Happy reading.
"Aku mohon jangan gegabah dan selalu memakai alat komunikasi kita, jangan lupa untuk selalu menghidupkan GPS yang ada di jam tangan itu, tak lupa untuk selalu waspada, jangan pernah percaya pada siapapun, karena hanya kamu yang aku kerjakan sebagai mata-mata untuk mafia itu," jelas Jenderal.
"Siap Jenderal!" ucapannya tegas seraya bersikap hormat. Sang Jenderal pun meminta wanita itu keluar. Alexi pun mengundurkan dirinya dari hadapan sang Jenderal. Dia langsung ke ruangannya dan melepaskan baretnya. Alexi langsung mendudukkan dirinya di kursinya dan menghubungi anak buahnya.
Dia meminta anak buahnya untuk terus berjaga-jaga di sekitar dermaga itu dengan menyamar sebagai seorang tukang angkat barang, dari kapal ke truk yang sudah siap mengangkut. Sedangkan Alexi, dia langsung saja membawa baretnya ke arah parkiran.
Wanita itu langsung pulang ke apartemennya, tak lupa juga membeli beberapa pakaian yang pas untuknya menjadi seorang pelacur di club yang pemiliknya adalah orang yang dikenalnya. Dia mendapatkan kabar, mafia itu akan berpesta di club itu.
Ini kesempatannya mencari informasi-informasi terlebih dahulu tentang mafia itu. Setelah mempersiapkan semuanya, Alexi langsung mengendari mobilnya menuju club itu. Sesampainya di sana, wanita itu langsung memasuki ruangan itu. Dia langsung saja menemukan temannya.
"Oh kau, jangan libatkan aku dan anak buahku," ujar Mark saat melihat pakaian Alexi.
"Iyaa, aku tahu, aku tahu, aku hanya mencari informasi tentang mafia itu," balasnya dengan santai.
"Tapi Lexi, aku harap kamu tidak terlalu dalam mencari informasi tentang mereka, karena mereka itu sangat berbahaya, apalagi kalau sampai ketahuan, kau akan mati terbunuh dengan sia-sia." Peringatan dari pria itu membuat Alexi tidak merasa terancam.
"Kau tahu aku kan," balas Alexi. Wanita itu pun langsung memesan red wine kesukaannya ke bartender yang sangat di kenalnya itu.
"Ini wine pesanan anda, nona," ucapnya seraya menyajikan minuman itu di depan Alexi. Wanita itu menerimanya dengan senyuman manisnya. Dia pun menegak wine itu dengan perlahan, dan menikmati setiap wine itu menyentuh kulit yang ada di dalam mulutnya.
Lagu DJ yang menggelegar di seluruh ruangan, dengan beberapa orang yang menari-nari mengikuti alunan musik DJ. Beberapa orang duduk santai di sofa dan kursi yang tersedia. Ada yang sedang bercengkrama santai, ada yang bercumbu dengan para wanita penghibur yang bekerja di club itu.
Tak ada satupun wanita yang berani mendekati seorang pria dengan kemeja putih, lengan di lipat dan dua kancing teratas tidak dikaitkan yang memperlihatkan dada bidangnya. Alexi dengan senyuman dan segelas wine yang ada di tangannya pun mendekati pria itu.
Pria itu adalah seseorang yang menjadi targetnya. Dengan lihai, dia duduk di samping pria itu dan menggodanya. Teman-temannya yang duduk di dekatnya pun tertawa melihat bagaimana kakunya pria itu menerima godaan dari Alexi.
"Siapa namamu?" Tanya salah satu prianya duduk di sofa depannya.
"Rose, tuan, panggil saja Rose," balas Alexi.
"Baiklah Melvin, kami akan memberikan ruang kepadamu, cobalah sesekali mencicipi wanita," ujar temannya itu. Mereka pun menyisahkan Alexi dan Melvin di sofa itu tanpa keraguan.
"Tuan, kenapa tidak di minum wine pemberian saya? Ini buatan saya sendiri spesial untuk tuan," ujar Alexi dengan lembut. Kepalanya menyender ke bahu pria itu dan tangannya yang dengan berani menyentuh dada bidangnya. Wanita penghibur yang melihat itu hanya bisa terdiam dan merasa iba dengan Alexi. Mereka yakin, esok hari akan ada mayat wanita di club itu.
Melvin Axelo Hadley, siapa yang tak kenal dengan pria itu? Orang yang mendengar namanya saja ketakutan setengah mati apalagi mendekatinya. Tak ada wanita manapun yang berani mendekati dirinya. Sikapnya yang kasar dan dingin, serta tak segan-segan membunuh wanita yang berani menyentuhnya.
Dalam hati Alexi, dia merasa senang sekarang, pria itu dengan diam dan tenang menyesap wine pemberiannya itu. Wine yang di bawanya itu sudah ia campur dengan obat yang akan membuat pria itu terpaksa berkata jujur padanya. 'cukup mudah membuatmu terperangkap ke dalam jebakamku'
Tiba-tiba, pria itu menarik rambutnya dan mencium bibir Alexi. Pria itu dengan sengaja membuat wanita itu ikut meminum wine itu. Matanya menatap tajam pria itu. Mau tak mau Alexi menelan wine itu agar pria itu tidak curiga dengannya. Setelah itu, dia langsung berpamitan untuk mengambil wine lagi, karena botol wine yang ada dieja depannya sudah habis.
Dengan segera Alexi berjalan cepat menuju ke tempat bartender beranda. Dia langsung meminum wine yang di berikan oleh bartender itu dengan tergesa-gesa. Hal itu tidak luput dari perhatian pria itu. Senyum tipis terlihat di wajah datarnya. Dia dengan sengaja berbagi wine itu karena ingin tahu apa yang di masukkan ke dalam wine tadi.
Alexi pun kembali dengan dua botol wine itu. Dia langsung meminta maaf telah menggoda pria itu, ternyata pria itulah yang membuat pasta. Dia hanya pendatang yang ingin bersenang-senang. Namun, sialnya dia malah bertemu dengan pria itu. Itulah udah didengar pria itu dari cerita Alexi.
Pria itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dia enggan untuk mengeluarkan suaranya. Pria itu pun mengambil botol wine itu dengan tenang, dia juga membiarkan wanita itu tetap berada di sampingnya sambil meneguk cairan berwarna merah itu.
Keheningan datang diantara mereka berdua, hanya ada suara dentuman musik DJ dan juga sorak-sorak dari beberapa orang yang datang di acara itu. Pria itu membuka ponselnya lalu mengirim seseorang untuk mencari indentitas wanita yang ada di sampingnya dengan segera.
"Siapa namamu?" Tanya Alexi memulai perbincangan.
"Bukankah kau sudah tahu namaku?" Akhirnya pria itu mengeluarkan suaranya.
"Alex? Benarkah itu atau Melvin?"
"Panggil saja Alex, hanya teman-temanku yang memanggilku dengan sebutan Melvin," balasnya datar.
"Oh, baiklah, semoga kita bertemu kembali, aku harus kembali ke bartender itu dan pulang, karena dia akan mengadukan kegiatanku ke orangtuaku," balas Alexi dengan senyuman manisnya yang dipaksa. Wanita itu segera saja ke bartender tadi lalu berbincang-bincang dengan tenang dan berjalan dengan santai ke luar ruangan itu.
Pria yang mengaku Alex itupun menyeringai kecil. Dia langsung terbatuk-batuk. Lalu, merasa tubuhnya mulai panas. Segera saja dia keluar dari club itu dan meminta anak buahnya untuk mengantarkannya ke apartemen. Sesampainya di apartemen, pria itu langsung mengambil obat penawar lalu segera menelannya tanpa minum air putih.
Alex merebahkan tubuhnya di sofa setelah lega meminum obat penawar itu. Dia pun memejamkan matanya dengan menyandarkan punggungnya.
Disisi lain, Alexi juga langsung meminum obat penawarnya ketika sampai di apartemennya. Dia juga terkena efek dari cairan yang dia campur dengan wine tadi. 'cukup teliti juga pria itu, rencanaku gagal, untuk besok jangan sampai gagal lagi,' gumam Alexi dengan sorotan mata tajam. Alexi merebahkan tubuhnya di sofa dan menyalakan ac ruangan itu. Dia sangat-sangat amat merasa panas.
Keesokan harinya, Alex, atau dengan nama asli Melvin, bangun tidur dalam keadaan yang tidak nyaman. Dia merasa senang pusing sekali dan juga sangat lelah. Setelah melepaskan kemejanya, pria itupun memasuki kamarnya dan merebahkan kembali tubuhnya di kasur empuk itu. Namun, seketika dia teringat sesuatu, segera saja dia membuka email dari anak buahnya, lalu membaca pesan email itu.
Dia menatap tak percaya pada tablet yang menampilkan biodata wanita yang ditemuinya tadi malam. Wanita itu seorang tentara wanita yang berpangkat kapten? Dengan marga Smith?
Marga yang tidak terlalu asing baginya, keluarga yang sempat bantai habis oleh anggotanya. Pembantaian Keluarga Smith ternyata menyisakan anak perempuan yang bersembunyi. Seharusnya tadi dia langsung membunuh wanita itu. Wanita yang lahir dari rahim yang sudah berkhianat kepada sahabatnya.
'tunggu bagaimana dia menjadi mata-mata,' monolognya seraya menyeringai lebar. Di dalam otaknya tersusun rencana-rencana yang sangat bagus untuk dilakukannya mempermainkan wanita tentara itu.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey to Hell
AzioneKisah perjalanan Alexi menuju ke tempat terakhirnya. Menghancurkan sebuah organisasi mafia yang telah membantai keluarganya.