♪ Ospek ♪

95 44 48
                                    

Jangan lupa tekan vote menandakan kamu suka part ini.

Serta komen pendapat kamu tentang part ini.

Follow akun penulis agar dapat info update selanjutnya.

Let's goo!

🏃‍♂🏃‍♂🏃‍♂🏃‍♂

Ospek kembali berlangsung, saatnya kata sambutan dari Presma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ospek kembali berlangsung, saatnya kata sambutan dari Presma. Ia menerima mic yang di berikan oleh moderator.

"Asalamuala'ikum warahmatullahi wabarakatuh, sebelumnya saya mau mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah hadir, mohon maaf atas ketidaknyamanan karena kejadian tadi, saya harap kalian mengikuti kegiatan Ospek ini sampai hari yang telah di tentukan, sekali lagi di mohon untuk mematuhi arahan yang di berikan nanti, sekian dan terimakasih," ucap Galvin.

Apa yang di sampaikan oleh Galvin membuat Aura merasa tersindir, kini ia memutuskan untuk mengikuti permainan Galvin. Ia ingin lihat siapa yang akan tunduk lebih dulu.

"Selanjutnya, pembagian tugas yang akan di sampaikan oleh Kak Audy, kepadanya di persilakan," ucap moderator.

Tidak ada basa-basi, Audy langsung menyebutkan apa saja tugas-tugas untuk mereka. Tugasnya ternyata bermacam-macam, beda orang beda tugas.

Kebetulan sekali Aura mendapat tugas membuat sebuah kalimat untuk Presma tak lain adalah Galvin. Ia harus mendapat tanda tangan pada selebaran kertas yang di bagikan panitia.

Rasanya sangat malas tapi mau bagaimana lagi, ia harus mematuhi peraturan jadi dia harus mengerjakan tugas yang sudah di berikan. Daripada ia kembali di permalukan karena mendapat hukuman di hari pertama.

Sibuk memikirkan gombalan yang cocok untuk Galvin, tangan Aura yang sedang memegang handphone tanpa sengaja memencet salah satu kontak.
Panggilan yang semulanya berdering sekarang menjadi angka, artinya tersambung.

Siapa?

Suara seseorang dari seberang telepon berhasil membuat Aura terkejut. Dalam bingung sepertinya ia mengenali suara orang itu, mirip seperti Galvin. Karena malas menjawab pertanyaan, ia justru membiarkan orang itu capek dengan sendirinya.

Siapa?

Jawab,

Ini pinjol?

Tapi saya nggak ada pinjam uang,

Sialan, jawab!

Melunjak banget lo ya!

Panggilan akhirnya di tutup oleh Galvin, melihat orang itu emosi Aura tertawa dengan puasnya. Memikirkan kembali tugas yang di beri, terlintas sebuah ide. Tanpa pikir panjang ia segera mencatatnya. Tertulis sebuah kalimat di kertas putih dengan tinta berwarna hitam.

Kau memang tampan,
Tapi sikapmu sungguh tak bisa di maafkan,
Rasanya ingin sekali memakaikanmu kain kafan.

Tertanda

Aura A. Caira

Kalimat yang dibuatnya spesial untuk Galvin, ia menganggap Presma musuhnya mulai sekarang. Ia juga berjanji takkan pernah jatuh hati pada Galvin.

Aura ingin segera menyelesaikan tugasnya, ia akan mencari di mana Galvin. Setelah bertanya pada Audy, ia segera menuju suatu tempat.

Di lain tempat, terlihat Galvin sedang bermain handphone dengan lincah jarinya mengetik sesuatu. Kedatangan Aura sontak membuatnya memasukkan kembali handphonenya ke dalam saku celana. Aura mulai melangkahkan kakinya mendekat kearah Galvin.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Galvin dengan sinis.

"Gue mau kumpul tugas," jawab Aura tak kalah ketus.

Jarak keduanya sekitar satu meter dengan posisi Galvin duduk di sofa, Aura masih stay berdiri. Layaknya bos dan anak buah.

"Sini tugasnya," pinta Galvin.

Aura melempar selebaran ke arah Galvin. Untung dengan cepat di tangkap Galvin. Kalau tidak bisa pasti akan tertiup angin karena mereka berada di rooftop.

"Kamu ini tidak sopan!" tegur Galvin.

Aura hanya acuh dengan teguran dari Galvin. Toh, Galvin pun sama tidak sopan padanya.

"Jangan bicara soal sopan, lo aja enggak sopan, enak aja mau di hormati," ujar Aura.

Rooftop tempat keduanya bertemu, seharusnya suasananya adem malah berubah jadi panas karena persiteruan keduanya tidak kunjung usai. Aura memperhatikan rooftop tempatnya berdiri, jika di lihat tempat ini nyaman dan terdapat kaca yang bisa melihat area bagian luar. Kaca itu juga bisa di turun-naikkan.

Galvin membaca kalimat pada selebaran, ia tersenyum tipis sampai tak terlihat. Entah apa yang di bayangkannya.

"Tulisan lo jelek banget, kayak ceker ayam," celetuk Galvin.

Mendengar ucapan Galvin barusan membuatnya emosi. Seenaknya mengatakan tulisannya mirip ceker ayam.

"Woy, mata lo buta? Tulisan gue sebagus itu, lo bilang mirip ceker ayam, tulisan lo kali mirip cacing kepanasan!" balas Aura, demi apapun makhluk yang ada di hadapan ini menyebalkan sekali.

Galvin mengembalikan selebaran dengan cara di lempar seperti yang di lakukan Aura. Dengan segera ia mengecek apa sudah di beri tanda tangan, hasilnya ternyata tidak ada.

"Sialan banget lo, kenapa enggak di kasih tanda tangan!" kali ini Aura sangat murka.

Galvin terkekeh melihat musuhnya murka. Ia sangat senang menjahili Aura, terutama gadis ini berani melawannya.

"Pengen banget, ya, dapat tanda tangan gue?" tanyanya dengan nada tengil.

Aura melangkah mendekat ke arah Galvin yang duduk di sofa, dengan kesal ia menendang aset masa depan milik Galvin. Sang empu berteriak saat tendangan yang di berikan Aura bukanlah tendangan biasa.

"Fuck!" erang Galvin.

"Tanda tangan, sebelum gue buat hancurin aset, lo!" tekan Aura.

Karena mendapat tekanan dari Aura, Galvin dengan malasnya menandatangi selebaran milik Aura. Ia akan membalas perbuatan gadis gila ini nantinya.

"Pergi sana lo!" usir Galvin.

Aura melenggang pergi setelah mendapat apa yang di inginkannya. Ia takkan berhenti sampai Galvin tunduk padanya.

GALVARA ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang