Pagi itu juga Bintang bersiap dibantu oleh Kania untuk pergi ke Australia. Meski Kania sudah berulang kali membujuk Bintang agar mengurungkan niat keluar negeri,
Tetapi gadis itu tidak tergugah. Dia bersikukuh akan pergi keluar negeri untuk menenangkan diri.
"Kamu yakin sayang? Mau pergi tinggalin mama?". Tanya Kania untuk kesekian kalinya.
Bintang diam tak menjawab. Dirinya hanya fokus memasukkan pakaian kedalam koper. Tidak ada lagi celotehan yang terdengar membuat rumah menjadi sepi.
Ditambah nanti ketika Bintang benar-benar telah pergi, maka rumah akan semakin sepi. Kania hanya menghela nafas nya berharap air mata tak lagi keluar.
Selama 15 tahun Bintang tidak pernah terpisah jauh dengan Kania. Tentu ini merupakan hal terberat bagi seorang ibu.
Bintang berbalik dan memeluk Kania. "Tolong biarin Bintang tenangin diri di Aussie mah. Bintang gak sanggup kalo harus balik sekolah sekarang".
"Tapi apa kamu yakin, nak? Tinggal diluar negeri itu gak gampang. Apalagi kamu anak perempuan mama satu-satunya".
"Abang juga anak cowok mama satu-satunya dan dia bebas kemana aja. Jangan khawatir. Bintang cuma pengen tetap waras mah".
Bintang mengurai pelukan dan kembali menutup kopernya. Setelah semua siap, Bintang berlalu mengambil handuk untuk mandi.
Begitu melihat Bintang masuk kekamar mandi, Kania melihat Antariksa yang baru saja pulang.
Wajahnya nampak letih dan tak ada senyum sedikitpun saat melihat sang mama datang menghampiri.
Antariksa langsung meraih handuk sebab di apartement, dia tak sempat mandi.
"abang". panggil Kania namun tidak mendapat respon dari empunya nama.
"abang, mama mau ngomong sama kamu nak". langkah Antariksa pun berhenti.
remaja 15 tahun itu berbalik dan kembali duduk ditepian kasur. Kania duduk disebelah Antariksa dan menyentuh lengannya dengan lembut.
"gimana latihannya? pasti sulit ya? mama dengar pertandingan kamu tinggal seminggu lagi".
"langsung ngomong intinya aja mah. Abang harus siap-siap buat pergi sekolah".
Antariksa menarik lengannya namun Kania kembali menggenggam tangan putranya itu.
"adek kamu mau pindah ke Australia dan berangkat pagi ini".
Antariksa sedikit melirik wajah Kania yang nampak sangat sedih saat mengatakan itu.
"bagus deh kalo gitu. kalo perlu dia gak usah balik lagi kerumah ini". jawab Antarika dengan nada yang ketus.
"abang, kok ngomongnya begitu?".
"ya terus abang mesti gimana? lagian dia ke Aussie itu cuma mau kabur dari kesalahan yang dia perbuat ke nenek kan?".
Antariksa menatap kedua mata Kania. terlihat kedua matanya mulai memerah.
"udah cukup ya mah, selama seminggu ini mama bujukin Atta terus. mau sampai kapanpun, Atta tetap anggap dia sebagai pembu**h nenek".
Antariksa berdiri sambil menyeka setitik bulir bening di pipinya yang mulai luruh.
"abang--".
"--dan sampai kapanpun Atta bakal tetap benci sama dia".
Antariksa berbalik dan pergi menuju kamar mandi. tubuh remaja itu langsung terduduk dilantai kamar mandi yang dingin.
dia begitu menyayangi sang nenek dan sangat merindukannya. dia tidak percaya jika nenek Rosa akan pergi secepat ini.
namun sayang, nama Bintang sudah tersemat didalam hati Antariksa bukan lagi sebagai adik. melainkan orang yang sudah menghilangkan nyaw* neneknya tersayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakitnya Cinta Sepihak
Teen Fictiondua remaja yang selama belasan tahun dianggap kembar tetapi memiliki banyak rahasia. Bintang terpaksa harus dinikahi Antariksa yang selalu dianggap saudara kembarnya sendiri sebab sebuah kejadian nahas. namun kesalahpahaman terus terjadi diantara me...