Agen - 29

339 35 3
                                    

Roni menggaruk kepalanya. Bingung. Apa yang dilihatnya pagi ini benar-benar membuatnya bingung.

Mau tahu apa?

Abah, Tiara dan Kia datang ke agen!

Oke, bukan masalah besar. Mereka adalah owner Agen Agan. Bos bisa datang kapan aja. Akan tetapi, tidak biasanya mereka bekerja seperti karyawan yang lain.

Abah membantu mengangkat barang yang baru diantar oleh supplier dan Tiara bergabung di kasir dengan Kia yang ada di gendongannya.

Bingung, kan?

Apalagi para karyawan Agen Agan.

Mereka 'kan jadi sungkan kalau Abah ikut bantu-bantu.

"Ron, nih nota—tolong kasih Ilyas." kata Abah seraya memberikan beberapa nota dari kurir yang mengantar barang.

"Iya, Bah." Roni meraihnya dan langsung lari ke ruang karyawan untuk memberikan nota tersebut.

Sekalian gibah.

"Akhir jaman, ini beneran akhir jaman!" ucap Roni heboh dengan ekspresi yang super dramatis. "Ini pertanda aneh."

"Akhir bulan kali, ah. Besok pan tanggal satu." balas Dinda.

"Kagak, Din. Lu kagak ngarti," Roni geleng-geleng.

Ilyas mengulurkan tangannya guna memberikan kode pada Roni supaya memberikan nota itu, "sini, gua mau setoran."

"Abah sama Tante Bunda tuh lagi refleksi. Biarin sih." sahut Dinda ketika melihat ada keresahan di wajah Roni tentang fenomena hari ini.

Ilyas menjentikkan jarinya, "pinter."

"Maksud lu, mereka lagi—intropeksi diri?" tegas Roni.

Dinda mengangguk kecil, "iya kali, gua cuma nebak-nebak aja." katanya, "kagak nutup kemungkinan juga. Si Agan pergi dari rumah emang ngomong ke Abah sama Tante Bunda? Kagak."

"—bisa jadi Abah diminta Tante Bunda buat kerja di agen. Disuruh rasain apa yang Agan rasain selama ini. Mau berbenah," Ilyas sedikit tersenyum. "Mudah-mudahan pada adem, deh. Masa keluarga berantakan gini."

Dinda menganggukan kepala.

"Yang terbaik buat keluarga Abah dan Agan bisa balik ke sini secepatnya."

Roni menghela napas pelan, "ntar kalo Agan betah di Tambun, gua kagak bisa ecengin dia lagi dong ya."

"Yeee, elu!"

"Kagak mungkin kagak balik, dia masih ada urusan kali sama Mbak Gia." cetus Dinda.

Benar juga.

@@@


Agan baru aja bangun tidur di jam setengah 8. Semalam dia begadang bersama Gustaf dan sepupunya yang lain. Abis grill di teras rumah.

Rumah Gustaf pagi-pagi sepi sekali. Emak Rini bilang dari semalam kalau subuh-subuh beliau akan berangkat ke Cileungsi buat hadirin pengajian yang ustadzahnya adalah Mamah Dedeh.

Sementara Gustaf masih molor di kamarnya. Kecuali di ruang tamu ada Aya yang sedang tiduran di kursi dengan laptop menyala di atas meja.

Agan tebak, cewek itu pasti lagi kuliah online.

"—Rahaya Satraningsih, coba jawab pertanyaan nomer 1, Rahaya Satraningsih."

Aya—yang nama panjangnya dipanggil sontak membelalakkan mata. Daritadi dia tidak memperhatikan karena sibuk mengikir kuku-kukunya.

Agen Agan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang