6 {Gemuruh Petir}

363 19 0
                                    

Sesudah latihan. Bel masuk berbunyi, seluruh anak masuk ke kelas nya masing masing. Begitu juga Zean & kawan kawannya.


















_____________________

*MARSHA*








"Lo tadi ngapain ama Zee, Sha?" tanya Aldo pada Marsha. Karena, jarak yang dekat antara tempat duduk mereka. Aldo berada di belakang bangku Marsha.






Mendengar itu, Marsha tersenyum sampai terlihat gigi gingsul nya. "Gapapa, kenapa emang nya?" tanya balik dari Marsha.






"Oalah, kirain. Btw, kayaknya kalian saling tertarik deh?" tanya Aldo





"Apaan sih? Kaga ya, lo gausah ngada ngada" ucap Marsha







"Udah woeyy, ada guru tuh" ucap Ferrel. Teman sekelas Marsha, Kathrina, Aldo sekaligus pacar Fiony.









______________

Saat jam pulang berdering, langit sangat menghitam, cuaca menjadi dingin, bahkan sampai ada kilatan petir. Sepertinya akan terjadi hujan deras (?).






Melihat cuaca itu, Zean dan kawan kawannya ingin bergegas pulang. Begitu juga Marsha. Namun, ia bingung, supir nya tak bisa dihubungi? Padahal langit sudah se mendung ini, apalagi angin berhembus sangat dingin.






Zean yang masih berada di parkiran motor, yang melihat Marsha sedang menunggu itu. Ia menghampiri nya, sebenarnya ini bukan karena Zean ingin mendekati nya, namun memang cuaca sangat dingin, dan Zean juga khawatir karena seluruh anak sudah pulang dan hanya tersisa guru guru.








"Kenapa Sha? Ada yang salah?" tanya Zean menghampiri yang Marsha.


"Ga kok kak" ucap Marsha.


"Udah nelfon jemputan belum?" tanya Zean lagi



"Tadi nelfon, tapi gada yang jawab" ucap Marsha



"Yaudah, bareng aku mau ga?" tanya Zean



"Ah, gak usah repot repot kak. Aku bisa mesen taxi kok" ucap Marsha menolak. Sebenarnya ia ingin bareng Zean, karena ingin cepat pulang, karena ia takut dengan petir. Namun, ia gengsi atau malu pada Zean.



Zean yang melihat wajah Marsha yang kelihatan malu itu mengatakan. "Udah, gausah malu malu gitu. Ayoo" paksaan dari Zean



"Eumm, yaudah deh" ucap Marsha









___________


Awalnya, hujan masih rintik rintik. Petir juga masih tak terlalu besar. Zean menancapkan gas dengan cepat, agar tak terkena hujan. Tapi, terlambat hujan semakin deras dan deras. Yang membuat Zean terpaksa menepi.









"Kita neduh dulu ya Sha" ucap Zean sambil membelokkan montor nya ke cafe



"Kamu udah makan belum?" tanya Zean



"Belum" ucap Marsha




"Yaudah, sambil makan dulu ya? Kamu pengen apa?" tanya Zean





"Terserah kakak aja deh" ucap Marsha





"Jangan terserah dong, nanti selera kamu sama aku takutnya beda, Marsha" ucap Zean





"Yaudah, mie aja deh kak kalo gitu" ucap Marsha





"Minumnya apa?" tanya lagi dari Zean





"Matcha" ucap Marsha





Zean pun memesan makanan di meja kasir. "Mie nya 2 sama matcha 1, sama greentea nya 1" ucap Zean di meja kasir. "Baik kak, meja nya nomer berapa?" tanya kasir. "Nomer 25" ucap Zean. "Oh baik, silahkan ditunggu" ucap kasir lagi.




Zean pun kembali ke tempat duduk mereka. "Kapan ya hujan nya berhenti?" tanya Marsha sambil memainkan kuku nya.





"Maaf Sha, mungkin kalo aku gak barengin kamu kita gak kejebak" ucap Zean.





"Gapapa kok kak, lagian kalo aku masih disekolah aku sama siapa coba?" ucap Marsha





Gemuruh petir semakin keras, Marsha pun semakin ketakutan. Ia meremas tangan nya yang basah karena petir. Pandangan nya juga beralih terus menerus. Menunjukkan perasaan panik, Zean sudah menebak nya. Dia mengetahui ciri-ciri orang panik, senang, sedih, marah atau yang lain karena ia sering membaca buku tentang psikologi atau mungkin juga karena sifat dirinya sendiri.






Marsha sudah tak tahan, ia ingin memeluk seseorang. Ia sangat berharap ada orang yang ia kenal akan datang seperti Kathrina, Ashel maupun Indah.






DUAARR






Suara gemuruh hujan yang sangat keras, Marsha sudah tak tahan. Ia akhirnya memeluk Zean yang berada di kursi samping nya. Zean yang terkaget, hanya bisa diam. Marsha memeluk nya sangat erat, sampai ia tak bisa bergerak. Hanya tangan nya yang bebas. Zean pun memegang kepala Marsha dan mengelus kepala nya.





"Kenapa Sha? Takut ya?" tanya Zean




"G-gak! Siapa bilang?" ucap Marsha. Ia pun melepas pelukan nya. Namun, Zean masih saja mengelus rambut Marsha.




"I know, Sha." ucap Zean dengan terkekeh kecil. "I know. You're afraid of lightning, right?"



"Y-you know? How you know?" ucap Marsha panik




"Just guessing. just look at your panicked eyes, your hands are wet, your face is anxious" ucap Zean. Setelah ia mengatakan itu, ia membelai rambut Marsha lagi. Entah mengapa ia menjadi sangat menyukai rambut Marsha, mungkin karena sangat berkilau, lembut dan cantik. Seperti orang nya.






"Permisi kak, makanan nya sudah datang" ucap pelayan disana


"Oh iya, makasih" ucap Zean


























Bersambung.....






Segitu dulu, jangan lupa vote dan liat karya ku yang lain!!!

Siapkah Kita Untuk Jatuh Cinta? (Sedang Di Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang