Welcome.
.
.
.
.Kini seluruh siswa diperbolehkan pulang. Higo dengan kedua sahabatnya berjalan beriringan menuju parkiran. Sembari saling melemparkan candaan yang membuat mereka terlihat bahagia.
"Mau main ga nanti malam? Gue ngelarang lo buat balapan selama seminggu sebagai hukuman!" Higo hanya mendengus mendengar penuturan Sabiru, sifat posesif nya kembali.
"Terserah deh, dan kayanya gue ga bakal keluar kayanya malam ini. Soalnya Opa, Oma suruh makan malam" ujar Higo, keduanya hanya menggangguk paham.
Higo menaiki motornya begitu pula dengan kedua sahabatnya. Ia membunyikan klakson pertanda pamit kepada Sabiru dan Jiyo.
Saat melalui halte, ia melihat Chavin yang sedang menunggu jemputan. Chavin sempat menatap Higo, namun anak itu acuh dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Katakan jika ia jahat, namun Higo tak akan bersikap demikian jika tidak ada yang memulai
.
.
.Matahari yang awalnya dengan sempurna menampilkan rupanya, kini hilang dan digantikan oleh bulan yang tak kalah indah.
Kini, seluruhnya telah menyelesaikan acara makan malamnya. Tak banyak obrolan saat makan karena sang Opa penganut jika sedang makan dilarang mengobrol.
Seperti ucapan tetua pagi tadi, tidak ada yang beranjak dari tempat duduknya.
Kini sang kakek memprioritaskan pandangannya terhadap salah satu anaknya yaitu Joddy. Joddy merasa pembicaraan kali ini sangat serius, terlihat dari raut wajah sang ayah
"Pertama, Papa tidak akan basa-basi. Papa cuma mau tau, bagaimana sikapmu kepada seluruh anakmu?" Tanya sang tetua, ia hanya ingin mengetahui bagaimana cara anaknya memperlakukan cucunya.
Joddy dengan santai menjawab, "not bad, aku hanya menjalankan peranku seperti seorang ayah. Membantu Marvel mempelajari tentang perusahaan, memperhatikan dua bungsu, mengajarkan beberapa bisnis kepada Jaydan dan Navian, serta membelikan terapi lukis untuk Reece"
Oh tidak, sadarkah pria ini bahwa ia melupakan salah satu anaknya?
"Apakah kini anakmu hanya 6 Joddy? Lalu apa yang telah kau lakukan untuk cucu ku Higo?" Higo hanya diam, ia terlalu malas melihat drama yang akan Joddy tampilkan. Sementara Joddy kembali kelimpungan, mengapa ia melupakan anak itu?
"Ah, aku mendengarkan seluruh keluh kesah anakku yang satu ini dad, karena seperti yang kau tau, jika dia sedikit 'pembantah'. Dan aku rasa ia membutuhkan pendengar, maka dari itu aku bersiap mendengarkan nya, bukan begitu Higo?"
Ucap Joddy sembari menatap Higo, namun dengan lirikan tajam. Apa apaan tatapan itu!? Apakah ia pikir Higo akan tunduk dengan tatapan itu?
"Ya, ya, ya. Bela dirimu setinggi mungkin tuan Joddy. Saya tidak akan membantah itu selagi anda senang" jawaban itu sangat santai, bahkan Higo menantang mata elang itu untuk beradu tatapan. Sementara orangtua dari Joddy hanya menatap Higo lamat pertanda tidak mengerti.
"Oh, apakah aku perlu memberi pembelaan? Baiklah, pertama, dari awal Opa bertanya ia bahkan melupakan ku bukan? Hal itu bahkan telah menjelaskan semuanya, aku tahu Opa paham" Higo menjelaskan dengan kata yang kurang jelas namun bisa dipahami oleh yang lebih tua.
Terry Aditama, sang kepala keluarga kini yang sudah mengerti apa maksud dari salah satu cucunya menatap Joddy dengan pandangan marah,
"Jangan katakan padaku kau membencinya karena kejadian beberapa tahun silam? Atau karena perbedaan kulit Higo dengan anakmu yang lain? Apakah kau akan tetap mengatakan jika ia bukan anakmu?" Setelah Terry mengatakan hal itu, seisi ruangan diam.
Sementara Higo, oknum yang menjadi topik utama ikut terdiam. Apa kesalahan yang ia perbuat hingga membuat Ayah serta saudaranya membencinya? Dan, apa maksud dari ucapan sang Opa saat ini?
Higo menatap Joddy lamat, Joddy sempat menatap mata hazel itu, tersirat jika Higo tengah meminta penjelasan kepadanya, namun dengan tatapan yang sedikit menyendu?
"Biarkan dia mencari tahu sendiri apa kesalahannya, jangan memberi tahunya" jawaban singkat itu membuat Higo naik pitam. Ia tanpa basa basi meninggalkan meja itu dengan sedikit gebrakan pada meja yang membuat semua mata memandangnya.
Ia memasuki kamarnya, hanya terdiam sembari memandang bulan dan bintang yang sedang berusaha menyinari malam yang gelap. Mengapa rasanya dunia seakan tidak adil kepadanya, mengapa dari dulu ia tidak pernah mendapatkan kebahagianya?
Raga itu tetap berusaha membendung tangisan pilu yang seakan siap keluar kapan saja, namun ia memilih untuk menahan karena tidak ingin terlihat lemah, walau sedang sendiri.
Setelah rasanya cukup akan lamunannya, ia memutuskan untuk mengambil 1 pil obat yang selalu ia sediakan didalam rak disamping ranjangnya.
Meminum pil itu tanpa bantuan air, dan terdiam sejenak sebelum kantuk melanda dirinya.
.
.
.Sedangkan ruang bawah, hanya terdiam dan perlahan bubar satu persatu tanpa ucapan pamit.
Hayyie❗semoga suka ya
Aku jujur seneng banget udah ada yang mau bantu vote, makasi yap 🤧
Kalau suka jangan lupa vote sama komen
See you~
Sabtu/26/10/2024
KAMU SEDANG MEMBACA
HIGO STORY [haechan ft. dream]
Randomwe don't have a description, just read it because this is not a secret book. I hope you like it! #BAKU&NONBAKU #BROTHERSHIP #FAMILY ❗WARNING❗