Welcome.
.
.
.
.Kemarin, Terry bersama istrinya telah pulang kembali ke kediaman mereka. Caroline yang menjabat sebagai Nenek dari Higo dan yang lain sudah berusaha membujuk sang cucu untuk keluar agar ia dengan sang suami agar bisa berpamitan, namun mereka tak mendapatkan jawaban.
"Ck, biarin ajalah Ma, nanti aku yang ngomong" jawab Joddy.
Akhirnya dengan lesu Caroline berpamitan kepada anak dan cucunya yang berada didekatnya. Setelah keduanya pergi, Joddy bersama 6 anaknya memutuskan untuk melakukan aktivitas mereka masing-masing.
Sementara Higo, ia mendengar semua bujukan dari sang Oma, namun karena terlalu malas melihat muka Ayah beserta saudaranya, ia hanya diam sembari memainkan handphone nya.
Menunggu kurang lebih 1 jam hingga situasi aman, ia memutuskan untuk mencari Cafe terdekat yang aman untuk bersantai.
Setelah mencari referensi, ia akhirnya menemukan letak Cafe yang berada tak jauh dari kediamannya. Tanpa basa basi ia mengambil beberapa keperluan tugas yang akan ia kerjakan di Cafe itu.
Setelah memasukkan semuanya kedalam ransel, ia mengambil kunci motor kesayangannya dan melajukan motornya kurang lebih 25 menit dari rumahnya.
Sial, karena drama pagi ini ia harus melewati sekolahnya, untung sahabatnya dengan baik hati mengirimkan beberapa materi dan tugas yang diberikan saat itu juga.
Untungnya tugas yang diberikan hanya sedikit, jadi Higo bisa menikmati beberapa sajian makanan yang telah ia pesan sebelumnya.
Namun kini ia bosan, memutuskan untuk membereskan barang bawaan miliknya dan membayar semua makanan yang ia pesan kepada kasir.
Setelahnya, ia mengendarai motor miliknya kembali kerumah sekedar untuk meletakkan tugas dan laptop yang ia bawa di ransel, lalu keluar rumah dan menuju tempat yang cukup lama tidak ia kunjungi.
Setelah berkendara sekitar beberapa menit, ia akhirnya tiba di tempat tujuannya, yaitu basecamp.
Memarkirkan motor kesayangan miliknya dan memasuki sebuah rumah minimalis yang di beri beberapa fasilitas santai ala anak muda agar terkesan nyaman saat sedang berkumpul.
Fyi, Higo tidak pernah melakukan sifat yang keluarganya katakan, memang ia hobi bertengkar atau balapan, namun terkadang hasil yang ia peroleh ia sumbangkan untuk orang yang membutuhkan.
Begitu juga dengan berkelahi, atau istilah gaulnya tawuran. Ia melakukan itu terkadang membantu beberapa pedagang yang dirampok, namun ia juga tidak menyangkal bahwa ia juga pernah mengikuti tawuran seperti tawuran antar sekolah.
Namun, orang lain hanya melihat sekilas saja tanpa ingin mengetahui sebenarnya. Higo tidak masalah, selagi itu belum melewati batas.
Okay, back to topic. Saat memasuki rumah itu, ia menjumpai beberapa temannya. Mereka saling menyapa Higo dan Higo membalas sapaan itu.
Ia mengambil minuman kaleng sebelum bergabung dengan segerombolan temannya yang sedang duduk melingkar.
Mereka mulai membahas segala topik, bahkan hal konyol pun tidak lepas dari topiknya. Tanpa terasa hari sudah sore dan Higo merasa badannya lengket.
Ia memutuskan untuk pamit dan kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia menemukan Reece yang sedang membaca buku dan Jaydan yang asik bermain handphone.
Higo berjalan acuh tanpa menoleh kearah dua pemuda itu, Reece secara tiba-tiba memanggil dirinya yang mengharuskan nya untuk berhenti.
"Higo, tunggu" Higo berbalik badan.
"Gue harap buat seminggu ini lo jangan buat masalah dulu. Kita semua lagi sibuk sama scendule kita, dan lo, jangan buat semua orang pusing" ucap Reece.
Higo mendelik, "lah terus? Apa urusannya sama gue? Lagian emang kalian pernah selesaiin masalah gue? Gausah sok sibuk deh!" Setelah mengatakan itu, ia melenggang menuju kamar.
Sementara Reece terdiam menyadari ucapan Higo, begitu pula Jaydan. Sebenarnya ia ingin meledek Reece namun ia tidak ingin terkesan membela Higo.
.
.
."Marvel, Ayah perlu bantuan mu" ucap Joddy, kini mereka makan malam dan tentu saja tanpa Higo.
Sebelum Marvel menjawab, Terdengar langkah kaki seseorang yang berjalan menuruni tangga, yang ternyata langkah kaki Higo.
Pemuda itu hanya melirik sekilas lalu melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan beberapa mata yang sedang menatapnya.
Marvel berdehem lalu kembali menjawab, "bantuan apa yah?" Tanyanya.
"Kamu awasi anak itu, liat apa kesehariannya. Begitu pula dengan kalian" tunjuk Joddy kepada enam anaknya.
"But, for what?" Heran Marvel. Joddy terdiam sejenak sebelum menjawab,
"Tidak ada, hanya saja Ayah rasa cukup untuk membencinya" mendengar itu, semuanya menampilkan raut tak terbaca.
"Tapi yah, dia yang buat Ibu pergi!" Ujar Navian tak terima.
"Ayah tau, namun itu bukan sepenuhnya salahnya. Jika memang kalian belum bisa memaafkannya, tidak apa. Namun pastikan kalian memaafkannya, Ayah pamit" jawab Joddy dan menuju ruang kerjanya.
Sedangkan yang tersisa hanya menghabiskan makanannya. Marvel, Reece dan Jaydan yang sudah selesai memutuskan untuk ikut pamit menuju kamarnya masing masing.
Namun Marvel membiarkan kedua adiknya untuk pergi terlebih dahulu, setelahnya ia menatap 3 adiknya yang lain.
"Abang tau kalian belum mau memaafkannya karena kejadian beberapa tahun lalu. Abang juga tau kalau kalian masih merasa marah karena dia yang membuat Ibu pergi dan kalian hanya mendapat sedikit kasih sayang, abang tau"
"Tapi, kalian jangan egois. Dia juga tidak mendapatkannya, seperti kalian. Jadi, abang harap kalian memikirkannya dengan baik" itu nasihat yang Marvel berikan sebelum pergi. Meninggalkan 3 orang yang berlarut dalam pikirannya.
●●●
Hayyie❗❗ i'm back
Aku lagi usaha biar cerita ini gak flat, tapi semoga kalian suka yap
Kalau suka jangan lupa vote sama komen
See you~
Jumat/01/11/2024
KAMU SEDANG MEMBACA
HIGO STORY [haechan ft. dream]
Randomwe don't have a description, just read it because this is not a secret book. I hope you like it! #BAKU&NONBAKU #BROTHERSHIP #FAMILY ❗WARNING❗