Red Aster

900 69 1
                                    

Udah lama ga pacaran, semenjak ada Harua, dua orang ini susah sekali bertemu. Kalo ga Sunoo latihan dance, ya Heeseung yang lembur. Ketemunya malam pas Sunoo udah tidur, bahkan akhir-akhir ini Sunoo ketiduran terus di kamar Harua.

Seperti malam ini, Heeseung ga nemu istrinya di kamar mereka.udah pasti ada di kamar Harua, dan benar saja. Tapi kali ini Sunoo tidur dengan posisi duduk dilantai dan kepala yang terkulai di sisi Kasur Harua, Heeseung meringis. “Cape banget ya ajak Harua main seharian, sampe ketiduran gini”

Heeseung berjongkok disamping Sunoo, membawa rambut yang menutupi wajah cantik istrinya kebelakang telinga. Melihat wajah tenang itu membuat Heeseung berpikir, haruskah dia menyerahkan pekerjaan besok pada Jisung. Setiap hari merindukan Sunoo baginya adalah masalah berat, kali ini benar tak bisa di tahan.

Mereka satu rumah loh, tapi masih bisa rindu-rinduan gini. Di posisi Sunoo juga begitu, apalagi kalo udah shooting. Capenya bisa sampe buat dia tidur ga bangun-bangun, dia pernah nangis saking capenya.  Sunoo bukannya muak sama apa yang dia jalanin sekarang, semua udah pasti ada keuntungan dan resiko. Dia professional, tapi masa ga boleh cape.

Ingat banget ga lama ini pas kamera masih nyala, si kecil Harua minta maaf ke Sunoo sambil berbisik. Si kecil rupanya malu.

Kaki mungilnya melangkah mendekati Sunoo yang sedang menghias cupcake buatan mereka, menutup telinga Sunoo saat akan berbisik. “Minta maap”

“Hah?” Sunoo bukannya ga dengar, dia ga ngerti aja kenapa anaknya tiba-tba minta maaf.

“rua minta map ya, Unda” Bisik Harua lagi, darahnya mengalir deras dan menyatu di dua pipi dan daun telinganya. Sunoo seperti bercermin jika dihadapkan dengan Harua yang akan menangis ini.

Sunoo terkekeh. “Minta maaf apa nak? Bunda ga ngerti”

Sama seperti bundanya, Harua ini bisa dibilang sering menangis dengan hal kecil. Lebih tepatnya hal kecil namun bisa menyentuh hatinya, bibir mungilnya akan turun jika akan menahan air mata. Tapi semua itu sia-sia, air mata itu lolos membasahi pipi gembilnya.
“Harua nakal sama Unda huaaaa”

Sunoo panik dong, ga ada angin ga ada hujan anaknya nangis dengan alasan yang dia masih kurang tangkap. “Loh loh, anak Bunda kok nangis. Harua ga pernah nakal tu sama Bunda, coba sini duduk di pangkuan Bunda. Jelasin kenapa Harua bilang begitu ke Bunda” Melipat kakinya, membawa Harua untuk bersandar pada tubuhnya.

Si kecil sudah nangis kejer, ini lucu tapi juga sedih. Penonton saat itupun dibuat gemas pada Harua.

“Rua- Rua sering nakal sama Unda, Harua berantakin robot, ketawa keras-keras, 'kan nda bole”

Bibir itu melengkung naik, mengusap air mata putranya. “Haha iya Bunda maafin, sudah ya jangan nangis”

“Harua kasian sama Unda, Unda Lelah sama Rua”

“Eung? Bunda ga Lelah sama Harua, dengar ya, semua yang Bunda lakuin kalo ada Harua itu seru banget. Ayah 'kan lagi kerja, Bunda suka kesepian kalo ga ada tante Uwon sama tante July. Tapi sekarang ada Harua, jadi Bunda ga harus keluar rumah buat hilangin sepinya” Sunoo mengecup kening dan pipi bocah kecilnya.

“Bunda maafin nak, sudah. Selesaikan nangisnya ya”

Heeseung memutuskan untuk mengangkat tubuh Sunoo, dengan sangat perlahan, tak ingin istrinya terbangun. Begitu juga saat meletakkan Sunoo diatas Kasur, Heeseung sampai menahan napas saking tak mau Sunoo terbangun.

“Mas mandi dulu ya, jangan kebangun” Bisiknya.

Heeseung bergegas membersihkan diri, sementara Sunoo tak kuat menahan tawanya. Udah lama hidup bersama masih aja dibuat salting sama bisikan penguasa bumi, ngerasa tubuhnya melayang eh ternyata di gendong Pak Suami.

 ɴᴏ ʀᴇɢʀᴇᴛ (ʜᴇᴇsᴜɴ) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang