Komet Kuiper di Pantai Pangandaran

48 14 0
                                    

Cahaya terang di sore hari itu membuat pemandangan senja terlihat begitu indah. Ada banyak komet besar berekor biru dilapisi lazuli bercampur cahaya emas yang begitu terang menghiasi senja Indonesia bulan ini, komet Kuiper.

Pemandangan komet di laut Pangandaran ini menjadi saksi awal perubahan besar sepanjang hidupnya dan akan menjadi akhir penjelajahan Bumi bagi Tina.

"Kau sungguh akan kembali?" tanya seorang anak lelaki kecil berumur enam tahun bernetra lapis lazuli, Cangga namanya.

Wanita itu mengendikkan bahu lalu berujar, "Ntahlah, mungkin sekitar tiga puluh delapan tahun lagi aku akan kembali. Menyaksikan kembali pemandangan itu," ujar wanita bertelinga Elf menunjuk langit itu.

"Wahai gerbang penghubung dua dunia, sang penjelajah telah bersuara, tunjukkan pesona indah mu dan berilah petualang baru bagi kami!"

Wanita bertelinga Elf tersebut merapalkan sebuah mantra dengan kedua tangan mengarah pada laut Pangandaran yang mengeluarkan cahaya ungu gelap dari dasarnya dan menghisap sekelilingnya.

Tina sang wanita Elf berjalan tegak menuju gerbang menuju dunia Edgeworth, tempat tinggal nya sesungguhnya. Ia menciptakan gerbang itu dengan tangan sendiri serta hampir keseluruhan mana dalam tubuhnya.

"Kalau begitu, Cangga, mari berjumpa tiga puluh delapan tahun lagi," ujar nya sedikit teriak pada anak lelaki tersebut.

Lambaian tangan Tina sampaikan pada Cangga sebelum gerbang itu menghisap nya sepenuhnya. Mengucapkan selamat tinggal untuk bumi Pangandaran dan juga anak lelaki itu, dalam waktu tiga puluh delapan tahun pasti banyak yang berubah dan pasti anak lelaki itu pun sudah menjadi tua.

Gerbang telah menyerap sebagian tubuh Elf tersebut menyisakan lambaian tangannya, "SAMPAI KAPAN PUN AKAN KU TUNGGU!! Jadi mari kita berjumpa kembali, Chrysalis sang bulan es ku," ujar Cangga memelan pada kalimah akhirnya. Salam berpisahan Cangga lontarkan pada Tina, memandang tubuh Tina yang kian terserap dengan mata berkaca.

'Itu berlebihan Cang,' monolog Tina yang telah terhisap sepenuhnya oleh gerbang.

"Huaa!! Ha!" air mata yang telah ia tahan sejak tadi terlepaskan begitu saja melihat gerbang telah tertutup sempurna menelan tubuh munyil Tina.

Cangga menangis dengan keras di tepian laut Pangandaran.

Anak lelaki bernetra lapis lazuli tersebut mengusap kasar air matanya dan berlari menuju laut tempat gerbang yang sudah tertutup permanen. Ia memukul air laut dengan tangan nya, sebagai pelampiasan nya.

Satinca000 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang