Chapter 1

1.2K 0 0
                                    

Cinta pertamaku sedang tertidur dengan lingerie merah nya yang sangat nge-jreng, rambut indahnya yang hitam legam tanpa rontok kian mempesona. Kuhirup seluruh tubuhnya, kusentuh kedua pundaknya dan kuelus-elus sambil berbisik, "Yuk sarapan."

Kukemas semuanya kedalam tas kerjaku, lalu aku mandi dan memakai seragam kerjaku. Setelah selesai aku pergi menuju meja makan.

"Semangat kerjanya." ucap calon istriku. Ia terlihat sangat menawan dengan lingerie yang lainnya, yaitu lingerie biru navy dan outer yang baru saja kubelikan sebagai hadiah ulang tahun nya yang ke-24.

Aku langsung bergegas masuk ke mobil 640i gran coupe-ku dan menyalakan AC. "Fuih, betapa panasnya udara di kota Jakarta ini." Pikirku. Disela kemacetan kutonton video dewasa yang tadi malam belum selesai kutonton. Sang perempuan asyik bergoyang diatas sang lawan main, oh alangkah nikmatnya jika permaisuriku ingin melakukan hal tersebut.

Sampai di kantor aku langsung menuju ke arah dispenser air dan mengisi ulang botol minumku. "Mas Nico!" sahut Jeanine, sekretaris pribadi Pak Arfian, "Laporan dua bulan ini ada yang ngaco,  ini yang evaluasi hasil penjualan bulan Mei apalagi!" Sialan, Aryo jancok, aku sedang membantunya menutupi kesalahannya dan ia malah melaporkan diri ke si bos.

Aku langsung menuju ke ruangan Pak Bos dan sesampainya disana aku langsung digampar PLAK! 

"Berani-berani nya kamu diam-diam nolongin si kutu kupret itu." Aku diam saja sembari mengalami ereksi berat.

"Dasar anak muda gak tau diri! Mau jadi apa kamu? kerja kayak orang gak becus!" Sial, aku malah membayangkan jika diriku menjadi pelacur mungil nya Pak Bos. Ugh, otakku langsung membayangkan apa jadinya jika aku cosplay dan beliau mengekang ku dengan rantai kucing.

Siang hari setelah istirahat makan siang dan melaksanakan ibadah Shalat aku pergi ke atap kantor untuk merokok. Tanpa aku sadari ternyata Jeanine juga ikut dan menyalakan sebatang.

"Kenapa lagi? Diputusin? uang bulanan kurang?" tanyaku.

"Ya, gitulah, pak, mana ibu minta transferan lebih, adekku sakit."

Jeanine adalah anak sulung dari keluarga kecilnya dan setiap bulan ia mengirimkan uang yang lumayan banyak untuk menghidupi adik dan ibunya. Perawakannya yang seperti Haerin New Jeans ternyata menyembunyikan banyak sekali pedih dan luka.

"Kamu cantik, lho, dan pekerja keras."

Sialan, aku berucap seperti itu sambil membayangkan apa yang ia sembunyikan dibalik blazer dan kemeja kerjanya. Rok kantor yang ia pakai juga sangat menawan dan menonjolkan lekuk tubuhnya yang petite dengan baik.

"Bapak mah enak, istri cantik, keuangan aman, mobil ada, pakaian rapih, mana ganteng."

What?? dia menganggapku tampan? Alejandro dan hatiku langsung berdenyut kencang.

"Lantas kalau aku enak, kok gak ada yang mau makan aku?"

"Ya lu pikir aja pak, dikira gue kanibal apa?"

Lelucon ini berlanjut pembahasannya.

Sepulang dari kerja aku disambut dengan sepiring Nasi Padang lengkap dengan balado dendeng. Hmm, ara-ara, memang istriku sangat mengerti apa yang aku inginkan. Tetiba saat sedang menyantap roti panggang isi stroberi dan cream-nya, dia nanya, "Yang, kapan nih kita jalan lagi ke luar negeri? Libur atuh."

Romanee-Conti di wine cellar terlihat sangat menggoda, tetapi calon istriku sedang menerapkan No drinking-month karena ia sedang mengandung anakku yang sudah 4 bulan berdiam didalam rahim indahnya.

Lantas aku langsung memutar Vinyl Wu-Tang Clan di record player peninggalan om-ku. Wu-Tang Clan dengan Whiskey ini sangat cocok untuk membuat pikiran santai dan tenang sembari berfikir untuk keesokan harinya.

Aku membayangkan Jeanine menggunakan lingerie set biru muda, wah, rasanya ingin kujamah pinggang mungilnya dan kujilati seluruh tubuhnya, namun sayang, aku tidak bisa onani malam itu.

Antara Hasrat dan Pencapaianku (21+)Where stories live. Discover now