Hari minggu berganti menjadi senin, setelah melewati hari dimana kelulusan SMP yang Chelina jalani dengan lancar walaupun tanpa orangtuanya, Chelina tetap gigih dan menjalani kehidupannya sendiri di apart yang dibiayai oleh kakeknya. Jika ditanya mengapa Chelina tidak memilih tinggal bersama kakeknya, alasannya ada dua. Alasan pertama, kakeknya seorang pengusaha yang saat ini tinggal di Kanada, beliau adalah orang penting di perusahaan yang dijalaninya sekarang. Keadaan tidak memungkinkan bagi kakeknya untuk selalu mengurus Chelina karena pekerjaannya yang mengharuskan kakeknya untuk bepergian. Alasan kedua, Chelina tidak ingin merepotkan kakeknya yang workaholic itu, terlebih Chelina tidak ingin tinggal di luar negeri karena enggan berpisah dengan teman-temannya.
Alarm berdering tepat pada jam 04.00 pagi, Chelina terbangun dan meregangkan tubuhnya, pagi yang sejuk ini diawali dengan perasaan yang bahagia sebab ia akan bertemu teman-teman baru di sekolahnya, SMA Bina Bangsa. Chelina yang sudah bersih dan rapih kini sibuk dengan rambut, gadis yang berusia 16 tahun itu selain suka melukis, ia juga suka menata rambutnya. Hari ini Chelina mengepang rambut layaknya Elsa di film Disney Frozen, ia tidak lupa memasang pita biru di satu sisi kepalanya, menggunakan totebag jeans yang baru ia beli seminggu yang lalu. Chelina tidak bisa mengendarai motor lantaran belum sempat belajar bahkan mencoba, juga faktor umur yang belum mencukupi. Ia memesan ojek online lewat handphone dan menunggu di lobby apart, ini adalah kali pertama ia memakai seragam putih abu-abu.
"Neng Elin, ya?" Ojek online yang dipesan Chelina sudah berada di depannya. "Eh, iya Pak. Saya naik ya." Pengemudi ojek online mengiyakan dan memberi helm, menunggu Chelina memakainya dan mulai menyalakan mesin untuk berangkat ke tujuan. Chelina mengangkat pergelangan tangan kanannya, matanya melebar setelah melihat jam yang memberitahu waktu, ia menutup mulutnya dengan telapak tangan karena terkejut. "Pak, maaf, tolong jalannya yang cepet, saya udah telat, Pak!". Satu kelalaian baru yang Chelina lakukan, ia terlambat karena terlalu lama merias diri, sudah seperti akan melakukan kontes di miss grand international.
Setelah berpacu dengan waktu, Chelina terengah-engah berlari menuju lorong sekolah yang sepi, syukurlah satpam gerbang masih mau nemerimanya. murid-murid pendatang baru telah terduduk tenang di kelasnya masing-masing, sedang Chelina masih berdiri kebingungan di luar, menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Duh, kelas gua dimana ya... Sial banget pagi in-", "Nggak boleh ngomong begitu." Suara berat terdengar dari belakang tubuh Chelina, gadis itu terkejut dengan sahutan tiba-tiba. Chelina membalikkan badannya, tampak seorang lelaki berbadan besar dan tinggi, berkulit putih dengan rambut yang rapih. Lelaki itu tersenyum kepada Chelina, menganggap gadis itu lucu karena mukanya yang panik dan terkejut. "Lo anak kelas satu ya? Kok baru dateng?" Tanya laki-laki itu dengan menaikkan alisnya, bingung. "Eh i, iya, hah?" Chelina gugup, membuat laki-laki itu menahan tawa. "Nama lo siapa?" Ia mencoba menahan senyuman tawanya saat bertanya kepada Chelina. "Gua, Chelina, Chelina Adeline, kenapa?" Chelina menatap bingung, ia harus mendongakkan kepalanya agar bisa melihat wajah lelaki tinggi yang berdiri di hadapan gadis itu, sebab Chelina hanya setinggi pundaknya. "Yaudah, ikut gua." Laki-laki itu berjalan kedepan, melewati Chelina dan mengisyaratkan gadis itu untuk mengikuti, Chelina mengiyakan perintah lelaki itu daripada dia sendirian di lorong sekolah.
Mereka menghampiri satu-persatu pintu kelas, mencari nama Chelina di list yang tertempel di atas gagang pintu. Setelah sekitar 1 menit mereka mencari, akhirnya mereka menemukan nama Chelina yang terpampang di kertas list nama murid kelas yang berada di lantai 2. "Nah, ini ada nama lo. Masuk gih, keburu telat." Lelaki itu tertawa kecil, Chelina lalu menoleh ke arahnya. "Emang udah telat kali." Chelina memutar bola matanya memelas, menahan senyuman tawanya. "Next time coba dateng lebih awal ya, soalnya peraturan disini tuh... keras? " Lelaki itu mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Mmm... oke?" Chelina juga mengangkat bahunya acuh tak acuh, mengikuti tingkah lelaki itu. Namun saat Chelina hendak berbicara lagi, baru saja gadis itu membuka mulutnya, laki laki itu berlari kencang menuju lantai atas. Ia melambai-lambaikan satu tangannya keatas saat berlari, mengisyaratkan perpisahan sejenak. "Next time dateng lebih awal? Sendirinya aja telat." Chelina menggelengkan kepala dengan senyum tipis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Na-ttheo & the forgotten one
Romance"Sama gua aja Chel." "No no no, mending sama gua Na, ayo!" "Satu-satu dong!" Susah nggak sih, temenan bertiga tapi yang dua sama-sama nggak mau ngalah? SUSAH! Chelina dihadapkan dengan dua lelaki yang satu berjiwa introvert dan satunya extrovert...