Di kelas dua belas IPA 2, pak Jeno selaku guru Matematika sedang menjelaskan materi. Hampir semua murid yang memperhatikan materi disana merasa bosan dan mengantuk, tetapi mereka tetap memaksakan untuk terus memperhatikan.
Termasuk Nanon, murid yang tergolong pandai itu merasa mengantuk juga ditambah lagi tempatnya yang berada di samping tembok itu membuatnya semakin mengantuk bahkan sudah beberapa kali dia menguap.
Sementara di samping meja Nanon, seorang laki-laki yang sesekali memperhatikan aktivitas Nanon itu tersenyum jahil dan dia berpikir bahwa Nanon pasti tidak akan mengerti materi yang dijelaskan oleh pak Jeno. Dia adalah Ohm.
"Bisa kalian pahami?" tanya pak Jeno yang baru saja menyelesaikan penjelasan materinya.
"BISAA…." jawab murid kelas dua belas IPA 2 dengan serentak, walaupun hanya beberapa orang saja yang mengerti dengan materi tersebut.
Pak Jeno mengambil kembali spidol dan menulis sesuatu di atas papan tulis sana.
"Baik anak-anak karena semuanya sudah paham, ada yang bisa menjawab pertanyaan ini?" tanya pak Jeno sambil menunjuk satu pertanyaan yang dia tulis.
Begitu pak Jeno duduk dan menyimpan spidol di mejanya, dengan cepat Ohm serta Nanon langsung mengacungkan tangannya secara bersamaan.
"SAYA PAK!"
"SAYA PAK!"
Rasa kantuk Nanon yang awalnya sulit dihindari, kini menghilang seketika dan sekarang saatnya berebut soal bersama teman saingannya, yaitu Ohm.
Kedua remaja itu saling menatap dengan sorot mata yang tajam. Ralat keduanya tidak saling menatap tajam, hanya laki-laki yang memiliki lesung pipi itu saja yang melihat Ohm dengan tatapan seperti itu, sedangkan yang ditatap itu hanya tersenyum mengejek (?).
Nanon yang melihat senyuman dari Ohm itu sangat tidak terima, dia mengerti arti dari senyuman itu.
"Jadi siapa yang mau menjawabnya? Ohm atau Nanon?" pak Jeno bertanya sambil berdiri.
"Saya saja pak, Nanon kan sudah dua minggu yang lalu." jawab Ohm.
"HEH! Dua minggu yang lalu udah lama, gue aja!" kata Nanon tidak terima.
Ohm bangkit dari duduknya dan berniat akan langsung mengambil spidol di meja pak Jeno lalu menjawab pertanyaan tersebut.
Nanon yang tidak mau kalah itu pun, ikut bangkit dari duduknya lalu berjalan cepat menghampiri Ohm yang sudah memegang spidol.
Baru saja Ohm akan menulis di papan tulis sana, tangannya sudah di tahan oleh Nanon.
"Gue aja, lo bakalan gak bisa jawab!" ucap Nanon sambil merebut spidol dari tangan Ohm.
Ohm tidak melepaskan spidol itu, dia juga ingin menjawab pertanyaan itu. Dan sekarang terjadilah adegan rebut-merebut spidol.
Teman-teman sekelasnya hanya tersenyum getir melihat pertengkaran antara mereka berdua. Ketika murid yang lain tidak mau menjawab pertanyaannya karena tidak bisa atau takut salah, Ohm dan Nanon malah rebutan.
BRAK!
Pak Jeno menggebrak meja dan seketika kedua remaja yang sedang berebutan itu menghentikan aktivitasnya.
"Kembalikan spidolnya!" Nanon yang sudah mendapatkan spidol itu mengembalikan kepada pak Jeno dengan hati yang kecewa.
"Kalian berdua, keluar." titah pak Jeno.
"Loh? Kok keluar sih pak?" tanya Nanon dengan raut wajah yang terkejut.
"Kalian gak mau istirahat?" pak Jeno malah bertanya balik kepada Nanon dan Ohm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance
Подростковая литератураNanon terpaksa harus menerima kenyataan bahwa dia harus bertunangan dengan musuh bebuyutannya, siapa lagi kalau bukan Ohm Pawat Jongcheveevat atau kerap disapa Ohm. Laki-laki berwajah tampan, angkuh, menyebalkan, dan suka memanas-manasi dirinya itu...