♬ Prolog ♬

202 66 125
                                    

Jangan lupa tekan tombol vote yang menandakan kamu suka dengan part ini,

Serta komen pendapat kalian tentang part ini.

Follow akun penulis agar dapat info update part selanjutnya.

Let's goo

🏃‍♂🏃‍♂🏃‍♂🏃‍♂

Suasana kampus terlihat ramai dipadati oleh mahasiswa dan mahasiswi baru, hari ini adalah pembukaan PKKMB sering disebut Ospek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suasana kampus terlihat ramai dipadati oleh mahasiswa dan mahasiswi baru, hari ini adalah pembukaan PKKMB sering disebut Ospek. Mahasiswa maupun mahasiswi baru sudah diberitahu oleh panitia untuk menyiapkan barang yang akan di bawa pada saat Ospek.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Flora Sakti adalah seorang mahasiswa dari jurusan psikologi. Ia sekarang sudah memasuki semester lima, maka dari itu ia diangkat menjadi Presiden mahasiswa atau di
singkat Presma.

"Kenapa bawa sayur gini sih," gerutunya yang lumayan keras mampu didengar semua orang.

Semua mata tertuju pada gadis itu, merasa terintimidasi ia memberanikan diri melihat sekitar.
Tatapannya terkunci saat bertemu dengan mata elang milik ketua BEM.

"Baik, sepertinya ada yang bermasalah dengan penampilannya, silakan maju sini," perintahnya.

Mendengar perintah dari Presma membuat jantungnya turun ke lutut. Di tambah semua mata tertuju padanya ia semakin terpojok.

Harusnya gue membatin aja tadi, kalau udah gini bisa kena hukum, batinnya.

Melihat tidak ada pergerakan sama sekali, Presma berjalan menghampirinya lalu menarik tangannya. Terlihat sangat kasar tapi sebenarnya tarikan yang di lakukan Presma hanya tarikan biasa.

Tak terima di tarik, ia menghempaskan tangan Presma. Semua orang yang melihat itu kaget sekaligus kagum akan keberanian gadis tersebut.

Kekaguman tak berlangsung lama, saat Presma kembali menatap tajam ke arahnya. Ia bukannya menunduk malah membalas tatapan tersebut.

"Jelasin masalah kamu, kebiasaan menggerutu tidak jelas," ucap Presma.

Sebelum membuka suara, ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Ini bertujuan agar ia lebih santai nantinya.

"Oke, semuanya kalian tahu, tidak? Kostum kita ini udah kayak orang mau jualan, sebenarnya enggak masalah tapi lebih kayak kuno aja enggak sih? Coba kalian pikir masa iya zaman sekarang Ospek masih pakai ginian, bikin malu aja!" jelasnya mengeluarkan unek-unek yang dipendam sejak tadi.

Mendengar penjelasan dari sang mahasiswi membuat semua orang yang berada di sana bertepuk tangan seakan sependapat. Berbeda dengan Presma yang terus memberi tatapan tidak suka tentang apa yang di sampaikan sang mahasiswi.

"Oh, gitu doang udah berasa keren?" tanyanya.

Bukannya kesal, gadis bernama Aura Algin Caira malah tertawa terbahak-bahak. Terlihat tidak sopan, tapi ini lucu baginya seorang pemimpin tidak terima di kritik.

"Kenapa? Kehabisan kata, ya, atau kalah omongan." ledekan dari Aura berhasil menaikan emosi Kahim.

"Kamu...." ucapnya dengan jari telunjuk menunjuk Aura.

"Apa? Mau hukum? Silakan lo kira gue takut!" ujar Aura.

Tepukan tangan kembali terdengar saat Aura dengan terang-terangan menentang Presma. Sejauh ini ia terlihat aman, tetapi bagaimana nanti ke depannya.

"Lari keliling lapangan sebanyak seratus kali, tidak boleh berhenti," putusnya.

Bukan Aura kalau mengalah. Dengan sigap ia mengambil posisi start lalu berlari mengelilingi lapangan yang luasnya tidak terhitung. Ia tidak memikirkan resiko yang akan terjadi, yang ia pikirkan hanyalah tidak akan mengalah apapun kondisinya. Sangat egois bukan!

Semua orang menatap kagum sekaligus kasihan, karena ukuran lapangan yang luas bisa membuat Aura pingsan. Mereka terus memperhatikan Aura yang berlari.

Audy yang melihat sepupunya yang menghukum mahasiswi yang tidak sepenuhnya salah tidak tinggal diam. Ia tidak setuju dengan sikap sepupunya terlalu semena-mena.

"Hentikan semua ini, Vin," ucap Audy.

Sang empu hanya menoleh sekilas lalu kembali memperhatikan Aura yang berlari. Ia sedikit terpukau melihat keberanian Aura yang mengkritiknya di depan banyak orang.

Merasa ucapannya di abaikan, Audy menarik paksa tangan sepupunya dan menyeretnya pergi agak jauh dari tempat Ospek. Supaya tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Kenapa?" tanyanya tanpa rasa bersalah.

"Vin, otak lo di pakai, dia cuman mengeluarkan unek-uneknya aja, enggak harus dihukum apalagi lari, kalau dia pingsan gimana? Lo mau urus?" ujar Audy.

Galvin Azra Geraldi adalah Presma Universitas Flora Sakti. Terkenal tegas dan galak tapi dia memiliki banyak sekali fans. Entah apa yang membuatnya bisa disukai banyak orang termasuk mahasiswi dari berbagai jurusan, jika di lihat dari sifatnya tidak mungkin.

"Peduli amat lo sama itu orang," ujar Galvin.

Dengan cara apalagi Audy menyadarkan Galvin kalau perbuatannya sudah lewat batas. Sesungguhnya Audy lelah menghadapi sifat Galvin. Sebelum ada Ospek, dia tidak sekasar dan sekeras ini. Hal apa yang menyebabkan sifatnya berubah.

Tanpa aba-aba tangan Audy menampar wajah Galvin. Wajah yang terlihat putih mulus berubah menjadi merah akibat tamparan dari Audy.

Plak!

"Lo tampar gue?" tanya Galvin, tangannya mengelus pipinya yang memanas.

"Biar lo sadar, lo itu salah!" tukas Audy.

Aura merasa kepalanya sangat pusing, di sebabkan ia lupa sarapan, ia berusaha menepis rasa pusing. Larinya pun tidak sekencang awal mulai tadi, ia belum sempat berbelok untuk memutari lapangan. Kakinya tersandung tali sepatu yang lepas, sehingga posisinya menjadi telungkup.

Tidak sampai di situ ia baru saja hendak bangkit, tiba-tiba pandangannya menjadi kabur. Aura pingsan membuat seluruh mahasiswa dan mahasiswi panik.

Salah satu dari mereka berteriak mengalihkan perhatian Audy dan Galvin yang sedang berdebat. Audy berlari menghampiri Aura berharap tidak terjadi apa-apa. Galvin dengan santainya berjalan mendekati Audy dan mahasiswi, ia tersenyum sinis.

Sekarang Aura sudah berada di ruang kesehatan, ditemani oleh Audy dan Galvin. Sejujurnya Galvin terpaksa karena Audy mengancam akan melaporkan ke Papanya.

Audy sedari tadi menggosok tangan Aura dengan minyak angin, berharap segera sadar. Aura akhirnya membuka mata, pandangannya menelisik ruangan yang terasa asing.

"Gue ada di mana?" tanyanya kebingungan.

"Di alam barzah," celetuk Galvin.

"Serius ini alam barzah?" tanyanya memastikan.

"Enggak, ini ruang kesehatan," jawab Audy.

Aura ingin mendudukkan dirinya, tetapi Audy justru memintanya tetap berbaring. Demi kondisinya agar pulih lebih cepat dan ospek kembali berlangsung.

"Gue kenapa?"

"Mati!" cetus Galvin.

Ia berusaha mengingat apa yang terjadi, setelah teringat ia syok. "Oh, iya. Gue ingat tadi, kan. Dihukum sama Presma sialan," celetuknya.

Audy hanya bisa tertawa, sedangkan Galvin terlihat biasa saja padahal dalam hati ingin sekali mencekik gadis ini. Ia sangat berharap Audy pergi keluar lalu ia bisa mencekik leher Aura.

GALVARA ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang