[3]

94 8 0
                                    

Sekarang jam pelajaran ke tiga, yang dimana adalah jam pelajaran Matematika. Taufan sangat membenci pelajaran ini, karena bisa dibilang gurunya lumayan killer. Tidak hanya Taufan, tapi banyak murid yang juga tak suka dengan guru itu.

Bayangkan saja, jika kita salah menjawab soal dari guru tersebut, sebagai hukumannya, kita harus berdiri di depan papan tulis, dan akan banyak sorot mata yang tertuju pada kita. jadi, wajar saja banyak murid yang lumayan tak suka dengan gurunya.

"Hari ini pelajaran saya, kan?" Tanya pak Alkar yang baru saja memasuki kelas, dan hanya diangguki semua murid. Taufan menghela nafas panjang, merasa malas untuk memulai pelajarannya. "Lin, pelajaran Matematika sampe berapa jam?" Tanya Taufan kepada Hali yang berada disamping-nya.

"2 jam. Sampai jam istirahat ke dua." Ucapnya tanpa menoleh. Terlibat sangat fokus dengan pandangan yang mengarah kedepan, melihat pelajaran yang sedang diajarkan.

"Bjirlah, lama amat." Gumam nya pelan, tapi masih dapat di dengar oleh Hali. Taufan meletakan kepalanya di meja, memejamkan matanya sebentar yang terlihat mengantuk.

"Jangan tidur, fan. Klo lo ga mau dihukum krena tidur di kelas." Ucap Hali yang terdengar cuek. Taufan yang mendengar itu langsung mengangkat kembali kepala-nya yang terasa berat itu dari mejanya.

Ia menghembuskan nafasnya lagi, terlihat sangat mengantuk di pelajaran yang membosankan ini menurutnya. "Lin, kok lo bisa sih suka sama pelajaran yg membosankan ini?" Tanya Taufan asal.

"Mana gue tau." Balasnya tanpa menoleh.

Taufan menguap, rasa ngantuk semakin memperberat kantung matanya. Halilintar menyadari hal itu, "mending lo ke kmar mandi, cuci muka." Kepala nya menoleh sedikit ke arah Taufan.

Taufan yang sudah tak tahan dengan ngantuknya, akhirnya menyetujui pendapat Halilintar. Ia berdiri dari kursinya, dan berjalan menuju ke meja guru. Untuk meminta izin pergi ke toilet.

Saat sudah mendapatkan izin, ia berjalan keluar dari kelasnya menuju toilet terdekat yang berada di pojok lorong kelasnya.

Saat berjalan saja, Taufan masih sedikit oleng ke kanan dan ke kiri. Rasa ngantuk mulai menguasai seluruh tubuhnya. Entah kenapa, hidupnya seperti tertukar dengan Ice. Lebih sering banyak tidur. Mungkin karena akhir-akhir ini ia lebih sering banyak mengikuti kegiatan yang membuatnya lelah.

Kakinya yang melangkah di setiap lorong, terasa sunyi karena memang tak ada orang lain di toilet itu selain dirinya.
Bau semerbak yang sudah biasa terjadi setiap harinya. Genangan air yang menetes entah dari mana asalnya suara itu. Dan lampu yang lumayan redup karena sebentar lagi akan rusak. Sebenarnya, Taufan agak sedikit takut dengan tempat seperti ini. Tapi jika ia tak cuci muka dengan segera, pak alkar bisa² ngoceh sedari tadi sampai 2 jam karena dirinya. Ia tak mau hal itu terjadi.

Ia berjalan mendekati wastafel dengan cermin yang lumayan besar langsung dihadapannya. Ia melirik cermin sebentar, lalu mengalihkan pandangannya lagi, tak ingin berlama-lama disana.

Ruangan yang terasa sunyi, sekarang tergantikan dengan suara air dari wastafel yang baru saja Taufan nyalakan. Ia fokus dengan kegiatannya. Mencuci muka berulang-ulang, agar rasa ngantuknya hilang.

KREKK..

Suara yang terdengar seperti decitan pintu, yang menandakan ada salah satu pintu kamar mandi yang telah di buka oleh seseorang.

Taufan yang mendengar suara pintu dibuka, menghentikan kegiatannya sejenak. Dan menolehkan pandangannya kebelakang untuk melihat apakah itu orang atau bukan.

"Loh? Taufan? Kamu lagi ngapain??" Ucap orang itu yang baru saja keluar dari kamar mandi yang sekarang sedang menatap Taufan. Rambut yang dimiliki orang tersebut berwarna biru yang hampir menyerupai warna bola matanya. Senyuman-nya juga hampir semanis senyuman Taufan. Umurnya juga lebih tua dari Taufan. Mereka memiliki banyak kemiripan, tapi tak kembar.

ONE OF US IS THE KILLER [ BBB ] || [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang