Matahari pun muncul dari ufuk Timur, terangnya cahaya menunjukkan bahwa pagi ini sang mentari tersenyum lebar.
Kedua pemuda yang berada dalam satu kamar pun belum berniat beranjak dari kasur, mereka masih saling memeluk.
Leehan tersenyum hingga mata nya menyipit. Taesan tak henti terkagum oleh pahatan wajah ayu milik Leehan, Tuhan sedang bahagia kala menciptakannya. Begitu pikir Taesan.
Taesan menepuk pelan kepala si cantik dan menariknya kedalam dekapan. Usapan lembut ia berikan di punggung Leehan sebagai isyarat penenang. Kecupan di ujung kepala pun tak lupa Taesan tinggalkan. Pelukan mereka semakin mengerat kala merasakan dinginnya malam.
"Jadi pacar gue yuk han. Ini bukan minta, tapi ngajak." Taesan berbicara dengan memejamkan matanya. Leehan diam, dia sedikit terkejut ketika mendengar perkataan Taesan. Wajahnya ia dusalkan di dada bidang yang lebih tua, mencari kenyamanan.
Yang lebih muda masih nyaman mendusal di dada Taesan sesekali menghirup aroma khas milik yang lebih tua."Ini ceritanya gue ditolak kah? masa yang diajak pacaran malah diem aja" celetuk Taesan disaat Leehan terus mendusal padanya. Leehan tertawa kecil kemudian menangkup wajah si tampan.
"Iya, Ditolak, soalnya nggak romantis." Ucapnya menggoda, Taesan mencebik kemudian balik mendusal ke leher Leehan. Leehan tetap wangi, begitu pikir Taesan.
Setelah beberapa saat bertahan pada posisi tersebut, mereka berdua memutuskan untuk membersihkan diri.Sekarang pukul 06.48 sedangkan kelas mereka berdua akan dimulai jam 9, masih banyak waktu yang bisa digunakan untuk bersantai. Taesan meminta mama nya agar membuatkan bekal untuk ia dan Leehan nanti siang. Sedang tidak ingin ke kantin fakultas katanya.
padahal Taesan sendiri membatin."kalo gue ajak Ihan ke kantin, nanti banyak yang naksir. gak boleh."
sedangkan Leehan iya iya aja sama apa kata Taesan. Entahlah, semangatnya mendadak menjadi rasa takut kala ia sadar jikahari ini akan pergi jauh dari rumah dan bertemu banyak orang.
Si cantik sedikit terkejut saat merasakan usapan lembut di punggung tangannya, tapi ia kemudian tersenyum saat mendapati Taesan sedang berusaha memberinya ketenangan. Leehan menatap Taesan kemudian mengangguk pelan. Setelah bekal selesai disiapkan, Taesan mengantarkan Leehan kembali ke rumahnya untuk mengambil keperluan kuliah.
Leehan mengambil beberapa buku catatan dan laptop nya kemudian berjalan ke luar rumah dan mengunci pintu utama. Jujur, tubuh Leehan bergetar sekarang, tapi ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Taesan yang melihatnya pun hanya menggelengkan kepala kemudian mengangkatnya ke gendongan.
Ia menurunkan Leehan di samping pintu mobil yang sudah ia buka dengan susah payah karena makhluk cantik nan lucu di gendongannya. Tangannya bergerak mencubit hidung si manis kemudian tertawa kecil.
"Kalau takut itu bilang, ada gue yang bakal gendong."
Leehan menggerutu pelan, gini-gini dia tuh sedang mencoba melawan rasa takutnya.
Mereka berdua masuk ke dalam mobil, Taesan yang menyetir. Dan yah.. untuk pertama kalinya dalam hidup Taesan, berangkat ke kampus tanpa diikuti oleh bodyguard nya :))
Tak ada suasana hening di dalam mobil, Taesan terus membuat Leehan berbicara untuk mengalihkan rasa takut si cantik."Sebenernya kita beda Fakultas." Ucap Leehan tiba-tiba. Taesan reflek meng-rem mobilnya secara mendadak dan membuat Leehan terkejut. Yang lebih tua meringis kala merasakan tamparan lumayan keras di bahu nya.
"Aku kira beneran satu Fakultas, karena kemarin kamu bilang bakalan ke kampus kalau kita satu Fakultas." Jawab Taesan yang kembali menjalankan mobilnya. Leehan menghela napas pelan kemudian mengusap bahu Taesan sebagai permintaan maaf karena memukulnya tadi. Bahkan tanpa sadar, Taesan menggunakan 'aku' untuk menyebut dirinya sendiri, dan 'kamu' untuk Leehan.
"Tadinya aku memang kepikiran kaya gitu, tapi aku rasa gak ada salahnya buat nyoba beradaptasi dan ngelawan rasa takut ku. Gak mungkin selamanya aku bakalan ada di dalem rumah tanpa berinteraksi sama orang lain selain kamu sama bibi. Aku juga mau ketemu sama Amma dan Yayah. Toh aku di Fakultas Psikologi, pasti ada yang bantu. Aku punya teman, walaupun belum pernah ketemu langsung sih.."
Taesan mengangguk kemudian memarkir kan mobilnya, Ia membuka seatbelt nya sendiri, tak lupa membuka kan milik si cantik. Yang lebih tua keluar lebih dulu kemudian membuka pintu dan menggendong tubuh ramping Leehan. Si cantik jelas terkejut karena tiba-tiba diangkat. Kepalanya terasa sedikit pusing saat melihat banyak orang yang memperhatikan mereka."Gak usah di pedulikan, tatap aku aja. Ngerti?" Bisik Taesan, Leehan mengangguk kecil dan menenggelamkan wajahnya ke bahu yang lebih tua. Taesan sudah menjelajahi seluruh gedung Fakultas di kampus ini, jelas ia tahu pasti dimana gedung Fakultas Psikologi berada.
Kedua kaki jenjang Taesan membawa mereka berdua masuk ke area gadung Fakultas Psikologi yang jelas membuat orang-orang disana terkejut. Seorang Han Taesan menggendong laki-laki dan datang ke gedung Fakultas Psikologi? Itu adalah sesuatu yang sangat WOW
"Kamu udah hubungi 'teman' mu itu?" Taesan sedikit menekan Kata 'teman' di kalimatnya. Entahlah, ia seakan kurang suka saat Leehan menyebutnya. Si cantik mengangguk pelan dan bilang bahwa ia ditunggu di kantin Fakultas. Jelas Taesan menolak keras kala mendengar kata Kantin terucap dari mulut si cantik. Ia meminta Leehan untuk mereka bertemu di perpustakaan saja.
To Be Continued.
Ekhm... posesif ya mas Taesan
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Door
Teen FictionBanyak hal tak terduga yang Taesan temui di perjalanan hidup yang berakhir menjadi favoritnya. 1. Music 2. Leehan.