Tingkat kelas.

145 18 9
                                    

"RAI, RAI TUNGGUIN GUE, WOY!!" teriakan itu terdengar lantang, menggelar di sepanjang koridor, membuat beberapa murid yang menghabiskan waktu di luar kelas sontak menatap pada sang pemilik suara. Rui, gadis dengan jaket hitam itu berlari kecil, mengejar sosok Rai di depan sana.

"RAI!!" kali itu, Rai menghentikan langkahnya, setelah sekian lama melarikan diri dari Rui, si gadis berandalan yang benar-benar mengerikan bahkan mungkin lebih dari seorang Arista Regantara. Rui, orang penting terakhir yang harus dia hindari, ternyata telah menemaninya sejak kemarin sore, saat persembunyian keduanya di balik bangunan tua, mengantarkannya pulang dengan selamat, hingga menginap di rumahnya.

Rui, dia adalah orang yang seharusnya Rai hindari.

"Lo kenapa, sih?" Mungkin itu adalah pertanyaan konyol yang pernah Rui lontarkan, jelas dia mengetahui alasan Rai menjauhinya, gadis itu pasti tidak ingin berinteraksi lagi degannya setelah dia mengatakan bahwa orang penting terakhir yang harus di jauhi adalah dirinya sendiri.

Rai menatap Rui lamat, menatap bagaimana lelahnya seorang Rui karna mengejarnya dari kelas hingga ke lantai bawah. Gadis itu menghembuskan napas, kemudian kembali berlalu, meninggalkan Rui yang berdecak tak suka.

"Rai, dengarin-"

"Dengarin apa lagi?!" Rai membalikan tubuh kesal, menatap Rui jengah. Jelas tidak ada lagi yang harus dia dengarkan dari Rui, apa yang gadis itu katakan mengenai dirinya sendiri sudah  bisa menjadi alasan kuat kenapa dia menjauhi Rui.

"Gak ada yang harus gue dengarin Rui. Lo jelas orang yang harus gue hindari kalo gue mau hidup tenang di sekolah ini. Lo, Arista, Aurora, Sasa, Yura, dan juga Cisana adalah orang yang benar-benar harus gue hindari!"

"Gak usah ganggu gue lagi, anggap kita gak pernah ketemu dan gak pernah kenal satu sama lain. Gue pindah ke sekolah ini karna nyokap gue, dan tolong jangan buat masalah buat gue Rui!" suara itu terdengar tegas, jelas sekali kalau Rai tidak ingin terlibat interaksi lagi dengan Rui, ingin hidup damai dan tenang di sekolah ini tanpa ada masalah sedikit pun. Tapi mungkin, bukan Rui ataupun lima orang penting lainnya yang menjadi penyebab masalah datang pada hidup Rai, tapi_

"Lo salah besar Rai, kedatangan lo di sekolah ini justru udah jadi masalah buat hidup lo sendiri" kalimat itu seketika menghentikan langkah Rai yang ingin pergi, gadis itu membalikkan tubuhnya, menatap Rui tidak mengerti.

"Maksud lo?"

"Ikut gue"

_sekolah ini yang akan membawa masalah.

.

Ruangan itu lenggang saat Rui membuka pintunya dengan sidik jari, Rai menatap sekeliling dengan lamat, manik hitam itu mengedar ke penjuru ruangan yang terlihat seperti sebuah kamar, tapi ruangan ini terletak di lantai atas sekolah.

"Ini ruangan gue" Rui menyahut sambil berlalu masuk, Rai ikut melangkah, masih menatap ruangan itu dengan kagum. Ruangan ini benar-benar seperti kamar, lebih luas dari kamarnya sendiri. Dindingnya di cat hitam putih, ada ranjang, sofa, meja belajar, komputer, dan juga rak buku yang penuh dengan buku paket sekolah dan beberapa novel.

Rai meraih salah satu novel, membaca judulnya sesaat yang entah kenapa terlihat menarik untuk di baca.

"Remaja yang butuh ruang"

"Itu novel yang di tulis Sasa" ujar Rui dari sebrang sana, Rai spontan mendongak, menatap Rui terkejut.

"Sasa? Cewek yang tadi?" Tanya Rai memastikan. Rui hanya mengangguk sebagai respon, membuka kaleng soda yang dia ambil dari meja kecil di depan sofa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mons SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang