Ivory 5

4 1 0
                                    

Semenjak hari itu, Gallen di bawa pulang ke Indonesia. Semua urusan sekolahnya di pindahkan secara tiba-tiba.

Ivory sendiri harus rela bolak-balik Singapore-Indonesia untuk mengurus butik lilin aromaterphy nya.

Ivory dan Gallen tinggal di rumah masa kecil Ivory. Vanka dan Ray memang meminta Ivory dan Gallen tinggal di rumahnya. Dan jelas Ivory menolak. Selama belum ada ikatan pernikahan, Ivory menolak tinggal di kediaman Caiden.

Caiden sendiri akhirnya bolak-balik Sydney-Indonesia. Semua perkejaan yang bisa di remote, akan dia kerjakan di Indonesia. Tapi untuk beberapa pekerjaan yang tidak bisa, mau tidak mau Caiden harus pergi ke Sydney. Tentu saja dengan Gallen dan Ivory.

"Buat apa sih aku ikut kamu ke kantor juga? Mendingan aku di sini sama Gallen dan Calvin. Kalau nggak kita bisa jalan-jalan ke luar cari makan."

Caiden menggeleng tidak setuju. "Gallen nggak apa-apa dah jalan sama Calvin. Kamu tetep harus ikut."

"Fungsinya?"

"Hahaha. . ." Calvin tertawa melihat kelakuan Caiden yang posesif dan Ivory yang keras kepala.

Saat ini Calvin setuju dengan Ray, jodoh Caiden memang Ivory. Hanya Ivory yang bisa memunculkan sifat posesifnya pada wanita. Pada Edginee dulu saja, Caiden bersikap masa bodoh. Selama Edginee mengabari kemana dia pergi, Caiden ok-ok saja.

"Dia mau pamerin loe, Iv." sahut Calvin menggoda. "Plus kalau bisa loe tendang itu Claudia dari kantornya Caiden."

"Hah?"

Okay, Ivory binggung saat ini. Maksudnya?

"Claudia itu seketarisnya Caiden. Menurut Caiden sih tuh anak pinter dan cekatan makanya masih di pertahanin di kantor. Masalahnya kelakuannya kurang ahlak. Masa ke kantor pakai baju kurang bahan!"

Caiden menghembuskan nafasnya perlahan. Maksud tersembunyinya di beberkan Calvin terang-terangan.

"Cai. . ."

"Aku binggung Sayang mecatnya gimana. KPI nya bagus. Nilai prestasinya juga bagus. Aku nggak nyaman saja sama kelakuannya. Kalau kamu itu kan siapa tahu dia sadar diri dikit."

Caiden memeluk Ivory erat, "Terserah kamu deh sayang. Mau kamu pecat atau pindahin ke divisi lain. Pokoknya, aku ikut kamu."

Ivory menggelengkan kepalanya, "Emangnya kamu cuman punya seketaris?"

"Ada Marco sih asisten aku. Tapi aku emang tetep butuh seketaris buat urusin jadwal, angkat telepon dari klien, dan urusan surat menyurat."

Ivory mengangguk singkat. Dia pun memang hanya punya seketaris di Singapore untuk menemaninya.

"Cari cowok aja lah kata gua mah. Lebih aman!" sahut Calvin.

"Aman lah! Nggak bikin Marta curiga dan ribut mau batalin pernikahan kan?" goda Caiden yang tahu betul huru-hara Calvin-Marta.

Calvin mengangguk tidak rela. Baginya seketaris perempuan itu lebih cekatan dibanding pria. Tapi seketaris perempuan memang banyak masalah dibanding pria. Setidaknya mengurangi bibit pelakor sejak dini.

"Jadi ikut kan kamu, Sayang?" tanya Caiden yang mau tidak mau diangguki oleh Ivory.

~ Ivory ~

"Wih! Masuk-masuk bawak pujaan hati!" goda Marco saat menyambut Caiden dan Ivory di loby.

Caiden berhenti sesaat di meja penerima tamu untuk memberi akses Ivory saat ingin bertemu dengannya.

Dan dengan singkat, gosib Caiden membawa wanita ke kantor muncul seketika. Maklum saja selama ini Caiden jarang berinteraksi dengan wanita. Bahkan dengan Claudia saja dia jarang pergi keluar berdua. Selalu ada Marco di sampingnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang