resmi berpisah

7 1 0
                                    

Aku bergegas keluar kamar untuk menghampiri mama yang kini sudah duduk termenung di ruang tamu. Sepertinya mama lelah. Melihat jam, sekarang pukul 7.

Aku duduk di samping mama.

"Ma.."

"Maafkan mama Arianna." Lirih Mama–menunduk. Aku memeluk nya. Untuk apa mama meminta maaf,  ini sepenuhnya bukan salah mama, kan?

"Mama tidak salah apapun."

Mama tidak menangis, begitu pula aku. Namun rasa sedih masih menyelimuti kami. Di sini, di ruang tamu yang hanya ada kita berdua yang sedang berpelukan.

Mama melepas pelukanku, menatap ku dengan tatapan–yang sepertinya – sedih.

"Mama-" mama berkata sambil menatapku. Aku diam mendengarkan dan menunggu kalimat mama selanjutnya.

"Mama resmi berpisah dengan ayahmu." Sudah kuduga. Aku mengangguk pelan.

"Kamu akan tinggal dengan mama, di sini. Pria itu biarlah angkat kaki dari rumah ini!" Kata mama ketus pada akhir kalimatnya.

Aku menghargai keputusan mama. Memang seharusnya begitu, bukan? Kekecewaan itu sudah menyelimuti kami.

Ya, cukup berat bagiku yang sejak kecil tinggal bertiga dan kini hanya akan tinggal berdua dengan mama.

Lagi-lagi momen-momen bahagia saat bersama ayah dan mama kembali berputar di kepalaku. Aku dengan cepat menepis nya. Jangan pikirkan hal itu, itu membuatku sedih.

"Kamu sudah makan?" Tanya mama tiba-tiba membuyarkan lamunanku. Aku menggeleng. Mama menunjukkan sekantong plastik makanan kepadaku sambil tersenyum, namun kilatan sedih di matanya masih terlihat.

"Ayo makan. Mama membelikan banyak makan untuk malam ini." Aku mengangguk, membalas senyuman mama.

Kami memakan makanan tersebut di meja makan. Hening. Tidak ada dialog, mama makan sambil termenung. Hanya suara dentingan sendok dan piring yang beradu yang mengiringi makan malam kami.

Malam ini mama resmi bercerai dengan ayah. Mulai dari sekarang dan seterusnya aku akan tinggal berdua dengan mama. Huftt, menyedihkan.

Setelah selesai makan aku meminta mama agar ia istirahat. Piring yang kotor biar aku yang bersihkan. Mama mengangguk, masuk ke dalam kamarnya.

***

Aku masuk ke dalam kamar setelah menyuci piring. Berbaring di atas ranjang. Pukul 9.

Aku memeluk guling. menyelimuti tubuh dengan selimut tebal, malam ini dingin sekali. Aku berguling ke kanan ke kiri–mencari posisi yang nyaman untuk tidur– membolak-balik bantal menyibak selimut. Aku tidak bisa tidur.

Aku mengambil ponselku di atas nakas. Seperti yang biasa kulakukan ketika tidak bisa tidur –menelpon Jane.

Aku menelponnya–berdering– menunggu Jane mengangkat panggilanku. Setelah beberapa saat panggilanku di angkat, terdengar suara dari seberang. Hallo?

Anna:
Hallo Jane.

Jane:
Belum tidur? Kenapa menelpon ku? Tidak bisa tidur ya?

Anna:
Iya

Jane:
Kenapa tidak bisa tidur?

Aku menghela nafas.

Anna:
Hmm, tidak bisa tidur saja.

Aku merebahkan tubuh ku–masih dengan ponsel di telingaku.

Jane:
Begitu ya? Mama kamu sudah pulang?

Anna:
Sudah

Jane:
Ohh

Hening sesat hingga aku membuka suara lagi.

Anna:
Jane,

Jane:
Ya?

Anna:
Orang tuaku resmi berpisah.

Lirihku dengan sedih. Aku menahan tangis ku –nafasku tercekat.

Jane:
Anna? Are you okay?

Anna:
Hmm, ya

Suaraku sedikit bergetar.

Jane:

Aku tahu kamu menangis, Anna

Aku tidak bisa menahan isak tangisku. Aku menyeka air mata yang mengalir di pipiku.

Jane:
Jangan menangis. Coba, lihat langit malam ini, penuh bintang.

Jane berkata lembut. Aku memandang langit malam dari balik jendela. Ya, memang banyak bintang dan indah. Namun tetap saja itu tidak membuatku senang ataupun terhibur.

Anna:
Ya, aku tahu

Jane:
Indah bukan? Lebih indah lagi jika kamu memandangnya tanpa menangis.

Aku terkekeh pelan.

Anna:
Jane, aku tutup teleponnya ya.

Jane:
Iya, jangan tidur terlalu malam, Anna. Kau ingat kan? Besok aku akan mengajakmu ke suatu tempat.

Anna:
Ya, ya, ya. Bye Jane.

Jane:
Bye Anna, good night.

Aku menutup telepon. Menyimpan kembali ponselku di atas nakas.

Aku mencoba tidur sambil memeluk guling. Tidur dalam keadaan seperti ini –dengan suasana hati yang buruk– memang tidak nyaman. Namun malam ini aku harus tidur.

Mengingat janji Jane yang akan mengajakku pergi ke 'suatu tempat' besok. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan anak itu.

Sudahlah lebih baik aku tidur saja.

***

🙃

Always There For You. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang