Pagi ini apartemen Soohyun begitu gaduh, pria itu terlihat tengah mengejar putri bungsunya yang tengah berlari hanya dengan mengenakan handuk, belum lagi putranya yang terus berteriak memanggilnya. Biasanya pagi-pagi sekali akan ada bibi Oh yang membantunya menyiapkan semua keperluan dirinya juga anak-anak tapi, hari ini wanita paruh baya itu tidak bisa datang ke kediamannya karena sakit.
"Apa memang pagi hari sesibuk ini?" Katanya sembari menghela napas. "Jihye-ya, ayo pakai dulu bajunya," Soohyun masih terus mengejar putrinya, kini Jihye berlari ke ruang tamu.
"Sebentar lagi, Papa," dengan masih berlari gadis kecil itu berteriak.
"Jihye-ya, nanti bisa masuk angin. Ayo! Papa juga harus mencari kaos kaki untuk kak Jihun," seketika Jihye menghentikan larinya, ia memandang Soohyun yang kini menghampirinya.
"Baiklah, Jihye pakai baju sekarang," Soohyun mengembangkan senyumnya, ia mengusap kepala putrinya ketika sudah berada di hadapan Jihye.
"Putri Papa memang sangat pintar. Jika seperti itu ayo kita meluncur ke kamar," dengan cepat Soohyun membawa Jihye ke gendongannya, membuat Jihye tertawa pelan dengan apa yang dilakukannya.
###
"Papa lama sekali," tiba di kamar keduanyaa disambut oleh Jihun yang tengah duduk di atas ranjang miliknya.
"Maafkan Papa, Jihun kan tahu Papa masih harus mengurus Jihye dulu," Soohyun menurunkan Jihye dari gendongannya, dan dengan segera meraih pakaian yang akan dikenakan Jihye hari ini.
"Iya aku mengerti," Jihun masih duduk si atas ranjanganya, bocah itu hanya memperhatikan ayahnya yang tengah memakaikan pakaian pada sang adik.
"Nah sekarang Jihye sudah cantik, tunggu Papa mencarikan kaos kaki kak Jihun ya. Lalu, setelah itu kita sarapan," setelah menerima jawaban dari Jihye, Soohyun pun beralih pada putra sulungnya.
"Aku sudah mencari di sana tapi, tidak ada, Papa," Soohyun langsung mengalihkan pandangannya pada Jihun, pria itu tak lagi mencari kaos kaki di laci lemari kamar putranya itu. Padahal dirinya yakin jika kaos kaki yang dimiliki putranya itu banyak tapi, kenapa tidak ada satupun yang tersisa?
"Papa kan sudah bilang, jangan selalu melempar kaos kaki ketika sudah dipakai," Jihun terdiam, lagi-lagi ayahnya berceramah. "Langsung simpan di tempat cucian," kini Jihun menghela napas.
"Iya Papa, aku minta maaf,"
"Lebih baik kita sarapan dulu, nanti Papa belikan saja kaos kaki yang baru saat pergi ke sekolah," Jihun mengangguk, dan begitulah akhirnya Soohyun mengakhiri drama di pagi harinya.
###
"Nanti benar Papa yang akan menjemput kami kan?" Soohyun yang tengah mengemudi menganggukkan kepalanya akan pertanyaan Jihun.
"Iya, Papa yang akan menjemput kalian. Dan setelah itu ayo kita makan siang di luar," mendengarnya membuat Jihye juga Jihun mengembangkan senyum.
"Papa serius kan?" Tanya Jihun memastikan.
"Serius, Papa kan sudah berjanji," dan jawaban Soohyun kembali membuat keduanya tersenyum.
"Terima kasih, Papa," sahut keduanya berbarengan.
###
Soohyun terus saja melirik arloji di pergelangan tangannya, sekarang hampir pukul 1 dan itu sudah waktunya ia menjemput anak-anaknya tapi, saat ini masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya, belum lagi tiba-tiba ada meeting yang harus dihadirinya. Apakah lagi-lagi ia harus membatalkan janjinya pada anak-anak? Ya, sepertinya begitu.
"Dohyun-ah, tolong hubungi sopir kantor untuk menjemput Jihun juga Jihye di sekolah mereka," Dohyun yang juga fokus pada komputernya kini melirik bosnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
RomanceJika Tuhan sudah menakdirkan, tak akan ada yang bisa menentang takdir itu...