pagi menjelang siang, mentari berubah menjadi sengingi, hangat nya matahari pagi berubah menjadi panasnya siang hari, area kumuh menjadi semakin kumuh sementara hiruk-pikuk perkotaan terus saja menyudutkan, hari hari yang ian dan ibu nya alami tak seperti yang mereka inginkan, pagi jadi malah hingga malam menjadi pagi, tak ada hari tanpa umpatan juga cacian dari orang sekitar, mereka mengira diri mereka suci sementara mereka tinggal di bawah kerak sampah terdalam.miris, itulah kata yang sering ibundaku ucapkan ketika orang-orang sekitar terus mencela ibuku, mereka mencaci bahkan mencela ibuku sementara mereka mengambil uang yang tersimpan di bawah kasur ku, mereka membenci kami tapi mereka berfoya-foya dengan apa yang telah ibu perjuangkan, ibu terus berkata "sabar dan terus sabar" entah kapan penantian yang tiada ujung ini berakhir.
sudah 6 bulan semenjak aku dan ibuku pulang, ibu selalu di tekan dan aku hidup dari penjualan pao, terkadang ibu bahkan tidak berbicara setelah panjangnya hari, ibu menghabiskan uang nya untuk berpindah ke area kumuh paling ujung dan menyewa bidan selama masa-masa persalinan, ibu dalam diamnya selalu tersenyum berusaha menghibur berharap penantian nya membuahkan hasil.
hari hari menjelang persalinan adik ku terasa begitu berat, anak-anak kecil berupa buruk juga hitam itu terus mencelaku dan mengatai adikku yang akan lahir, anak-anak yang tak tau diri itu yang dulunya sering ibu beri makanan, mereka makan dari uang yang ibu selalu usahakan, namun kini ibu hanya bisa berbaring tak berdaya menunggu persalinan.
dan di situlah muncul sifat yang seharusnya tak kumiliki, aku berkulit putih sedangkan mereka hitam, rambutku lurus lembut dan halus sedangkan rambut mereka seperti bulu domba, bentuk badanku begitu indah sedangkan tubuh mereka hanya kulit dan tulang, tubuhku indah dan mempesona karenanya aku membedakan sosial antara aku dan anak-anak dari area kumuh, aku memanggil mereka dengan sebutan orang rendahan.
setelah hari itu, tidak ada rasa sakit bila aku di cela oleh anak-anak rendahan, aku mulai mengabaikan dan bahkan tak sudi menyentuh tubuh jelek mereka, hanya menunggu hitungan hari ibu akan melakukan persalinan, aku selalu menyanyi untuk menghibur ibuku, aku lebih sering berada di rumah ketimbang main kelapangan meskipun ada anak dari area kumuh yang baik padaku, namanya indra, ia lebih baik ketimbang anak-anak lainnya, ia sering mengirim bubur dari ibunya untuk dimakan oleh ibuku.
hingga hari persalinan tiba, di dalam kamar hanya terdapat tiga orang ibuku, seorang bidan dan ibunya Indra, sementara aku menunggu di luar bersama dengan indra, persalinan terasa sangat panjang aku menunggu dengan penantian, berdoa agar ibu juga adikku selamat, Indra selalu mengajak ku bicara mencoba menghibur juga memenangkan diriku, dan kemudian lahirlah bayi yang merupakan adikku, aku dan Indra loncat dengan gembira namun langsung di marahi oleh ibunya indra, di situ tangis haru pecah seisi ruangan menangis kecuali sang bidan yang hanya melakukan pekerjaannya.
Note : jangan lupa pencet vote, susah nyoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BxB] $-Sebatang Coklat-$
Fantasía*sebuah keluarga miskin di tengah kota yang begitu megah, mengais sisa-sisa harapan, 2 malaikat kecil datang menghampiri menjadi satu-satunya benang penyelamat* • vote ya manis • malam senin