04🐈‍⬛

386 41 3
                                    

"Ihan, kayaknya gue harus pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ihan, kayaknya gue harus pulang." Ucap Taesan. Leehan tersenyum kemudian mengangguk.

"nomor lo."
Leehan hanya diam kemudian mengambil pulpen di saku celana nya dan menuliskan nomor telepon ke telapak tangan Taesan.

"Geli, ihan hahahahahah"
Leehan sedikit berdecak saat mendengar tawa Taesan yang menggelegar. Setelah selesai, yang lebih tinggi pun langsung memfoto tulisan di telapak tangannya.

"oh, umur lo berapa?" Tanya Taesan.

Leehan bahkan sudah lupa sekarang umurnya berapa, ia hanya mengingat tanggal lahirnya saja, malas menghitung.

"20 Oktober 2004" jawab Leehan.
Senyum Taesan melebar.

"kita seumuran! gue lebih tua 2 bulan dari lo, ihan." ujar yang lebih tua. yang lebih muda pun tertawa kecil.
sedangkan Taesan terdiam.

"Gue boleh main kesini lagi kan, ihan?" Taesan bertaya sambil menundukkan wajahnya, entahlah
ia hanya takut tidak diizinkan oleh si manis, apalagi kedatanganya tadi bisa dianggap sangat tidak sopan dalam urusan bertamu. Sedangkan Leehan terkejut setengah mati. Jadi kali ini dia benar-benar punya teman? Tangannya terangkat untuk menangkup kedua pipi Taesan yang kemudian di usap pelan.

"Boleh, kamu boleh main kapanpun kamu mau." Jawabnya
Senyum Taesan kembali merekah indah, ia kemudian mengambil tas nya yang berada di sofa kemudian mengecup pipi kanan milik si cantik.

"Gue pulang dulu ya, ihan. Nanti malam gue chat!"
si cantik hanya mengangguk sambil tersenyum kala melihat Taesan membuka pintu dan kembali masuk ke halaman belakang rumahnya.

.
.
.
.
.

Leehan tak berhenti tersenyum, matanya terus melirik ke arah handphone nya yang sedari tadi menyala. Kala tersadar, Leehan langsung menggelengkan kepalanya.

"Kenapa aku nungguin dia.." gumamnya.

ting

si cantik reflek mengambil handphone nya kala mendengar notifikasi baru. Benar saja, Han Taesan mengiriminya pesan. dia diamkan sebentar agar tak ketahuan jika dia menunggu pesan dari pemuda tampan itu.

setelah 3 menit, barulah dia membuka pesan dari Taesan.

+82•••

Hei ihan, ini gue, Taesan.

Udah makan malam?


Aku belum..

Kenapa?

Ayo ke rumah gue!

Apa harus?

Nggak sih, tapi kenapa?

Aku takut keluar rumah.


Gue jemput ya? Gak apa-apa, jangan takut. Ada gue.

Apa ada pilihan lain?
read.

Leehan berusaha menolak ajakan dari yang lebih tua, tapi ia tidak tahu bahwa Taesan keras kepala begini. Tubuhnya sedikit gemetar kala membayangkan ia akan keluar dari rumah yang selama ini ia tinggali. Demi Tuhan, ia takut setengah mati kala melewati pintu depan lebih dari 2 langkah kaki nya.

tok tok tok

Leehan menghela napasnya pelan, ia tau Taesan mengetuk pintu rumahnya. Dengan lemas, si cantik membuka kan pintu dan mendapati Taesan yang tersenyum manis di depannya.

"Lo nggak perlu takut buat keluar rumah, ihan. Ada gue yang bakalan lindungin lo. Ayo kerumah gue, ketemu sama mama papa gue." Ajak Taesan, si tampan bisa melihat guratan ragu dari mata Leehan.
Tangannya ter-ulur mengusap kepala yang lebih muda.

"Gak apa-apa, ada gue. Lo bisa. Percaya sama gue." ujarnya.
Leehan kemudian mengangguk dengan ragu. Wajahnya ia dongakkan dan menatap langsung wajah Taesan, Tampan.

Taesan tersenyum kemudian menggenggam tangan si cantik dan menuntunnya keluar dari rumah. Ia bisa merasakan tubuh Leehan bergetar hebat. Dengan sekali gerakan, Taesan segera memeluk erat tubuh si manis yang merasa ketakutan. Rasanya mual, pusing, dan pandangan Leehan mengabur. Di dalam kepalanya seperti terputar video yang membuatnya ketakutan setengah mati. Si cantik Ambruk dan terduduk di tanah, sambil memegang kepalanya Leehan terisak dan sesekali menjambak rambutnya sendiri.

"Tolong.. tolong hiks, jangan jangan!" Leehan meracau, Taesan merasa sedikit panik karena tidak tahu jika akan sebegini parahnya. Dengan sekali gerakan, Taesan mengangkat tubuh si manis dan menggendongnya ala koala, tangannya juga tak berhenti mengusap punggung Leehan dengan lembut. Ucapan penenang juga kecupan pun tak lupa ia berikan.
Kaki nya melangkah lebar menuju pintu halaman belakang rumahnya. Bisa Taesan rasakan pegangan Leehan di lehernya semakin mengencang kala mengetahui mereka jauh dari rumahnya. Isakan Leehan tak berhenti.


"Takut.." lirihnya. Taesan tak bergeming, ia berusaha membuka pintu belakang rumahnya dan membawa Leehan masuk ke halaman belakang.

"Kita sampai, lo gak mau buka mata?" pertanyaan Taesan pun di hadiahi dengan gelengan kepala oleh si cantik, sangat terasa di dadanya. Taesan tersenyum tipis kemudian kembali berjalan untuk menuju bagian dalam rumahnya.

"Ihan, lo beneran gak mau turun? Papa gue lihat." Ucap Taesan, Leehan terkejut dan otomatis mendongakkan kepalanya untuk menengok ke kanan kirinya. Dan ya.. ada seorang pria paruh baya yang menatap mereka berdua dengan heran. Leehan tebak, itu benar papa nya Taesan. Leehan melepaskan pegangan tangannya dari leher yang lebih tua, Taesan pun membiarkan Leehan turun dari gendongannya.

"Kamu culik darimana dia san? Nangis gitu." Tanya pria itu.

"Aku gak culik, aku ngajak dia dan dia setuju kok." Jawab Taesan seadanya. Leehan menunduk dan memainkan jarinya sendiri.
Hei, mana ada Leehan bilang setuju dibawa kesini! Dasar Han Taesan pembohong! Begitu batinnya.

"Rumahnya dimana?"

"Tepat di belakang rumah kita."
Papa Taesan terkejut, ia langsung memegang kedua bahu Leehan sedikit kencang.

"Kamu anaknya Sunghoon sama Jaeyoon?"
Leehan tentu terkejut saat Papa Taesan menyebut nama kedua orangtuanya. Iris mata nya bergetar, tubuhnya pun sedikit bereaksi, mual rasanya, pun pandangannya sedikit kabur.

"I-iya om" Jawabnya terbata.

"Demi Tuhan! Akhirnya Om nemuin kamu, Donghyun. Ayo ke ruang makan, kita makan malam bareng. Anggap aja rumah sendiri ya, Donghyun"
Papa Taesan berjalan lebih dulu melewati Taesan yang memasang wajah bingungnya. Leehan mencolek pelan bahu si tampan yang membuatnya sedikit terkejut. Bisa Taesan lihat di pipi si cantik ada bekas air mata yang mengering, pipi mata dan hidungnya pun memerah, gemas.

"Ayo ke ruang makan." Ajak Taesan.

To Be Continued

Beuh... baru kenal udah gendong-gendongan cie :b

Behind The DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang