2.

8 0 0
                                    

"LUNA AWAS!" Jennifer menangkap bola basket yang hampir melayang mengenai kepala Luna, ia segera menghela nafas lega.

"Hati-hati, jangan liat kebawah terus," Jennifer duduk di ruang tunggu bersama Luna.

"Ada apa emangnya? Luna lagi mikirin apa?" Luna meminum sebotol air mineral dan menggeleng.

"Gapapa, lagi capek aja. Habis les dari sekolah, les di rumah miss Shina, terus lanjut bimbel inggris di rumahnya miss Key"

"Jangan kecapekan, kamu akhir-akhir ini sering mimisan di kelas loh" Luna menunduk.

beberapa kali memang Luna selalu absen dalam beberapa mata pelajaran.

"Mister, Luna izin, Luna mimisan"

"Miss, Luna mimisan, permisi"

"Mister, Luna izin ke kamar mandi"

Memori ingatan Luna terputar dalam 3 hari dalam Minggu ini ketika dirinya sering sekali mengalami mimisan.

"Kebayang gak kalau kepala kamu kena bola basket tadi?" Luna mengangguk, matanya berkaca-kaca, ia menatap beberapa murid perempuan dan laki-laki yang sedang bermain kejar-kejaran.

"Kapan aku bisa lari-larian kayak dulu lagi ya Jen?" Jennifer mengulas senyum dan mengusap puncak kepala perempuan berambut sebahu itu lembut.

"Setelah kelas 6, kita bakal kejar-kejaran kayak yang Luna pengen" Luna tersenyum.

"Ayo masuk, oh iya, ini tadi Luna udah fotocopy ditempat oma sama opa."

"Cuma buat kita berdua kan? Gak boleh ada yang minta, kan pake uang kita"

"Iya, tenang aja haha"

Bruk

"Aduhh, gimana sih kalo jalan!" Evelyn, gadis berambut panjang itu mengangkat tangannya tinggi hendak memukul Luna.

Luna dengan cepat menutupi kepalanya dan segera meringkuk.

Jennifer terdiam, Evelyn juga nampak terdiam.

"Woy, lo apain Luna?" Kevin segera berlari menghampiri gadis yang meringkuk itu di bangsal tari.

"Lun, kamu gapapa?" Luna menurunkan tangannya dan segera berdiri, air matanya mengalir, tangannya gemetar.

"Aku gapapa"

"Ayo, Lun," Jennifer menatap kesal gadis bertubuh gempal itu dan menggandeng tangan Luna menuju kelas.

"Lo ngapain sih? Biar dilirik sama Billy?" Evelyn menepis tangan Kevin yang menunjuk laki-laki yang tengah duduk di ujung bangsal.

"Apaan sih? Sok tau!"

Luna meletakkan tasnya di sofa, mengambil tablet nya dan bermain game cooking mama.

"Kakak udah pulang? Eve boleh pinjem tabletnya gak kak?" Luna menggeleng.

"Tablet Eve mana? Main sama tablet Eve sendiri sana!" Luna segera merebahkan tubuhnya di sofa dan bermain dengan tabletnya.

Eve yang kesal segera menarik rambut Luna, merasa kesal gadis itu segera bangkit dan mendorong tubuh Eve menabrak tembok. Eve dengan segera mengambil bola basket yang berada di kamar Luna, ia memantulkan bola itu diatas meja kaca ruang keluarga. Suara pecahan segera terdengar dan Eve juga tidak sengaja menginjak pecahan kaca itu, ia menangis dengan kuat. Darah mengalir dari telapak kakinya, Bianca datang dan segera menampar, memukul kepala Luna serta menjambak rambut anak sulungnya itu.

Avaluna to The MoonWhere stories live. Discover now