03. Hyung?

101 9 1
                                    

"Jeongwoo-ssi." panggil Haruto.

Jeongwoo menyahut pelan, "Ya?" dengan pandangan masih fokus pada kemudi.

"Aku penasaran, berapa umurmu?" tanya Haruto.

"Aku pikir kau sudah tau." kata Jeongwoo, mendapat gelengan dari lelaki manis disampingnya.

Pantas saja pemuda itu gencar mendekatinya, Haruto pasti berfikir jika umur mereka tidak berbeda jauh.

"26 tahun." balas Jeongwoo.

"Wow, jadi kita berbeda 6 tahun? Aku tidak menduga kau setua itu dengan wajah setampan ini." ucap Haruto santai.

Jeongwoo tergelak, "Mendadak tidak berniat mengejarku lagi, eh?"

Jeongwoo kira Haruto akan mundur setelah tau perbedaan umur mereka, tapi Haruto tetaplah Haruto.

"Tidak juga. Aku bertanya tadi karena bingung ingin memanggilmu apa." kelah Haruto, melirik lambu lalu lintas yang berubah hijau.

"Jadi sekarang sudah tau?"

"Hmm, Ahjussi." kata Haruto sambil terkikik keras, tawanya meledak didalam mobil.

Entah kenapa itu terdengar manis ditelinga Jeongwoo. Padahal bocah itu tengah mengatainya.

"Aku 26, bukannya 36. Kau yang benar saja, bocah." Jeongwoo tidak terima, dia tidak setua itu.

"Kan! Kan! Lihat itu, kau mengomel seperti ayahku." papar Haruto.

"Atau kau mau aku panggil Ayah saja?" Haruto tertawa geli sendiri membayangkan panggilan itu.

"Berhenti bercanda." tegur Jeongwoo, intonasinya biasa namun Haruto tau jika Jeongwoo tengah kesal sekarang.

"Baiklah. Maafkan aku, Jeongwoo-hyung." ucap Haruto.

Jeongwoo tersenyum tipis, panggilan hyung tidak buruk juga. Itu terdengar menggemaskan ketika Haruto yang mengatakannya.

"Kau suka aku panggil hyung? Tapi aku tidak suka. Jadi aku akan panggil kau Jeongwoo saja." dan kalimat itu berhasil membuat Jeongwoo melongo.

Haruto memang sukar ditebak. Dan Jeongwoo tidak akan protes, biarkan saja anak itu akan memanggilnya apa.

"Terserah kau saja." pasrahnya.

Hening cukup lama, sampai suara Haruto menginstruksi pembicaraan.

"Jeongwoo." panggil Haruto.

"Hmm." Jeongwoo mendehem pelan.

"Jeongwoo." panggil Haruto lagi.

"Ya?" Jeongwoo menyahut.

"Jeongwoo." lagi, Haruto memanggil.

Jeongwoo menghela nafasnya pelan sebelum kembali menyahut, "Kenapa, Haruto?" tanyanya.

Haruto hanya membalas Jeongwoo dengan kekehan ringan.

"Tidak apa-apa, hanya memanggil namamu saja." kata Haruto.

Jeongwoo tidak paham dengan isi otak bocah itu.

"Jeongwoo, berapa kali dalam seminggu kau check in hotel?" Jeongwoo bahkan tidak pernah berfikir jika Haruto akan bertanya dengan pertanyaan seperti ini.

Apa bocah ini gila?

"2 kali? Oh 3 kali? atau 4 kali? Tidak mungkin setiap hari kan?" spekulasi ini muncul ketika Jeongwoo tidak juga menjawab Haruto.

"Berhenti menanyakan hal tidak jelas, bocah." Haruto mendengus mendengar nada kekesalan Jeongwoo.

Dia kan cuma ingin memastikan?

"Kalau begitu, ajari aku cara menggaet orang." ucap Haruto.

Apa ini termasuk kalimat tidak jelas juga? Haruto yakin bukan. Jadi, Jeongwoo harusnya tidak marah karena dia meminta sebuah tips kan?

Jeongwoo melirik Haruto dengan pandangan menilai. "Dengan penampilan serta visualmu yang sekarang, aku yakin banyak yang mengantri berharap kau kencani." katanya.

"Apa kau akan mengantri untuk aku kencani juga?" tanya Haruto.

Jeongwoo tertawa kecil, tidak mengiyakan ataupun menbantahnya.

Jeongwoo ini benar benar hebat dalam menarik ulur seseorang, itu sedikit menjengkelkan.

"Oh ayolah, kau bisa bilang iya. Meski aku pemula di ranjang tapi kau bisa mengajariku kan, Hyung?"

Makin lama bocah itu semakin membahas hal yang tidak-tidak.

"Sudah sampai, turunlah." titah Jeongwoo.

Haruto memandang sekitar, mereka sudah berada dihalaman depan rumahnya. Pemuda manis itu menggerutu.

Dia masih ingin berlama lama dengan Jeongwoo.

"Apa tidak bisa memutari jalanan kota satu kali lagi?" pinta Haruto.

"Pekerjaanku masih banyak di kantor, beruntung aku masih mau mengantarmu. Turunlah." Jeongwoo mengusirnya.

"Sebelum aku turun, ayo buat perjanjian." ucap Haruto.

Jeongwoo menatap jengah. Apalagi sekarang?

"Cepat katakan."

"Berjanjilah untuk menonton film besok malam denganku. Kau belum mengiyakan ajakanku setengah tahun lalu." papar Haruto.

"Baiklah, cepat keluar sana."

Jeongwoo mengiyakan saja daripada harus bermalam disini karena Haruto tidak akan melepaskannya begitu saja.

Dia masih ada rapat.

Jadi, mari buat ini lebih cepat.

"Benarkan? Kau berjanji kan?" tanya Haruto memastikan.

Jeongwoo mengangguk. Haruto memincing, masih menatap Jeongwoo tak percaya.

Jeongwoo menghela nafas pelan menatap jari kelingking Haruto, dia menautkannya dengan kelingkingnya.

Dasar kekanakan.

"Oke kau sudah berjanji, awas kalau tidak ditepati."

"Iya, cepat keluar. Aku ada rapat."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Like A Moon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang