jangan lupa vote and comment
----
Brak! '
Suara gembrakan meja terdengar begitu nyaring di salah satu ruangan di rumah mewah ini.
Dapur, disana suara itu berasal. Terdapat dua pria berbeda usia yang kini terlihat salah satu nya sedang menahan emosi.
"Aku ga mau mas, aku ga mau mengadopsi anak!. " tegas salah satunya
Lalu yang satunya menghela nafas nya, berkata dengan lembut. "Athur, dengerkan mas, kau tahu ini demi dirimu sendiri, psikiater yang selama ini menanganimu juga merekomendasikan ini. "
"Aku ga mau! ga ada yang bisa menggantikan posisi anak aku mas!" Athur tetap dengan pendirian nya. Menolak apapun penjelasan yang lebih tua.
Bara Adhikara atau sang kakak menatap sendu sang adik, merasa kasihan dengan nasib adiknya itu. Setelah kematian anak pertamanya adiknya itu menjadi murung lalu di susul dengan istri dan anak keduanya, hidup adiknya semakin tak berwarna.
Hidup nya seperti tidak ada tujuan, bahkan ia hampir gila. Padahal ini sudah lewat 6 tahun lamanya. Bagaimanapun luka itu akan selalu membekas.
"Dengerkan mas Athur, anak itu tidak akan menggantikan posisi anak-anak mu, anak itu hanya akan menemani dan membantu kau untuk bangkit. Athur... setidak nya kasih sayang yang seharusnya kau berikan kepada anak-anak mu bisa kau berikan kepada anak yang tidak pernah mendapat kasih sayang itu. " ucap Bara panjang lebar berusaha membujuk sang adik.
Athur diam memikirkan ucapan sang kakak, apakah ia harus mencoba untuk menerima orang lain? setidak nya ia tidak terlalu kesepian bukan? tapi... apakah ia mampu?
Tidak itu tidak boleh, tidak boleh ada yang menggantikan posisi anak nya!
"Tapi mas-" sebelum Athur akan kembali memprotes ucapannya terlebih dulu Bara potong.
"Sudah cukup Athur! jika kau tetap menolak mas akan menarik semua saham mas di perusahaanmu!" final Bara
Athur tentu kaget, jika kakak menarik sahamnya bisa di pastikan perusahaan miliknya akan bangkrut. Tidak, tidak Athur tidak mau itu terjadi, perusahaan yang ia bangun dengan susah payah tidak boleh hancur.
"Oke, terserah mas. " jawab pasrah Athur pada akhirnya. Merasa tidak berdaya dengan ancaman itu.
Beberapa hari ini Arthur benar-benar memikirkan tentang anak adopsi itu. Fikiran untuk menerima terlintas dalam benaknya.
Kini waktu itu tiba, waktu dimana anak adopsi nya datang. Sejauh ini semuanya di urus oleh sang kakak jadi Athur tidak tahu menahu tentang anak adopsi nya.
Athur sudah memutuskan untuk mencoba menerima anak angkat nya itu, mungkin itu jalan terbaik untuknya agar bisa keluar dari keterpurukan ini, fikirnya. Lagipula rasanya tidak ada gunanya terus di hantui masa lalu.
Anak itu tiba bersama asisten pribadi nya ---Jev. Karna katanya Bara tidak bisa datang atau menjemput anak angkatnya karna ia harus kembali ke Amerika untuk urusan bisnis sehingga anak angkat nya di jemput oleh asisten nya.
Athur melihat asistennya menggendong anak angkatnya sehingga Athur tidak bisa melihat wajah anak itu karena anak itu menenggelamkan wajah nya di ceruk leher asistennya.
"Kenapa?" tanya Athur pelan
"Tidur. " jawan Jev sang asisten
Jev membawa nya ke arah ruang tamu dan diikuti oleh Athur di belakang nya. Berjalan di belakang Jev dengan penuh penasaran.
eughh
Anak itu bangun perlahan mengangkat kepalanya dengan kesadaran yang masih lemah itu.
Athur tersenyum kala melihat itu, lucu rasanya.
Anak itu membuka matanya segera tatapan mungil itu bertemu dengan tatapan penuh harapan milik Athur. Anak itu menampilkan deretan rapi gigi putihnya, membalas senyuman tulus milik Athur.
Athur melihat manik coklat itu dan seketika senyum nya luntur saat melihat anak itu tersenyum kepada nya.
"senyum itu" gumam nya.
Dan dari situlah semua bencana Elvano dimulai.
-----
sel, 25 juni
tiktok: oowlyou_
makasih yang udah baca chapter ini, mohon perbaikan dari pembaca.
>revisi

KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang luka | On Going
Cerita Pendek!! FOLLOW AND VOTE JIKA MENYUKAI CERITA, ENDING TETAP TROBOS VOTE!! Keterpurukan seorang ayah yang membuat nya mengadopsi seorang anak dari panti asuhan, yang awalnya itu adalah sebuah impian seorang Elvano kini itu menjadi awal penderitaan nya. "s...