Flashback
"Papa, Luna mau beli puzzle Disney princess itu, boleh?"
"Boleh sayang" Luna kecil tersenyum, dan menghampiri penjual mainan itu.
"Papa, besok kita jadi jalan-jalan ke pantai sama temen papa sama anaknya??" Luna memeluk erat puzzle yang berada di dekapannya erat.
17 Maret 2006
"Richard!" Luna berlari menuruni tangga dan mengajak anak laki-laki yang setahun lebih tua darinya melihat monyet hasil buruan papanya.
"Dia galak gak?" Luna memberikan Richard pisang.
"Coba kasih ke monyetnya" Richard melakukan dengan takut-takut.
"Wahhh, gak gigit, padahal dia keliatan liar hehe" Luna tertawa manis, menampilkan kedua lesung pipinya.
"Richard, Luna! Ayo masuk mobil, atau kalian mau main sama monyet aja, gak usah ikut ke pantai?" Luna berlari menuju papanya, ia ingin duduk di pangkuan papanya.
"Luna duduk dibelakang aja sama Richard, nanti papa gak bisa lihat jalan" Luna menggembungkan kedua pipinya.
"Di belakang kan luas Luna, cuma kamu sama Richard"
Luna akhirnya mengalah dan duduk di bagian belakang.
Luna memejamkan matanya, tertidur lelap di bahu teman bermainnya itu.
Suara deburan ombak, teriakan dari anak-anak yang berlarian serta suara penjual mainan dan makanan bersahut-sahutan.
"Richard mau kemana?"
"Mau main air, aku udah selesai makan" Luna menatap laki-laki dengan kaos putih itu berlari menuju bibir pantai.
"Luna ayo makanannya dikunyah, mau main air juga kan? Habisin makanannya sayang" Luna menoleh menatap papanya dengan sendok ditangannya.
"Papa" Arga menatap mata bulat anaknya itu lekat.
"Luna udah kenyang?"
"Udah, Luna boleh main air?" Arga mengangguk mantap.
"Hati-hati Luna!"
Flashback
"Luna, kamu baik-baik aja?" Luna tersadar dan mengangguk, mengambil pena dan menandai soal-soal ulangan kenaikan kelas seminggu lagi.
Tes... Tes...
Mata Luna membulat, mengambil tisu yang akhir-akhir ini dia bawa, nihil tisunya tidak ada di tasnya. Menoleh kesana kemari, pandangannya tertuju pada meja Evelyn, itu tisunya. Luna sengaja menatap lama pada gadis bertubuh gempal itu, dirasa mulai ada pergerakan dari Evelyn, gadis itu memberi kode meminta tisu miliknya. Darah mulai mengalir di sela-sela jarinya.
"Luna, Evelyn. Ada apa? Kalian ingin menggantikan saya mengajar?!"
"Miss, Luna butuh tisu, dan tisunya sedang dipinjam oleh Evelyn"
"Ada ap-" darah itu mengalir bebas melewati sela-sela jarinya, telapak tangannya hingga mengalir menetes pada lantai.
Bertepatan dengan bel istirahat berbunyi, Luna segera menunduk, meminta izin dan segera berlari.
"Pelajaran selesai, silahkan istirahat" guru meninggalkan ruang kelas, Evelyn nampak santai, tak merasa bersalah sama sekali.
"Kamu kayaknya puas ya, bikin anak orang kehabisan darah" Vela menatap Evelyn, kesal.
YOU ARE READING
Avaluna to The Moon
Teen Fiction"Aku juga mau ngerasain di sayang sama mama sendiri, kayak temen-temen aku yang lainnya" "Ma, nilai Luna 100 lagi" "Aku apasih dimata mama?" "Gimana kalau ternyata aku gak bisa terus disini?" "LUNA?! BIKIN MASALAH APALAGI KAMU DI SEKOLAH? APA KAMU...