1.

16 2 0
                                    

Happy reading🎀⭐

"Mama, papa, besok kita pergi ke kebun binatang kan?"

Avaluna Nebula, gadis cantik yang senang bernyanyi, namun mamanya tak mendukungnya sebagai penyanyi.

Avaluna kecil tak keberatan dengan alasan mamanya saat itu. Namun tetap, Avaluna dan kegemarannya tak akan pernah bisa dipisahkan. Avaluna memiliki adik, Eveline namanya. Awalnya ia berpikir awal mula kebahagiaan akan dimulai.

18.30

"Masa gini doang gak bisa sih, Luna?!" Bianca meninggikan suaranya kala melihat anaknya tak bisa menjawab pertanyaan bahasa inggris dibukunya.

"Jangan kasar-kasar ke Luna sayang, dia masih kecil, jangan buat dia takut sama kamu" Luna mengucek matanya dan terus mencoba memahami kalimat itu.

"Aku pergi ya, inget, jangan kasar sama Luna!" Bianca hanya mengangguk saat Arga mengingatkan dirinya. Avaluna beranjak menghampiri adiknya yang tertidur.

Suara Bianca terdengar memanggil namanya, ia menoleh dan menatap Bianca dan berjalan menuju meja belajarnya.

"Gimana? Udah ngerti?" Luna menggeleng, Bianca yang kesal dengan segera mengambil bolpoin yang sempat ia pakai tadi, dan beberapa kali menusuk kepala Luna dengan ujung bolpoin itu. Luna hanya terdiam, dan masih terus mencoba memahami. sakit, kepalanya terasa berdenyut akibat tusukan itu, tak apa hanya luka kecil.

"Kamu tuh makan apa sih? Bodoh banget!" Luna dengan segera mengambil penghapus nya dan menulis jawaban yang ia rasa benar.

Bianca mengambil tisu dan menekan sedikit titik dimana ia sempat menusuk kepala anaknya.

"Mama, Luna udah selesai, Luna boleh tidur?" Tanya anak perempuan itu dengan senyum lebar dan lesung pipi di wajahnya.

Bianca hanya mengangguk dan membiarkan anak itu tidur, ia tahu besok hari libur namun ia tak suka anaknya bersantai-santai sebelum hari libur.

Luna beranjak menuju kasurnya dan segera tertidur, kepalanya masih terasa sedikit berdenyut.

06.00

Luna sudah duduk dengan tenang di depan televisi, menonton kartun kesukaannya.

"Luna, ayo makan" Arga muncul dengan sepiring nasi dan semangkuk sup.

"Hari ini papa yang masak, nonton sambil makan ya?" Luna mengangguk dan tersenyum.

Gadis itu makan dengan lahap, sesekali sang papa mengingatkan untuk mengunyah makanannya.

"Jangan di emut terus makanannya Luna, sambil dikunyah" Luna mengangguk dan mengunyah makanannya.

"Papa, Luna mau minum" rengek gadis itu, sambil berjalan menuju ruang makan untuk mengambil gelasnya.

"Hati-hati, kalau botol vitaminnya pecah gimana?!" Bianca membentak Luna membuat anak itu kaget dan menumpahkan air di gelasnya.

"Haduh, kamu ini cuma bisa bikin pusing! Sehari aja gak usah buat masalah di rumah, bisa!?" Bianca menekan kedua pipi Luna dengan tatapan mata marahnya.

"Udahlah, Luna masih kecil, kamu jangan terus-terusan marahin Luna" Arga menggendong Luna menuju kamar untuk melanjutkan makannya.

"Papa, Luna boleh nanya?"

"Boleh, Luna mau nanya apa sayang?"

"Kalau papa pergi ninggalin Luna dan mama marahin Luna seperti tadi, apa papa akan memeluk dan menenangkan Luna?" Arga meletakkan piring makan Luna dan mengusap pipi anaknya.

Avaluna to The MoonWhere stories live. Discover now