06🐈‍⬛

360 40 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Malam ini terasa berbeda. Jika biasanya Taesan akan tertidur lelap setelah jam makan malam, maka sekarang ia habiskan waktunya untuk mengobrol dengan si cantik yang menginap di kamarnya.

Mereka asik mengobrol, tanpa sadar jam sudah menunjukkan pukul 22.45
Leehan masih terjaga, begitu pula Taesan yang sejak tadi menatap wajah si cantik.

"Berhenti natap aku, esan."

"Lo cantik." puji Taesan yang entah keberapa kalinya. Leehan mengerang pasrah kala melihat senyum yang tak pernah hilang dari wajah tampan pemuda di depannya.

"Mau dengar cerita?" Tanya Taesan setelah berusaha menghentikan tawa nya. Leehan membaringkan tubuhnya dan mencari posisi yang nyaman.

"Ayo cerita!" Seru yang lebih muda. Taesan tertawa kecil dan mengusap kepala si cantik.

"13 Tahun lalu, gue punya temen imut, manis, lucu. dia anak tetangga, gue inget banget dulu gue panggil di Oyun dan dia panggil gue Omin."
Taesan terus mengusap dahi si cantik

"Dia banyak diem waktu gue ajak ngobrol. Lucunya, gue pernah nangis karena dia cuekin gue seharian gara-gara gak dia gue kasih jelly yang gue makan." Lanjutnya
Leehan tersenyum kemudian menyambar Cerita Taesan

"Aku juga punya teman kecil, dia dulu kurus, cerewet, jahil, dan gak bisa diem. Dia selalu banyak cerita, sampai aku harus diam sebelum dia selesai, dia bakalan marah kalau aku potong cerita nya."
Leehan tertawa kala melihat wajah masam Taesan.

"Kenapa jelek banget sih deskripsi lo tentang gue!" Protes Taesan

Leehan tak bisa menahan tawa nya dan berakhir dengan Taesan yang menggelitik pinggangnya dengan brutal.

"Hahahahaha esan udaahh hahhahsdh udaaaahhh" Rengeknya.
Taesan tertawa kemudian berhenti menggelitik dan merebahkan dirinya disamping Leehan.

"Lo gak mau cerita kenapa bisa setakut itu pas mau keluar rumah?" Tanya Taesan tiba-tiba.
Leehan terdiam, wajahnya berubah suram, tangannya mengepal kuat, Taesan juga bisa melihat keringat dingin mulai menetes di dahi si cantik. Sesak rasanya. Taesan menepuk bibirnya sendiri kala mengingat hal yang ia tanyakan pasti sesuatu yang sensitif bagi pemuda di sampingnya ini. Lagi-lagi Taesan menyesali rentetan kalimat yang reflek keluar dari mulutnya.

"Maaf, gak perlu cerita kalau-"

"Aku pernah hampir mati di pekarangan rumahku sendiri." Leehan lebih dulu memotong perkataan yang lebih tua. Kedua mata Taesan membola, jadi pemuda Kim ini memiliki trauma?

"Kamu tau Sim Jake dan Benjamin Kim? Mereka orangtua ku. Amma lagi hiatus karena hamil waktu itu. Yayah ada panggilan dari agensi buat photoshoot, sedangkan Amma lagi di dapur buat siapin makan malam, aku main sendirian di teras rumah. Aku gak mau masuk karena mau nungguin Yayah pulang. Ada suara mobil, aku kira itu mobil Yayah, jadi aku reflek berdiri dan panggil Amma ku, ngasih tau kalau Yayah udah pulang. Tapi, ternyata bukan Yayah. Mereka semua pake penutup wajah warna hitam." Tubuh Leehan mulai bergetar, Taesan panik dan memegang bahu si cantik. di peluk nya tubuh kurus Leehan dan Taesan berikan usapan lembut di punggungnya.

Behind The DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang