♪ Bertemu Galvin ♪

66 37 40
                                    

Hallo,

Jangan lupa tekan vote untuk menandakan kamu suka part ini.

Serta komen pendapat tentang part ini!

Follow akun penulis agar dapat notifikasi update part selanjutnya.

Let's goo

🏃‍♂🏃‍♂🏃‍♂

Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Aura sedang berjalan menuju minimarket di dekat kampus.

Jangan tanya kenapa ia tidak naik motor, karena ia memang tidak ada motor. Selagi masih bisa jalan kenapa harus naik kendaraan.

Ia berjalan melewati jalan raya yang masih ramai dengan lalu lalang kendaraan. Kebetulan ini jam pulang kerja orang kantoran.

Sesampai di minimarket ia segera masuk dan mencari tempat mie instan. Sebelumnya ia juga sudah mengambil keranjang. Tangannya sibuk mengambil beberapa jenis mie mulai dari mie goreng. Di rasa sudah cukup banyak, ia beralih ke tempat snack, mengambil keripik kesukaannya dan terakhir ia ke tempat minuman.

Saat hendak ke dekat kulkas ia bertemu dengan seseorang. Ia mengenali siapa orangnya yang tak lain adalah Galvin.

Aura dengan santai membuka kulkas yang berisi susu beraneka varian. Ia mengambil susu kotak berukuran besar rasa coklat.

Mata Galvin menoleh ke arah Aura, ia melihat banyak sekali mie instan di dalam keranjang. Tanpa sadar mulutnya mengeluarkan suara.

"Kebanyakan makan mie instan enggak sehat buat lambung," ucapnya.

Aura mendengar ucapan itu refleks menoleh, mata mereka bertemu sebentar karena Galvin segera memutuskannya. Menatap mata Galvin saja Aura malas, ia tidak suka jika ada yang mencampuri urusannya.

"Terserah gue, kok lo yang sibuk. Urus diri lo sendiri," balas Aura lalu melenggang pergi dari hadapan Galvin.

Galvin hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan perilaku Aura.

Dasar keras kepala, batinnya.

Aura meletakkan semua barang di atas meja kasir, setelah membayar ia segera keluar dari minimarket. Ia rasanya ingin membeli martabak yang tepat berada di depan kampus.

Dalam perjalanan pulang jalanan sudah tidak terlalu ramai, mungkin orang sudah berada di rumahnya. Ia mempercepat langkahnya untuk membeli martabak lalu pulang ke rumah.

Cukup lama ia mengantri untuk membeli martabak. Saat gilirannya Aura memesan martabak manis dengan toping kacang dan seres.

Ia kembali menunggu martabak di buat, tanpa terasa waktu berjalan lebih cepat dari yang ia kira. Ia mengambil martabak dan membayarnya.

Dengan melangkah lebih cepat dari sebelumnya, karena jalanan semakin sepi. Ia takut jika nanti ada preman.

Apa yang di pikirkannya terjadi, di pertengahan ia dihadang oleh dua orang preman. Aura mencium aroma alkohol yang begitu pekat, kedua preman terlihat mabuk.

Belum sempat menghindar salah satu preman mencekal tangannya. Aura tidak cukup kuat untuk menghempaskannya.

"LEPASKAN!" teriak Aura.

"Enggak ada yang bisa selamatkan kamu," ucap Preman yang mencekal tangan Aura.

Motor sport berwarna hitam berhenti di pinggir jalan, perhatian kedua preman teralih.

"Oh, ada pahlawan kemagriban yang datang," sahut Preman lain.

Pemuda tersebut turun dari motor tanpa melepas helm full facenya. Ia tanpa banyak bicara, kakinya menerjang punggung preman yang mencekal tangan Aura.

Brakk

Tubuh si preman ambruk, melihat rekannya tumbang, preman lain maju dan menyerangnya. Lagi-lagi pemuda tersebut berhasil menangkis pukulan.

Sibuk berkelahi dengan salah satu preman, sampai lupa preman yang tersungkur tadi sudah bangkit, ia berjalan mengambil sebuah balok.

Aura yang melihat preman sudah siap memukul punggung sang pemuda. Ia berlari untuk menjadi tameng.

Bugh!

Balok berhasil mengenai punggung Aura membuatnya tersungkur ke depan. Melihat salah target preman mengajak rekannya untuk melarikan diri.

Sang pemuda menghampiri Aura dengan kondisinya setengah sadar. Matanya terlihat sangat khawatir dengan gadis ini.

"Bertahanlah," ucapnya.

Aura sepertinya mengenali suara pemuda di depannya ini. Tetapi ia lupa orang yang mirip suaranya dengan si pemuda.

"Saya akan mengantar kamu pulang," lanjutnya.

Kantong yang berisi belanjaan dan kantong martabak sudah ia tarok di stang motor. Ia membantu Aura untuk berdiri kemudian menuntunnya naik ke motor.

Selama di perjalanan tak ada pembicaraan hanya kesunyian yang menemani keduanya. Suara sang pemuda mengalihkan perhatiannya.

"Beritahu saja di mana rumah kamu," ujarnya.

Aura menunjuk sebuah gang kecil, motor tersebut memasuki gang yang lumayan gelap. Hanya terdapat satu tiang lampu jalan, cahayamya juga agak meredup.

Sampai di salah satu rumah Aura turun di bantu oleh sang pemuda, ia memberikan kantong belanjaan dan kantong martabak kepada Aura.
Belum sempat mengucapkan terima kasih si pemuda sudah melajukan motornya.

"Siapapun lo, gue berhutang budi," ucap Aura.

Ia membuka pintu dan segera masuk ke dalam. Kantong belanjaan ia letakkan begitu saja di atas meja.

Ia menyimpan martabak untuk sarapan besok pagi, tetapi ia lupa tidak ada kulkas. Tak habis pikir, ia meletakkan bungkus martabak di dalam magic com dan menyalakannya agar tidak basi.

Aura merasakan tubuhnya tidak kuat lagi terlalu lama berdiri, ia masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Berharap besok pagi sudah segar kembali.

GALVARA ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang