"Gua temenin deh.." Lanjutnya
"Gak usah, sekolah gue jauh" Aku kembali menatap jalan di depan
"Sekolah kita sama cantik.." Aku terdiam sejenak, berpikir lalu menoleh
"Lo siapa?" Eye smile terlihat di kedua matanya, aku tebak ia pasti sedang tersenyum
"Orang tampan" Ucapnya dan langsung melaju seraya menggeber motor sport miliknya, membuatnya hilang di kerumunan kendaraan jalan raya, aku mengernyit
Sesampainya di sekolah, aku tak menemukan keberadaan sosok Tegar, ternyata memang telat, aku memilih tidak peduli. Aku masuk ke kelas dan melihat Arga yang tertidur dengan kepala berada di atas mejanya, saat tengah berjalan tiba-tiba ia terjatuh
"Eh?" Aku mengernyit, lantas berhenti, serentak semua orang menoleh lalu berlari kearahnya tak peduli jika ia harus menabrak meja atau kursi milik siswa lain
"ARGA! WALAH DASAR ANAK PAK WARUTU!!"
"Nama bapaknya Warutu bro?"
"Bodo amat, yang penting dah teriak" Bisik orang itu, yang bertanya mengernyit
"MASI PAGI GAA!!" Teriak yang lain memukul-mukul pipi Arga
Aku masih diam di tempat, menatap mereka datar, kerumunan itu membuatku tak bisa melangkah menuju mejaku untuk menaruh tas. Tak lama kemudian salah seorang lelaki menoleh
"Napa lu?" Menatapku sinis seraya mengernyit, ngeselin mukaknya
"Mau naruh tas" Jawabku datar, menyodorkan tangan hendak meminta tasku
"Sini " Aku memberikannya
"Udah? Cuman ini aja?" Aku mengangguk, tanpa berpikir panjang ia langsung melempar tas itu ke wajah Arga
"WOI BANGUN, ADA YANG MAU NAROH TAS" Yang di lempari masih diam, orang tadi kembali menoleh kearahku
"Bisa bangunin gak? kayaknya kalo sama elo ampuh" Aku diam menatap mereka datar
"Pukul aja" Saranku, mereka menatapku sejenak, kembali menatap Arga lalu memukulnya dengan tas milikku, padahal maksudku memukulnya tidak dengan tas..
Aku agak terkejut, mengernyit "Tas gue.." Ujarku pelan
BUGH!!
"Akhh! WOII!!" Arga bangun, ia memegang pipi kanannya yang tampak memerah
"Nah.." Mereka bersorak malu dengan tingkah Arga, aku menatap mereka datar
"Apaan sih.." Batinku
"Heh tas gue.." Tak seorang pun mendengar
"Woi, gantungin tas gue" Sekali lagi masih belum ada jawaban dari mereka
"TAS GUE!!!" Mereka mengumpan-umpan tas itu seraya berteriak
"JIMAT AMPUH ABANGKUH!!" Sampai tas itu berhenti di Arga
"ARGA MARET!!" Bentakku, membuat seisi ruangan itu hening, aku agak terkejut, tetap menatap mereka tajam
Arga menatapku dengan tas di genggamannya, ia berjalan, di bibirnya terukir senyuman maut, mendekat dan terus mendekat, aku biasa saja, dia gak akan tiba-tiba dorong aku kan? Ya sudah
Jaraknya cukup dekat, aku sampai bisa mencium parfum mawar yang ia pakai, aku suka bau mawar tapi kali ini mungkin tidak, sok keren, bangga. Ia berhenti beberapa cm di depanku, agak membungkukkan punggungnya sampai wajahnya benar-benar sejajar dengan wajahku
"Lo manggil gua?" Ia bertanya, huh, napasnya.. jujur, bau jigong menerpa wajahku, aku terpaku melihat manik mata coklatnya, indah..
"Hm?" Tanyanya lagi
"Paan?" Aku mengernyit
"Lo bilang 'Arga Maret'?" Ia memastikan
"Tuli ya?" Aku balik bertanya, ia agak terkejut
"Minta di apain lo?" Senyumnya pudar
"Di jauhin bisa? 1 meter aja.." Ia mundur beberapa langkah
"Ada lagi?" Aku berpikir sejenak
"Gantungin tas gue di situ" Aku menunjuk gantungan di samping mejaku, ia menggantungnya lalu mengangkat kedua tangan seperti tahanan, bersiul memberi isyarat yg lain agar ikut mengangkat tangan, aku sedikit terkekeh
"Turunin tangannya" Mereka menurunkan tangan
"Bubar" Serentak bubarlah kerumunan itu, termasuk Arga
"Kecuali Arga" Sontak Arga diam, aku berjalan mendekatinya, tersenyum tepat di hadapannya
"Makasih" Balik badan dan langsung pergi meninggalkannya, aku melangkah melewati pintu dan terkejut mendapati teman-temanku yang sedari tadi mengintip di jendela
"BUSET DAH CAYY!!!" Mereka bersorak
"FIX NO DEBAT LO BERDUA JADIAN" Sekali lagi mereka bersorak, aku menatap mereka datar, entah mengapa aku agak tersipu malu tetapi enggan ku tunjukan pada mereka.
Di sisi lain aku menemukan sosok Tegar berdiri di sudut, netra kita bertemu sejenak, namun tak lama kemudian ia mengalihkan pandangannya lalu pergi. Kau pikir aku akan mengejarnya dan mengatakan "Gar! Aku bisa jelasin" Oh jelas tidak, lagi pula untuk apa? Sudah jelas juga kita tidak memiliki status yang serius, dia mau pergi? itu urusannya
"Ciee" Hena menempeleng kepalaku
"Woi!" Aku terkejut dan langsung membalas, Hena meringis
"Ish, sakit kali lah..."
"GUE JUGA, MONYET!!" Hena terkekeh seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal
"Lo suka ama Arga juga kan?"
"Gak, amit-amit gue" Aku bergidik
"Amit-amit apa amin-amin?" Hena menggodaku lantas tertawa
"AMIT-AMIT NYET!"
"Canda doang cay.. Lo baperan amat jadi orang" Aku diam, berusaha meredakan amarah
"Eh, kalo lo milih Arga, Tegqr lo kemanain?" Aku menatap Hena datar
"Maksud lo? Gue milih? Milih mereka? dih"
"Intinya?" Aku mengernyit dengan pertanyaan Hena
"Lo?.. Akh, gue ga milih, males" Jawabku pasrah, pergi meninggalkannya
"TAEK LO!" Bentak Hena
Arga semakin hari-semakin ada-ada saja kelakuannya, kadang aku terganggu dengan kejailannya, setiap gerak geriknya mudah di tebak, Bagaimana dengan Tegar? Kita masih berteman baik, tetapi akhir-akhir ini ia sering datang terlambat, entah apa yang dia perbuat malam hari yang membuat ia telat bangun atau pagi hari yang membuat ia harus terlambat kesekolah
"Kamu ini kenapa gar.." Pak Rizwan bertanya pada sosok murid di hadapannya, Biasanya Tegar mendapat teguran di ruang BK tapi kali ini Pak Rizwan menegurnya di tengah lapangan, untungnya jam pelajaran, aku bisa mengintip dari jendela
"Sudah berapa hari kamu datang telat" Pak Rizwan menjeda
"Padahal dulu kamu selalu tepat waktu, kenapa? Lagi patah hati?" Tegar menegakkan posisi bada, ditatapnya guru yang sedang berdiri di hadapannya
(Author:Lanjut?!...
Jangan lupa follow yak!!)
KAMU SEDANG MEMBACA
° FLOWER GIRL °
Romance"Relain semuanya cay.. gak semua orang yang lo kenal selama ini baik buat lo" - Arga Maret Pada akhirnya semua ini akan menjadi kenangan yang harus di terima apapun rasanya, aku tak menyesal pernah mengenalmu dan akan menjadi sesuatu yang membuatku...