Chapter 3

43 1 0
                                    



Setelah tiba di rumah baru, Zira merasa bingung harus tidur di mana. Selama ini, Icha tinggal bersama kedua orang tuanya dan kakaknya, tetapi setelah menikah, Icha harus tinggal bersama suaminya.

Zira merasa kebingungan, baru pertama kali menginjakkan kaki di rumah keluarga gurunya itu.

"Hmmm, kenapa masih berdiri di sini?" tanya Rayyan pada istrinya.

"Zira bingung, Ustadz, harus ke mana. Saya tidak tahu harus melakukan apa," jawab Zira sambil menundukkan kepalanya.

"Ayo, kita masuk dulu. Pakaianmu sudah semua, kan, dan satu lagi, barang-barangmu sudah semua, kan," ucap Rayyan sambil mencium bibir sang istri di balik cadarnya.

"Barang-barang Zira sudah, kecuali baju tidak dibawa semua, Ustadz," jawab Zira dengan polos.

"Baik, saya akan membelikan pakaian untukmu nanti sore. Kita bisa belanja bersama, oke?" Rayyan menarik tangan istri ke dalam pelukannya.

"Tidak perlu, Ustadz, baju-bajuku masih bagus semua," jawab Zira sambil membalas pelukan suaminya.

"Tidak apa-apa, kita berbelanja untuk keperluan bulanan. Kita tidak tinggal bersama Ummi dan Abi. Kita akan tinggal di rumah pribadi saya. Karena kamu sudah menikah dengan saya, maka kamu memiliki hak atas rumah saya," ucap Rayyan sambil mencium kening sang istri.

"Ustadz," panggil Zira sambil menatap wajah tampan suaminya.

"Icha, sayang," jawab Rayyan dengan penuh kasih melihat wajah polos istrinya.

"Ayo, kita masuk ke kamar," ucap Rayyan sambil membawa istri masuk ke dalam kamarnya.

"Tapi, Ustadz..." jawab Zira sambil menatap suaminya.

"Ayo, bantu saya untuk bersiap-siap," ucap Rayyan.

Ustadz Rayyan membawa Zira masuk ke dalam rumah milik orang tuanya.

Mereka berdua berjalan berdampingan menuju ke dalam rumah.

"Ustadz," panggil Zira sambil mencegah.

"Kenapa, hmm," jawab Rayyan dengan ekspresi gemas melihat sang istri.

"Zira ke asrama saja, ya," bisik Zira dengan cemas karena suaminya agak merajuk.

"Tidak," ucap Rayyan dengan nada datar.

Zira langsung terdiam saat mendengar nada dingin dari suaminya.

"Ustadz," panggil Zira.

"Iya, Sayang, kenapa?" tanya Rayyan.

"Malu, jangan panggil Sayang," bisik Zira sambil menundukkan kepalanya.

"Malu sama siapa?" ucap Rayyan.

"Ada Ummi dan Abi, pasti mereka dengar Ustadz panggil Zira Sayang," jawab Zira dengan polos.

"Hah," ucap Rayyan.

"Udah, ayo masuk, malu," jawab Zira sambil menarik tangan suaminya.

"Iya, Ayang," ucap Rayyan sambil terus menggoda sang istri.

"Ustadz," rengek Zira pada suaminya.

"Hehe, iya, iya, Sayangku," ucap Rayyan sambil mencium bibir sang istri di balik cadarnya.

"Ayo, Masuk." ajak zira kesel melihat suaminya terus menggodanya.

Sementara itu, Ummi Maryam hanya tersenyum melihat anak dan menantunya. Abi Abdullah memperhatikan mereka.

"Mau ke mana, buru-buru? Masuklah," ucap Rayyan sambil terus menggoda sang istri.

"Ustadz, nanti santriwati lain melihat, bagaimana kalau kita bersama?" tanya Zira pada suaminya.

"Tentu saja, itu bagus dong," ucap Rayyan.

"Ih, ngeselin jadi orang," jawab Zira cemberut.

Zira pergi meninggalkan suaminya.

"Dih, ngambek," ucap Rayyan sambil mengejar istri.

"Tidak," jawab Zira dengan ekspresi ngambek.

"Ngambek ya," ucap Rayyan sambil mencium kening sang istri.

"Kenapa sih, jadi Ustadz, ngeselin banget," jawab Zira cemberut di balik cadarnya.

"Ngeselin begini juga tetap tampan kan," ucap Rayyan.

Zira menggeleng-geleng kepala melihat tingkah kedeanan suaminya yang sekarang terlihat serius.

"Siapa bilang tampan jelek, tau," sambung Zira lagi.

"Masa sih, se-seganteng ini," ucap Rayyan dengan penuh percaya diri.

"Jelek tau, jangan gede-geer deh," jawab Zira menatap tajam suaminya.

"Awas, ya, kamu jangan jatuh cinta kepada suamimu yang tampan ini," ucap Rayyan mengancam sang istri.

"Meskipun aku jatuh cinta, bukan karena kegantengan, tapi karena akhlakmu," geram Zira.

"Benar gitu," ucap Rayyan.

"Zira serius," jawab Zira.

"Awas, kalau suamimu didekati wanita lain," ucap Rayyan.

"Kalau mereka mau, silakan saja," jawab Zira.

"Hah, silakan," ucap Rayyan.

"Silakan, hadapi Zira dulu. Atau, ya, Zira mau cari suami baru boleh kan," jawab Zira.

"Hah."

"Kenapa?" tanya Zira.

Ustadz Rayyan tersenyum melihat sikap istri kecilnya itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 06, 2024 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ISTRI DADAKAN USTADZWhere stories live. Discover now