3

53 7 0
                                    


"HELLO EVERYBODY! MANUSIA TAMVAN SUDAH PULANG!" seseorang berteriak ketika masuk ke dalam rumah berlantai dua itu.

Dia adalah Ohm, dia benar-benar menepati perkataan mamanya untuk pulang lebih cepat, tidak seperti tetangga sebelah.

Rumah Ohm dan rumah Nanon saling berdekatan, apalagi di lantai dua atau di kamar Ohm, seperti ada  jembatan yang menghubungkan antara kamar Ohm dan kamar Nanon.

Ralat, bukan jembatan melainkan tempat untuk menjemur pakaian, tetapi keluarga Ohm maupun keluarga Nanon sama sekali tidak menggunakan tempat itu mereka lebih memilih menjemur baju di halaman belakang.

"Kalau masuk itu harusnya salim bukan teriak-teriak gak jelas." omel Davika-- mamanya Ohm.

Dengan sedikit tertawa Ohm menghampiri mamanya yang sedang berada di dapur.

"Moms, kok tumben menyuruh anakmu yang tamvan ini pulang cepat? Terus acaranya kapan?" tanya Ohm sambil menuangkan air putih ke dalam gelas dan meneguknya.

"Ada deh, nanti juga kamu bakal tau. Kalau buat acaranya sih... nanti malam." jawab Davika.

"Ya Tuhan moms! Ini baru jam tiga sore, malam masih lama."

"Ya gapaplah! Mamamu yang cantik ini sangat tau, kalau mama bilang acaranya nanti malam kamu pasti pulangnya lima belas menit sebelum kita berangkat, iya kan?" ujar Davika.

Ohm terkekeh kecil. "Iya sih, yaudah deh kalau gitu Pawat ke kamar dulu. Bye mama cantik." kata Ohm sambil pergi menuju kamarnya.

Ohm berjalan menuju kamarnya sambil bersenandung kecil. Ketika sudah sampai, dia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Kamar yang bernuansa Coklat muda dan abu-abu dengan beberapa poster menempel di dinding, ada juga beberapa sticky note yang berisikan rumus-rumus yang sangat membagongkan.

Jika Ohm membuka jendela kamarnya akan langsung dihadapkan dengan jendela kamar milik tetangga tersayangnya, siapa lagi kalau bukan Nanon Korapat.

Setelah acara tidurannya itu selesai, laki-laki berwajah tampan itu mengambil sebuah gitar berwarna coklat dan mulai memainkannya sambil bernyanyi kecil.

Dirasa sudah cukup memainkan gitarnya, Ohm melepaskan seragamnya karena merasa gerah. Lalu berdiri di depan jendela, dia melihat ke arah kamar sebelahnya. Jendelanya masih tertutup rapat sepertinya pemilik kamar tersebut belum pulang.

Karena enggan memikirkannya lebih baik dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah lengket.

***

Jam sudah menunjukkan pukul enam sore, namun tidak tanda-tanda Nanon akan pulang ke rumahnya. New-- Papa Nanon sudah mengomel-omel anaknya yang belum pulang itu, dia juga sudah menghubungi Nanon namun teleponnya tidak aktif.

"Ish! Anak itu ya!" gerutu New.

Ceklek!

Daun pintu dibuka oleh sang anak dari pemilik rumah tersebut. Begitu dia masuk ke dalam, dapat dilihat dengan jelas wajah seorang lelaki paruh baya sedang menatap tajam dan tidak lupa dengan kedua tangan yang dilipatkan di dada.

"Nanon pulangnya jam lima," celetuk lelaki paruh yang ternyata adalah New.

Nanon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan wajah yang sulit diartikan. "M-maaf Papa." ujarnya.

"Kamu kan yang bilang kalau janji itu harus ditepati? Terus kena--" belum selesai New berbicara Nanon malah berlari dan memeluk Namtan-- bunda Nanon.

"BUNDAAA!!" Nanon menangis di pelukan bundanya.

Bad Romance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang