Aku sedang sibuk membeli bahan di supermarket untuk membuka kembali usaha toko bunga milik bunda. Malam yang dingin namun lenyap saat aku memasuki supermarket yang padat orang, membuat suhu ruangannya cukup hangat. Saat sedang melihat-lihat daftar bahan dari bunda tiba-tiba ponselku bergetar
Drrrttt.. Drrrttt.. Drrrttt..Aku merogoh tas, mengambil ponsel lalu melihat layarnya, itu Ade, teman dekat Tegar. Aku mengangkat telpon itu dan mendengar Ade yang sepertinya sedang ngos-ngosan di sebrang sana
"Kenapa de?" Tanyaku, diam sejenak.. Ade tiba-tiba mematikan suara membuatku tak mendengar apa yang terjadi di sebrang sana, aku menunggunya.. sekitar 5 menitan? Jengah.."De? Lo kenapa?" Masih diam
"Ade??"
"Adeeee" Masih tak berubah, amarahku meluap tanpa berpikir panjang aku mulai membentaknya
"Ade! Kalo gak ada kepentingan gak usah telpon!!" Fitur berubah seketika, suara itu mulai menyala lagi
"Sorry-Sorry, " Katanya mulai mengangkat suara, aku diam
"Ketemu di depan ruko gua, Tegar butuh lo" Tutt.. Telpon mati begitu saja, aku mengernyit dahi, bingung.
Beberapa menit berlalu, kini aku berada di depan ruko milik Ade, aku memerhatikan jalanan tak ada seseorang sama sekali, hanya aku.. seorang diri, angin malam yang dingin menusuk jaket putih yang lumayan tebal milikku, sedikit menggigil karenanya.
Aku meniup tanganku berusaha membuatnya menjadi hangat, merogoh tas lalu mengambil ponsel untuk menelpon Ade, tapi sepertinya ponsel Ade mati, aku menghela napas kecil lalu duduk bersandar di dinding.
Tak lama kemudian Ade datang bersama Tegar di belakangnya, bonceng? kemana motor Tegar? Aku berdiri menghadap mereka"Kena-" Deg! Tiba-tiba Tegar mendekapku, aku terkejut bukan main, jantungku berdegup kencang kali ini, wajahku tenggelam di dadanya, membuatku hampir mabuk mencium aroma parfum yang ia pakai, mawar.. Tapi, seharusnya ia tau kalau aku bukan seperti cewek-cewek pada umumnya yang ingin sesekali di peluk.
Aku.. benci pelukan. Harusnya dia tau..
Aku menggerakkan tubuhku berusaha melepas dekapannya, namun Tegar malah mempereratnya
"Sebentar cay.." Bisiknya pas di telingaku membuatku merinding, akhirnya, dengan posisi seperti ini, tanpa aku membalas pelukannya. Harusnya dia tau mengapa kan? Aku sudah pernag memberitahunya soal aku yang benci dengan pelukan, tapi entah mengapa ia membuatku nyaman di posisi ini, saat ini.
"Aku gak bisa napas gar.." Tegar pasrah lalu melepasnya
"Maaf" Ia menunduk, aku menatapnya lamat
"Kenapa?" Tegar diam, perlahan ia mengangkat kepalanya, sejenak biarkan 2 pasang netra bertemu, mata merah itu menatapku dengan tatapan teduh, lebam di pipinya menarik perhatianku, kenapa dia??
Aku menghela napas lalu mengambil tisu yang aku beli tadi, ya.. itu salah satu bahan untuk bunga tadi tapi tak apa sudah, lihat mulutnya, ia tak dapat berbohong, darah segar yang hampir kering terlihat disana, aku benci itu.
Ade memberiku sebotol air, aku mengambilnya dan mulai membersihkan wajahnya
"Kenapa de?" Aku bertanya tanpa menoleh, ia diam, tiba-tiba Tegar mengedipkan mata kirinya seperti memberi isyarat
"Tegar habis jadi pahlawan kesiangan" Aku diam
"Membela prioritasnya" Lanjutnya, aku mengernyit
"Apa?"
"Prioritasnya?" Aku mengangguk, belum sempat Ade menjawab tiba-tiba Tegar memotong
"Caya Athasya.." Katanya, sedikit mengukir senyum yang mengerikan, aku berhenti sejenak, menatapnya datar
"Aneh" Singkat saja, dia memang aneh, Tegar tertawa kecil, namun tiba-tiba meringis, ia lupa ada bekas luka di dekat bibirnya
"Mampus" Ujarku lalu mengalihkan perhatianku ke arah lain, Ade tertawa puas mendengar itu, sementara Tegar hanya diam menatapnya datar.
Aku beranjak, pergi hendak membuang botol dan tisu itu.
(Author:Lanjut?!...
Jangan lupa follow yak!!)
KAMU SEDANG MEMBACA
° FLOWER GIRL °
Romansa"Relain semuanya cay.. gak semua orang yang lo kenal selama ini baik buat lo" - Arga Maret Pada akhirnya semua ini akan menjadi kenangan yang harus di terima apapun rasanya, aku tak menyesal pernah mengenalmu dan akan menjadi sesuatu yang membuatku...