02. Bertemu lagi

81 8 2
                                    

"Park Jeongwoo. Kapan dia akan kesini lagi, ayah?"

"Ayah tidak mengundang Jeongwoo lagi?"

"Apa ayah tidak mau mengajak Park Jeongwoo makan malam disini?"

"Kolega ayah, Park Jeong-

Hanbin menghela nafasnya lelah. Putranya itu terus menerus menanyakan Jeongwoo dan Jeongwoo hampir setiap hari selama sepekan terakhir.

Apa dia tidak bosan?

"Ayah tau Jeongwoo tampan, tapi dia jauh dari umurmu Haru-yaa. Berhenti mengharapkan rekan bisnis ayah, ya?" ucap Hanbin mendapat decakan dari sang putra.

Sejak saat itu Haruto tidak lagi menanyakan Jeongwoo.

Bahkan sampai dia lulus sekolah menengah atas, dan memulai kuliahnya. Haruto tidak pernah lagi bertemu pemilik manik wolfie itu.

Sampai dimana Haruto yang baru keluar cafe dengan temannya, tak sengaja menemukan Jeongwoo tengah berjabat tangan dengan seorang pria rapi berjas.

Pemuda berambut wolfcut itu menatap girang. Dia melemparkan kunci motornya pada temannya.

"Kau pulang sendiri, aku bersama teman." ucap Haruto sebelum berlari kearah Jeongwoo.

"YYAAA! HARUU!!" teriakan Yoshi bener bener diabaikan.

"Dasar bocah menyebalkan." gerutu Yoshi.

Brak!

Jeongwoo menatap kaget kursi samping mobilnya. Alis kanannya naik sebelah mendapati Haruto disana.

"Hai Jeongwoo-ssi, kita bertemu lagi." ucap Haruto dengan cengiran tanpa rasa bersalah diwajahnya.

"Apa kau tidak punya sopan santun? Masuk ke mobil seseorang sembarangan, tanpa permisi." komentar Jeongwoo.

Jeongwoo tidak menyukai seseorang yang tak tau aturan. Apalagi dia juga sedikit perfeksionis.

Haruto terdiam sesaat, "Ah itu?" dia menundukan kepalanya. "Maafkan aku." ucapnya.

"Aku tadi berjalan jalan disini, tapi tidak menemukan taxi sama sekali. Jujur saja, aku sudah berniat memesan tapi terlanjur melihatmu diujung jalan. Nah, kau kan berbudi luhur. Jadi, bisakah kau mengantarkan aku pulang?" ucap Haruto panjang lebar. Dia memang pandai mengarang.

"Kau tidak akan meninggalkan anak seusiaku sendirian ditepi jalan kan? Kalau aku diculik bagaimana?" kata Haruto melebih-lebihkan.

"Siapa yang akan menculik bocah banyak bicara sepertimu?" tanya Jeongwoo datar.

Benar juga.

Selain banyak omong, Haruto juga susah dikontrol. Yang ada orang itu babak belur duluan sebelum berhasil menculiknya.

"Apa kau selalu seperti ini?" tanya Haruto.

Jeongwoo mengernyit bingung, "Maksudmu?"

"Berbicara dengan wajah datar. Apa kau selalu seperti itu?" ucap Haruto menunggu jawaban.

"Tidak selalu. Kenapa memangnya?" balas Jeongwoo heran.

"Tidak apa-apa. Hanya saja kau tampan dengan muka datar dan entah kenapa aku merasa kalau tersenyum kau akan lebih tampan." kata Haruto, tanpa penyaringan.

Jeongwoo tergelak, dan Haruto diam sesaat menatapnya.

"Sialan. Ini jauh lebih dari kata tampan." pelan Haruto, masih bisa Jeongwoo dengar jelas ditelinganya.

Lelaki libra itu semakin tergelak. Menggeleng pelan tak habis pikir dengan anak sang kolega bisnisnya.

Jeongwoo tau dari awal, jika ajakan bioskop beberapa bulan lalu adalah awal dari ketertarikan Haruto padanya.

Namun Haruto hanyalah pemuda yang sedang dalam masa puber, jadi Jeongwoo tidak terlalu mempermasalahkan itu.

Makanya dia tidak kaget jika sekarang Haruto seblak blakan ini padanya.

"Kenapa? Kau ingin mengajak pria tampan ini berkencan?" ucap Jeongwoo yang Haruto tau itu adalah gurauan.

"Bolehkah?" tanya Haruto polos.

Tidak ada salahnya untuk mencari celah disetiap situasi kan?

"Sudah jelas jawabannya tidak, bocah." kata Jeongwoo.

Haruto mendengus, "Padahal aku berharap kau mengiyakan, aku sudah bersiap untuk menciummu bahkan." katanya.

Jeongwoo menggeleng tak habis pikir. Haruto adalah tipe yang semakin diladeni akan semakin nekat.

Jadi lebih baik Jeongwoo mengakhiri disini saja.

"Pakai seat beltmu. Aku akan mengantarmu pulang." titah Jeongwoo, memutar kunci mobilnya.

Dan Haruto mendehem menurut, dia tersenyum lebar.

Haruto belajar banyak bagaimana caranya menaklukkan musuh, bagaimana mengira ngira situasi mana yang membuatnya akan menang ataupun akan kalah telak.

Ini bukan soal strategi perkelahian, tapi ibaratkan saja itu sama. Seperti dia menaklukkan panglima sekolah lain dulu, Haruto akan berusaha juga menaklukkan Park Jeongwoo.



_________

Park Jeongwoo



Watanabe Haruto

Like A Moon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang