Silas menarik napas, beberapa kali menarik kerah jasnya menutupi bekas ciuman Roya yang berserakan disepanjang leher dan tulang selangkanya.
"Kenapa dokternya lama sekali.?" Geram Silas pada sang Asisten yang setia berdiri di sebelahnya."Tenang bos, mereka sedang melaksanakan perintah anda, memeriksa semuanya, memastikan nona baik-baik saja." Bujuk Joe menepuk-nepuk tulang belikat Silas.
Silas menepis tangan Joe.
"Ini semua karenamu. Kalau kita langsung ke rumah sakit, mungkin Roya takkan pingsan seperti sekarang.!"Joe mengangguk, demi kebaikan dirinya sendiri.
"Yah saya pikir saat itu anda juga sangat butuh membuktikan kalau nona sekarang sudah aman dan kembali ke pelukan anda.!"
Dia berdehem.
"Tapi seharusnya anda juga tidak perlu terlalu bersemangat, kan ada hari dan waktu lainnya.!"Silas menatap Joe tajam tapi tak ada makian yang keluar dari bibirnya karena nyatanya hasratnya sudah menggebu begitu mendengar Roya bilang cinta padanya ditambah lagi gerak provokasi Roya membuatnya sejenak melupakan bahaya yang baru saja mereka lewati dan Akhirnya terbawa arus, lalu baru selesai satu babak dan Roya terhempas ke dadanya dan tak bergerak lagi.
Silas mencoba membangunkan Roya tapi tak ada respon, membuatnya ketakutan setengah mati.
Dia segera menutupi tubuh Roya dengan jasnya, memanggil joe yang berada di luar dan memerintahkannya melarikan mobil ke rumah sakit segera.
"Papa masih di kantor polisi.?"Joe mengangguk.
"Tuan besar dan anggotanya masih memberikan keterangan, dia juga sudah memastikan untuk sementara masalah ini tidak akan terekspos."Yah Silas yang meminta pada papanya untuk mengurus, dia tak mau Roya merasa malu dan jadi pembicaraan lagi.
Dia merubah masalah ini jadi pencurian mobil bukannya tindakan penculik dan pelecahan yang berusaha dilakukan bajingan itu pada Roya.
Silas sudah mendengar dari Joe tentang Subhan yang ternyata sudah lama mengincar Roya dan pada Akhirnya jadi nekad saat ada kesempatan emas."Dan tuan besar juga menemui Rama, memberi kabar seperti yang anda minta.
Dia akan datang bersama tuan besar, kali ini saat mendengar apa yang terjadi pada Roya dia langsung minta untuk bertemu.!"Awalnya Silas tak mau Rama datang menemui Roya tapi dia tidak boleh bersikap egois, selama ini bisa membuat Roya bahagia maka Silas akan menahan rasa cemburunya.
Silas tau betul bagaimana sayangnya Rama pada Roya.
Toh hanya sebentar, lalu Rama harus kembali ke tahanan, bahkan cara Rama dapat izin juga karena pengaruh uang papa, jadi dilakukan diam-diam tidak boleh diketahui pihak luar yang akan mengacaukannya."Penyelidikan menyeluruh akan dilakukan, Subhan juga diketahui memakai identitas palsu."
Tambah Joe.Silas menoleh.
"Bagaimana bisa dia diterima bekerja di firma dan aman damai selama tiga tahun.?"
Kesalnya.Joe menggeleng pelan.
"Tidak tau kriteria apa yang dilihat dari dia. Tapi kita tau bagaimana firma itu sebelum tuan Besar mengambil alih dan anda melakukan inspeksi."Silas mengusap rambutnya, joe melihat buku tangan bosnya yang merah dan berdarah karena memukuli Subhan tanpa henti.
"Bos sebaiknya obati tangan anda." Sarannya.Silas melihat ke buku jarinya.
"Tidak penting. Aku tidak akan kemana-mana sampai dokter keluar dan mengatakan Roya baik-baik saja."
Dia merenggut krah Joe.
"Kenapa dokternya masih belum keluar, kenapa begitu lama.!"
Dia kembali tantrum dan joe jadi tempat pelampiasannya.
Syukurlah sebelum Silas memcakar dan meremukkan Joe jadi bola, Pintu ruang pemeriksaan Terbuka dan dokter utama langsung mendekati Silas Armin."Tuan Armin." Sapanya ramah.
"Bagaimana dia, bagaimana Roya.?"
Silas melihat ke belakang punggung sang Dokter, pada ruangan di mana Roya berada saat ini.Si dokter memgangguk.
"Semuanya baik-baik saja, nona Roya tidak dalam kondisi berbahaya.
Syukur sekali obat yang disuntikkan bukan jenis yang keras dan berbahaya.
Dan syukurnya nona L Roya juga cepat ditangani hingga tidak mempengaruhi kandungan dan janin yang baru berkembang.""Janin.?!" Ulang Silas meremas kuat tapak tangan si dokter yang harus menahan rasa sakit karenanya.
"Ya janin." Ulang si Dokter.
"Saat ini nona Roya tengah hamil enam Minggu, baik ibu dan calon bayinya sangat sehat"Silas melepas tangan si Dokter, mulutnya terbuka, matanya berbinar, berkaca-kaca berbalik melihat Joe yang tersenyum lebar penuh kebahagiaan.
Silas berbalik, melihat ke segala arah sambil mengusap keningnya lalu kembali melihat pada si dokter.
"Roya hamil.?" Bisiknya parau.
"Roya tengah mengandung anakku.!""Selamat bos anda akan jadi papa.!"
Ucap Joe meraih tangan Silas lalu menjabat dan menguncangnya, menyadarkan Sulasy dari rasa kaget yang tak berujung.Silas menatap Joe dengan mata yang basah, menelan ludah beberapa kali lalu tertawa kecil sambil mengusap matanya yang basah.
"Ya tuhan.." desahnya terdengar begitu bahagia.
Silas menekan kelopak matanya saat airmatanya mulai mengalir lagi.
"Roya.. apa Roya tau.?"
Bisiknya pada si dokter."Nona Roya belum bangun." Si dokter tersenyum.
"Anda bisa memberitahunya nanti saat dia bangun."
Si dokter menyerahkan kertas pemeriksaan di tangannya pada Silas.
"Selamat tuan Armin."
Ucapnya setelah menyimpulkan anak itu adalah anak Silas Armin hingga tak perlu ragu memberi ucapan selamat.
"Dan tuan Armin untuk berjaga-jaga sampai nona Roya melewati trimester pertama sebaiknya tidak terlalu sering melakukan hubungan, satu kali dalam seminggu atau kalau bisa setiap sepuluh hari sekali saja dengan cara yang lembut dan hati-hati."Smenyambut uluran tangan si Dokter, mengangguk paham dan berjanji akan melakukan apa yang disarankan si dokter.
"Apa aku sudah bisa menemuinya.?""Nona Roya akan dipindahkan ke ruangn rawat inap, anda bisa melihatnya di sana."
Si dokter berlalu setelah Silas mengucapkan terimakasih.Silas lalu melihat Joe lalu tawanya lepas, dia memeluk dan merangkul Joe.
"Aku dan Roya.. tuhan memberi kami kesempatan lagi."
Matanya kembali basah.
"Terimakasih tuhan.. terimakasih."
Silas melepaskan pelukannya pada Joe.
"Pergilah, berikan setiap karyawan Hp keluaran terbaru dan katakan pada Mereka aku memberi mereka cuti selama dua hari, mereka bebas mengatur waktunya. Kalau mau sekalian semua dan tidak ada jadwal sidang, lakukan saja."Joe tertawa.
"Anakmu akan mendapatkan banyak doa dan keberkahan bos."
Ucapnya pada Silas yang sudah berbalik untuk pergi menyusul Roya.
"Usaha kerasmu benar-benar berhasil."Joe berbalik, mengeluarkan ponselnya dan memberitahu pada bawahannya untuk menghitung semua orang yang bekerja di Firma, dari yang diatas hingga yang paling bawah, tidak ada yang boleh terlewatkan.
Sedangkan Silas masuk ke dalam Lift setelah mendapatkan info nomor lantai dan kamar Roya.
Dia masuk ke kamar Roya saat para suster masih sibuk memasangkan infus dan merapikan selimut Roya.
Mereka semua tersenyum sebelum akhirnya meninggal Silas dan Roya yang masih belum membuka matanya.Silas menjalin jemarinya dan Roya, membawa ke bibirnya.
"Syukurlah kau baik-baik saja." Bisiknya menahan tangis.
"Aku minta maaf, aku ceroboh dan membuatmu dalam bahaya lagi."
Silas merapikan rambut Roya menyapukan buku jarinya ke pipi Roya.
"Aku mencintaimu Roya. Sangat mencintaimu.
Selama kau baik-baik saja maka duniakupun akan baik-baik saja."Silas terus mengelus pelan wajah Roya, membelai pelan rambut Roya, terus bicara dan mengungkapkan syukurnya karena tuhan memberi mereka kesempatan kedua.
Beberapa jam kemudian saat langit diluar sana mulai gelap, pintu kamar terbuka.
Henri Armin masuk diiringi sosok Rama yang memakai baju biasa tapi dengan Tangan yang di borgol, di temani dua orang polisi berpakaian bebas.Silas tetap diam saat matanya dan Rama bertemu.
Lalu perlahan Rama menoleh pada Roya yang masih tertidur pulas dengan wajah yang damai.
Silas tetap ditempatnya, menahan diri saat Rama membungkuk dan mencium kening Roya, memanggil Roya yang perlahan mulai membuka matanya."Rama.!?" Bisik Roya perlahan berpikir ini tidak nyata, hanya mimpi semu saja.
"Roya." Sapa Rama tersenyum, menyelipkan rambut ke belakang telinga Roya.
Melihat kedua lengan Rama yang di borgol, Roya tau ini bukan mimpi.
Rama benar-benar datang dan bicara padanya.
Roya langsung mengangkat badannya memeluk leher Rama dan terisak kuat di dada yang semakin kurus itu.***************************
(23062024) PYK
KAMU SEDANG MEMBACA
Lawyer Boss
RomanceDiumur sembilan belas, Roya jatuh cinta pada Silas. Mau sehidup semati dengan laki-laki itu yang justru menghancurkan hati dan jiwa Roya berkeping-keping. tahun berlalu dan takdir mempertemukan mereka kembali. Roya yang trauma hanya ingin menjauh d...