New Era

27 9 0
                                    

Ketukan pintu terdengar dari luar, murid-murid dan guru yang ada di dalam kelas lantas menoleh ke arah pintu tersebut. Chelina membuka pintu dengan pelan dan setengah gugup. "Permisi... Bu, maaf, saya telat.", Chelina menghampiri Bu Wina untuk mencium tangannya, guru itu yang akan menjadi wali kelas Chelina dan murid pendatang baru lainnya di kelas yang Chelina tempati sekarang. "Anak-anak, ternyata masih ada murid baru yang datang." Guru itu menoleh ke arah Chelina, "Silahkan, kamu perkenalkan diri." Chelina memperkenalkan dirinya dengan formal di depan kelas, lalu duduk di bangku yang kosong yang memang disisakan untuk dirinya.

     Masa pengenalan lingkungan sekolah sedang berjalan, saat berada di lantai 4, mata Chelina menangkap laki-laki yang pagi tadi ia temui lewat jendela dengan posisi setengah terbuka, fokus laki-laki itu pecah karena suara kearamaian dari murid-murid baru yang melaksanakan mpls di depan kelasnya, serta suara keras dari guru-guru yang memimpin kegiatan. Matanya memperhatikan tiap-tiap barisan dari dalam kelas sambil memutar-mutar pulpen yang ada di antara jarinya, tatapannya terkunci ketika ia melihat gadis yang ia bantu saat pagi tadi, sedang menatapnya. pandangan mereka saling bertemu. Chelina dengan cepat memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan, wajahnya memerah malu karena tertangkap sudah memperhatikan laki-laki itu. Laki-laki yang Chelina tak tahu namanya lantas tertawa kecil, menggelengkan kepalanya karena gemas.

"Kenapa lo senyum-senyum gitu? Cieee, lagi pdkt sama anak baru?" Harsa menepuk pundak teman sebangkunya. Ia dengan diam-diam ternyata sudah memperhatikan ekspresi wajah temannya sedari awal, Harsa lantas menoleh ke arah luar jendela, mencari keberadaan seseorang yang sedang ditatap temannya itu. Namun, laki-laki yang duduk di sebelah Harsa itu dengan cepat menoleh ke arah lain. "Hah? Yang bener lo? Mpls belom kelar udah lo deketin, tu anak masih bocah, nggak cocok sama lo yang udah tua." Ucap Nathan yang duduk di depan mereka dengan sorakan dan tawa, tak lain juga Harsa yang menyorakinya. Nathan pun dengan sengaja melemparkan kertas yang digenggam bulat dengan tangannya ke arah laki-laki itu, mengenai dahinya. "Apasih lo berdua." Laki-laki itu berdecak kesal dan menggelengkan kepala, mengubah ekspresinya dari raut yang semula tersenyum menjadi sinis. "Gua ketawa karna mereka ngeliatin gua terus, ya iyalah emang mereka bakal nyia-nyiain pemandangan se indah ini? Nggak dong." Balas laki-laki itu dengan melipat tangannya di depan dada, menaikkan kedua alis tebalnya dengan ujung bibir yang tertarik keatas. Laki-laki itu memang 'pede' setinggi langit, bahkan langit pun mungkin kalah tingginya jika dibandingkan dengan narsis laki-laki ini. "Muka lo tuh kadal gurun!" Celetuk Harsa dengan memukul kepala laki-laki itu dengan buku yang sedari tadi ia kipas-kipaskan ke arah wajahnya, cuaca hari ini cukup panas bagi mereka yang menempati kelas hanya dengan satu kipas yang menyala, sedang satu lainnya tidak karna rusak. "Jangan samain gua sama tu makhluk ya sat!"

     Zella, teman sekelas ketiga serangkai yang tak terpisahkan itu mengerutkan dahi dan memicingkan matanya saat ia tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Ia menoleh tipis ke arah mereka, jarak bangku Zella dengan mereka tidak bisa dibilang jauh. "Saran gue, jangan suka sama adek kelas. Soalnya jaman sekarang tuh, aduh, pergaulan bebas semua, yang ada nama lo jadi jelek kalo deket-deket sama mereka." Sahut Zella kepada mereka dengan wajah malas tanpa menatap ketiga laki-laki itu, mengetuk-ngetuk pulpen miliknya ke atas meja dengan satu tangan yang menopang dagu, arah matanya fokus pada pulpen yang dimainkannya. "Sirik aja lo, Zel." Sahut Harsa dengan nada 'ngegas', laki-laki itu dan Nathan menoleh ke arah Harsa, lalu memindahkan tatapan mereka ke gadis itu secara bergantian. "Dih? Bener kok, gue-", "Hei, kalian! Kalau masih ingin mengobrol, di luar sana! Jangan ganggu jam pelajaran saya!" Teriak bu guru yang sedang mengajar di kelas mereka, tangannya berhenti menggoreskan tinta spidol ke papan tulis setelah terganggu oleh perbincangan mereka dengan suara yang keras, menatap keempat murid itu dengan tatapan tajam. Mereka pun tersentak karena teriakan guru itu dan meminta maaf, melanjutkan pelajaran mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Na-ttheo & the forgotten oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang