•
•
•Kintan Altheanara Chelby
Skala Arjun Ganeswara
•
•
•happy reading
•
•
•Rintik air disertai gemuruh dan angin kencang memecah keheningan malam yang terasa begitu sunyi di kota Bandung ini, seakan menyeruak kasar masuk ke dalam indera pendengaran Kintan.
Gadis itu bergelung dalam selimut dengan perasaan cemas sembari memainkan handphone, alih-alih mengatasi anxiety yang tengah dialami nya.
Ini sudah biasa ia rasakan jikalau hujan yang turun seolah ingin mengobrak-abrik isi bumi.
Perasaan cemas tiada henti berkobar menggerogoti hati dan pikiran Kintan. Tak jarang ia menangis karena saking merasa takutnya.
Ingatan kelam menakutkan 2 tahun lalu kembali menghantui dirinya seolah memang tak membiarkan Kintan melupakan kejadian itu.
Beberapa kali ia menenangkan diri dengan berbagai cara namun tidak mengurangi perasaan sial yang menganggu ini.
Kintan memberanikan diri untuk turun dari atas ranjang, berniat menuju kamar dimana sang ibu berada.
Matanya melirik sekilas jam weker yang berada diatas nakas, ini sudah pukul 22.30.
Ia ingin memastikan ibunya tetap terlelap meskipun diluar sangat berisik.
Suasana rumah yang terasa begitu suram membuat Kintan tersenyum getir, ia hanya memiliki ibunya sekarang, tak ada saudara, pun tak ada sosok ayah yang 2 tahun lalu masih bersama dengan keduanya.
Kintan mencoba menepis rasa trauma nya, ia tak boleh terlihat lemah didepan sang ibu.
Sejenak ia memandang benda kayu di depan dengan tatapan kosong, beberapa detik kemudian ia tersadar dari lamunan nya, Kintan lantas memutar knop pintu yang diikuti dengan suara deritan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUST BE A HAPPY ENDING
Teen Fiction"Kintan, boleh gue minta nomer hp lo?" "...??" "Cantik." "Ya?" "Lo cantik, Kintan." "Makasih?" "Kak, mau sampai kapan lo perlakuin gue istimewa kayak gini?" "Lo cuman bahan taruhan, Kintan." "....." "Kintan, Kenapa lo hindarin gue terus?" "Udah cuk...