bab 4 >> AUTOPSI

0 0 0
                                    

Seminggu sudah berlalu sejak kejadian kebakaran dirumah nenek Rosa. Dan baru saja 2 hari yang lalu Edwin serta Kania menerima hasil autopsi nenek Rosa.

Yang menunjukkan jika penyebab kematian nenek Rosa bukan karena asap kebakaran melainkan memang karena saat itu penyakit jantung beliau sedang kambuh.

Sedangkan para pelayan dirumah itu baru saja pergi untuk beristirahat setelah seharian bekerja. Itulah sebabnya nenek Rosa hanya sendirian dikamar.

Kania sempat bertanya kepada dokter ketua tim forensik yang memeriksa mertuanya tersebut,

Kenapa nenek Rosa bisa dinyatakan meninggal tanpa terhirup asap sama sekali? Padahal saat itu sebagian besar rumah sudah dilahap api.

Itu karena kamar nenek Rosa berada di lantai dua dan berada diujung, berdekatan dengan ruang belajar.

Asap masih belum menjangkau tempat itu untuk masuk kedalam kamar nenek Rosa. Dan paru-paru nenek Rosa juga tidak ditemukannya hal mencurigakan.

Semua organ tubuhnya baik-baik saja meski tidak seluruhnya berfungsi dengan baik karena usia.

Hanya jantung nya saja yang terlihat ada sedikit pembengkakan pada bagian depan, mungkin karena saat penyakitnya kambuh,
Nenek Rosa memukul-mukul dada.

Berharap rasa sakit itu berkurang. Namun jantungnya jusru berhenti berdetak dan nenek Rosa jatuh dari atas tempat tidur.

Begitulah hasil pengamatan yang dilakukan tim forensik saat memeriksa TKP.

Nenek Rosa ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri dengan posisi tengkurap dilantai.

Jadi, begitu lah Kania menjelaskan kepada sang putri. Anaknya yang terkenal ceria dan banyak bicara, mendadak jadi pendiam.

Sudah seminggu kejadian kebakaran itu dan sudah selama itu juga Bintang tidak pernah keluar dari kamarnya.

Segala cara sudah dilakukan Edwin dan Kania untuk meyakinkan putri mereka jika dia sama sekali tidak bersalah. 

Namun Bintang tetap tidak bisa menerima kemat**n nenek Rosa dan terus menyalahkan dirinya sendiri.

Hingga sore harinya saat Kania kembali membawakan nampan berisi makanan untuk Bintang.

Kania tau jika Bintang tetap tidak akan membukakan pintu. Namun dia tetap yakin jika Bintang pasti akan mau bicara dengannya.

"Bintang, nak buka pintunya sayang. Mama udah bawain makanan kesukaan kamu nih, salad alpukat. Ayo, makan dulu ya?". 

Kania tidak bisa menahan agar suaranya stabil. Tiba-tiba saja air sudah menggenang di pelupuk mata.

Sebisa mungkin Kania meredam tangisnya agar tidak terdengar. Dia ingin meyakinkan Bintang jika semua yang sudah terjadi itu bukan karena kesalahan Bintang.

Tapi memang kata-kata tidak semudah perbuatan. Kania tidak mampu mengontrol dirinya hingga kini suara isakan terdengar.

Tanpa diduga, pintu kamar terbuka dari dalam. Terlihat oleh pandangan Kania didepannya kini ada Bintang.

Gadis cantik nan ceria itu telah berubah menjadi gadis yang murung dan tanpa senyuman diwajahnya. Bahkan kantung matanya sampai hitam dan bengkak.

"Bintang?". Kania langsung memeluk Bintang dengan erat dan menghujani gadis itu ciuman diwajah.

Terasa bagi Kania tubuh Bintang lemah dan kurus. Bahkan Kania bisa merasakan jika tubuh Bintang sangat dingin. Wajah pucat, tubuh kurus, mata panda, dan rambut yang tidak karuan potongannya.

"Ya Tuhan, anakku...". Kembali Kania menangis dengan suara yang tak mampu ditahan. Dipeluknya erat gadis itu seakan ingin menyalurkan kekuatan.

Tiba-tiba terdengar pintu dikamar sebelah yang dibuka. Keluar dari sana seorang remaja jangkung memakai jersey basket dan berjalan melewati kamar Bintang.

Sakitnya Cinta Sepihak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang