BAB I [ ada jalan di hari esok ]

912 15 0
                                    

   di tengah hiruk pikuk perkotaan, suara klakson terdengar di tengah kemacetan, dua orang lansia menjadi gelandangan akibat terlilit hutang bank, berkeinginan memiliki bayi tabung setelah mondar-mandir Singapure ke Korea, namun apalah daya jika tuhan berkata lain. hilangnya harta menyebabkan mereka kehilangan seluruh kerabat juga sahabat yang selalu bersama, kini suami istri itu tengah berada di sebuah jembatan Ingin cepat berpulang kepada yang kuasa.

   raut wajah keraguan terlihat di muka sang istri, melihat pemandangan sungai yang begitu deras si suami mencoba meyakinkan, berdua mereka bersama-sama bergandengan tangan ingin mengakhiri segala penderitaan, namun ntah kesialan atau malah keberuntungan, terlihat 2 orang anak mencoba meyakinkan untuk pasangan suami istri itu agar mengurungkan niatnya.

    terlihat bocah mungil berbaju compang-camping menggendong bayi kecil di pundak nya. mencoba menarik kedua gelandang itu sambil terus meneriaki keduanya.

A:"paman, bibi.. apa kalian tak malu melihat ku yang masih berumur 7 tahun berdiri dengan gagah, bukankah kalian dulu yang memberiku makanan juga uang saat aku lapar, bila kalian tak kuat
lagi maka mari bergegas untuk tidur, bukankah kalian dulu berkata ingin punya anak seperti aku, ayo paman.. masih ada hari esok, masih ada sesuap nasi untuk orang lain, masih.."

   ucap sang anak sambil menahan air mata, sebuah kata-kata yang tak seharusnya anak kecil ketahui yang seharusnya mereka hanya tau makan dan bermain, sang istri yang tak kuasa menahan air mata terjatuh lemas sambil memeluk sang anak, pemandangan yang begitu memilukan terjadi ketika sang bayi ikut menangis seperti tau apa yang mereka bicarakan, mereka menangis dalam satu dekapan dengan si ayah yang masih berdiri menyalahkan diri sendiri.

   setelah mereka selesai menangis dan si bayi sudah tidur pulas di dalam dekapan si istri, anak itu menarik kedua pasangan tua itu menuju tempat dimana ia berteduh, sebuah gubuk reyot di area kumuh yang rawan terkena banjir, didalamnya terdapat seorang wanita cantik yang tengah lemas tak berdaya, dan itu adalah ibu dari kedua anak itu, seorang wanita muda yang tengah sekarat dan tak di ketahui dari mana ia berasal.

   wanita itu menatap si ibu yang menggendong bayinya memberi isyarat untuk mendekatinya, ia mengelus si bayi lalu menggenggam tangan si ibu, dalam samar ia berkata pada pasangan itu untuk membawa kedua anaknya untuk sebatas merawat mereka dan ia berkata anak-anak itu tangguh dan tak akan merepotkan mereka, si ibu hanya mengiyakan Karena ia tak bisa berjanji, namun si kakak yang mendengar itu berkata.

A:"ibunda apa yang ibunda katakan.. aku sudah membawa obat yang ibunda minta" sambil menunjukkan permen kecil yang ia kira obat

   wanita itu mengusap sang anak sambil tersenyum dan berbasa-basi.

    di belakang pasangan suami-istri itu kini terenyuh hati nya melihat kehebatan kedua anak itu dan wanita itu, sembari kembali bertekad untuk sekali lagi berdiri di atas kejayaan mereka, kemudian mereka berdua meminta izin untuk pamit dan berterimakasih kepada si anak sembari bertanya.(Papa)

P:"tak kusangka anak sekecil kamu punya hati yang begitu teguh" ucap si suami pada sang anak
M:"ntah tuhan yang mana yang mengirim kedua malaikat manis ini" imbuh si istri
P:"kami tak bisa berjanji tapi kami akan berusaha untuk tak menyerah"
M:"tidak, ibu berjanji kami akan mencari kalian meski harus menjual sebagian hidup ku," tegas sang istri
P:"nak siapa nama mu?"
A:"namaku ian, alvian paman"

   setelah mengetahui nama si anak kedua pasangan itu akhirnya pergi meninggalkan area kumuh itu dan tak terlihat jejak keduanya di hari esok.

• NOTE : jangan lupa vote kalo mao lanjut

[BxB] $-Sebatang Coklat-$Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang