6.Malam pertama

233 6 0
                                    

happy reading

                                             ...................

Ceklek.

Ayra memasuki kamar zidan dengan pandangan yang menyusuri seluruh sudut ruang. Kamar ini tampak berbeda dari terakhir kali ia menginjakkan kakinya di sini. Dua hari lalu tampak terang dan rapih, tapi sekarang terlihat remang-remang dan banyak sekali kelopak bunga mawar merah di lantai dan di kasur. Ini seperti kamar pengantin.

"Saya tidur di kamar sebelah aja Om," ucap Ayra berbalik badan. Sebelum sempat ayra berlari zidan sudah mencekal gaun bagian belakang meyra membuat langkah ayra terhambat.

"Mau kabur kamu?" zidan sudah tau akal pikiran gadis kecil itu. Tangannya menarik gaun itu membuat ayra memundurkan langkahnya.

"Em... Gini Om, kan laki-laki sama perempuan ngga boleh dalam satu kamar bareng nanti jadinya fitnah."

"Kan udah sah, malah sunah bukan fitnah." zidan menaik turunkan alisnya. Sungguh, ayra melihat zidan sebagai sosok yang berbeda ketika mereka hanya berdua saja, sangat mesum.

Ayra memutar otaknya lagi agar ia tidak tidur sekamar dengan zidan. "Om saya mau ngerjain tugas yang harus dikumpulin besok."

"Yakin? Bukannya seminggu ke depan ngga pernah ada tugas?" Ayra menyergitkan alisnya heran, kok Om zidan bisa tau semuanya. Lagian semua guru sepertinya sedang sangat senang, sampai-sampai membebaskan tugas bagi murid-muridnya.

Zidan menyeringai, semua itu ulahnya sendiri. zidan meminta tidak ada tugas di sekolah agar Ayra tidak bisa mengelak.

"Em, say-"

"Saya ngga terima penolakan," tegas zidan sembari melepas tuxedonya. Gerah sekali rasanya.

Zidan melipat kemeja bagian lengan lalu mendorong dan menjatuhkan tubuh kecil Ayra ke atas kasur yang penuh dengan kelopak bunga mawar merah yang aromanya begitu semerbak.

"Om jangan mesum ya!" sembari menggulingkan tubuhnya sampai jatuh ke lantai. Tidak apa sakit, yang penting bebas dari kemesuman om om itu.

Ayra berlari ke arah pintu yang ternyata sudah dikunci. Sejak kapan zidan menguncinya? Tentu saja bukan zidan, ini pasti ulah Mama Mertuanya. Ayra menghela napas lalu berhenti dari usahanya, Ayra membalikkan badan dan terpampanglah wajah menyebalkan zidan yang sedang duduk bersedekap di tepi ranjang.

"Ngga bisa?" ledek zidan saat Ayra berjalan menghampirinya.

"Om..." Ayra duduk perlahan di samping Zidan. "Om tidurnya di sana ya, kasian om sama anak sekolah, besok bisa telat loh kalo ngga tidue cepet," rayu Ayra sembari menunjuk sofa.

Zidan membulatkan matanya. Apa? Dirinya kan yang punya kamar, bagaimana bisa malah dirinya yang diusir dari kasurnya sendiri.

"Enak aja! Kalo ngga mau satu ranjang ya udah sana kamu aja yang di sana. Saya ngantuk, mau tidur. Huss huss awas sanaa," usir zidan sembari merangkak di atas kasur.

Dengan cepat Ayra menarik selimut, bantal dan bantal guling untuk ia bawa ke sofa. zidan melongo saat yang tersisa hanya kasur yang ia pijak.

"Apa? Impas kan? Om dapat kasurnya, saya dapet selimut, bantal, sama gulingnya," ucap Ayra saat zidan menatapnya sengit.

Zidan membuang napasnya kasar. Memilih mengambil selimut baru di dalam lemari, untungnya masih ada selimut, hanya saja tidak ada bantal dan guling. Mana bocah itu ambil kedua bantalnya lagi.

Mereka masih saling menatap penuh permusuhan, sampai akhirnya Ayra mengantuk lalu membalikkan badannya agar tidak melihat wajah menyebalkan zidan.

00000

ISTRI KECIL SANG CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang