya permintaan Misa untuk mengubah warna rambutnya menggangguk pelan setelah ia berpikir sesaat.
Misa tersenyum senang mendapat respon yang ia inginkan.
Ia mencium bibir Ryn yang terbungkam.
Lanjutan ada di KARYAKARSA
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Kitten
FanfictionGenre: Slave, femdom, softbondage and ofc gagged, angst, and romance. "You're really a good kitten." Pujinya menatap Ryn senang. Ia mengusap rambut Ryn dengan lembut. Ryn mengeluh pelan karena ikatan bambu di mulutnya sedikit bergeser karena geraka...