Setelah semua yang terjadi, Kang Asep akhirnya pulang kampung untuk melihat istrinya yang tengah hamil tua dan akan segera melahirkan. Namun, bayangannya terus terngiang-ngiang dalam pikiranku. Setiap malam, aku teringat bagaimana tubuhnya merespons setiap sentuhanku, bagaimana desahannya membuatku semakin bergairah. Aku merasa ada sesuatu yang belum selesai, sesuatu yang masih menggantung di antara kami.
Suatu malam, hujan badai mengguyur dengan deras. Aku duduk di ruang tamu, mendengarkan suara hujan yang menghantam genting. Tiba-tiba, ada suara ketukan di pintu. Aku membuka pintu dan terkejut melihat Kang Asep berdiri di depanku dengan wajah sedih dan basah kuyup.
"Pak, istri Kakang selingkuh. Ternyata itu bukan anak Kakang," katanya dengan suara bergetar, air mata mengalir di wajahnya yang lelah.
Tanpa ragu, aku mengajaknya masuk dan memberikan pelukan hangat. "Kang, jangan sedih. Aku di sini untukmu," kataku sambil mengusap punggungnya dengan lembut. Aku bisa merasakan betapa hancurnya hatinya saat itu. Kami duduk di sofa, aku membuatkan teh hangat untuknya.
"Ceritalah, Kang. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku dengan lembut.
Kang Asep mulai bercerita dengan suara yang penuh kepedihan. "Kakang baru tahu bahwa istri Kakang sudah lama berselingkuh dengan pria lain. Dan anak yang dia kandung bukan anak Kakang. Rasanya seperti dunia runtuh di hadapan Kakang, Pak."
Aku mengangguk, mendengarkan dengan penuh perhatian. "Kang, sabar. Kang Asep bisa melalui ini. Aku akan selalu ada untukmu," jawabku dengan tulus.
Malam itu, kami berbicara panjang lebar tentang masalahnya. Aku berusaha memberikan dukungan sebanyak mungkin, mendengarkan setiap kata yang dia ucapkan. Dia menceritakan bagaimana hatinya hancur setelah mengetahui perselingkuhan istrinya dan bahwa anak yang dikandung bukanlah darah dagingnya. Aku bisa merasakan kepedihan dalam setiap kata yang dia ucapkan, dan aku mencoba sebaik mungkin untuk memberikan penghiburan.
Namun, semakin malam, suasana semakin berubah. Percakapan kami mulai beralih ke topik yang lebih intim, mengingat kenangan-kenangan yang pernah kami bagi. Kami berbicara tentang malam-malam penuh gairah yang kami habiskan bersama, bagaimana setiap sentuhan dan ciuman membawa kami ke puncak kenikmatan. Aku bisa melihat bagaimana matanya berbinar penuh keinginan, meskipun hatinya sedang hancur.
Tak lama kemudian, kami kembali terlarut dalam gairah. Aku bisa merasakan atmosfer di ruangan berubah, menjadi lebih tegang dan penuh gairah. Kang Asep menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan, campuran antara kepedihan dan keinginan. Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, bibirnya hampir menyentuh bibirku. "Pak, Kakang butuh pelampiasan," bisiknya dengan suara serak.
Aku merasakan getaran gairah yang menjalar melalui tubuhku. Tanpa berpikir panjang, aku menariknya lebih dekat dan mencium bibirnya dengan penuh gairah. Ciuman kami semakin intens, lidah kami saling bertautan dalam tarian yang liar. Aku bisa merasakan desahan halus keluar dari bibirnya, menambah intensitas gairah di antara kami.
"Ahhh, Kang... Akujuga butuh ini," desahku sambil meremas pinggangnya, menarik tubuhnyalebih dekat ke tubuhku. Kami berdiri di ruang tamu, ciuman kami semakin ganas,tangan kami saling menjelajahi tubuh masing-masing. Aku merasakan bagaimana tubuhnyamerespons setiap sentuhanku, setiap desahannya membuatku semakin bergairah.
[Aldi dan Kang Asep memulai dengan saling melucuti pakaian dan menikmati kehangatan tubuh satu sama lain. Mereka berbagi momen penuh gairah, mencium dan menyentuh tubuh masing-masing, hingga akhirnya berlanjut ke berbagai posisi dalam hubungan intim mereka. Setelah melalui berbagai gaya dan eksplorasi, Kang Asep mencapai klimaks beberapa kali, diikuti oleh Aldi. Mereka berdua mencapai puncak kenikmatan bersama, menandakan akhir dari momen intim yang intens dan penuh kepuasan.]
Setelah kami selesai, aku mencium bibirnya lagi dengan penuh kehangatan. "Kang," panggilku sambil menatap matanya dengan lembut. Aku merasakan kehangatan bibirnya, bagaimana setiap sentuhan membuatku merasa lebih dekat dengannya.
"Pak. Terima kasih untuk semuanya," jawab Kang Asep dengan tulus, matanya menunjukkan rasa terima kasih yang mendalam. Aku bisa melihat kejujuran dan kehangatan di matanya, bagaimana setiap momen yang kami bagi berarti baginya.
Di pagi hari yang cerah, aku memeluk erat tubuhnya, merasakan kehangatan kulitnya menyatu dengan milikku. Pagi hari diawali dengan morning kiss yang lembut, bibir kami bersentuhan dengan keinginan yang tak tertahankan. Tanganku menjelajahi setiap lekuk tubuhnya, merasakan detak jantungnya yang semakin cepat. Kami memutuskan untuk mandi bersama, air hangat mengalir di atas kulit kami, menciptakan percikan-percikan gairah. Tubuhnya yang basah menempel pada tubuhku, setiap gerakan penuh dengan sensualitas. Tangan kami saling menjelajahi, tidak ada bagian tubuh yang terlewatkan, dan setiap sentuhan menghasilkan desahan-desahan kecil yang menggoda.
Dalam kamar mandi, uap memenuhi udara, menciptakan suasana intim yang memabukkan. Aku mengguyurkan air ke rambutnya, membiarkan tetesan-tetesan itu jatuh perlahan ke wajah dan lehernya. Setiap tetesan seolah membawa pesan gairah, membuat kami semakin tenggelam dalam momen itu. Tubuh kami bergerak dengan sinkron, mengikuti irama desir air yang mengalir di antara kami. Aku merasakan otot-ototnya yang tegang dan kemudian rileks di bawah sentuhanku, setiap ciuman dan belaian membawa kami lebih dalam ke dalam lautan kenikmatan.
Kang Asep menarikku mendekat, bibirnya mencari bibirku dengan lapar. Kami saling menuntut, mencicipi manisnya pagi yang baru. Tangan kami tidak pernah berhenti, selalu bergerak, selalu mencari. Aku merasakan tubuhnya merespons setiap sentuhanku, getaran kecil yang menyenangkan di bawah kulitnya. Kami menghabiskan waktu dalam mandi itu, tanpa terburu-buru, menikmati setiap detik yang terasa seperti keabadian dalam kebersamaan yang mendalam.
Kami menciptakan rutinitas yang memabukkan. Pagi dimulai dengan sentuhan lembut dan ciuman yang menggoda. Siang hari dipenuhi dengan tatapan penuh arti dan godaan kecil yang hanya kami berdua yang mengerti. Malam tiba dan kami tenggelam dalam lautan gairah yang tak terbendung. Kang Asep tahu bagaimana memenuhi setiap keinginanku, dan aku menikmati setiap kali dia menyerahkan dirinya kepadaku.
Kami menemukan cara-cara baru untuk memuaskan satu sama lain, selalu mencari batasan baru yang bisa kami dorong. Dalam konten videoku, dia menjadi bintang, menunjukkan kehebatannya sebagai TOP yang kuat dan tak tertandingi. Namun, saat pintu tertutup dan hanya ada kami berdua, dia berubah, menjadi milikku sepenuhnya. Aku menikmati kekuasaan itu, merasakan setiap inci tubuhnya merespons perintahku.
Kami berdua berkomitmen untuk tidak saling mengikatkan perasaan satu sama lain, tetapi keintiman yang kami bagi terasa begitu dalam dan nyata.
Kami tahu bahwa hari itu akan datang, ketika kami harus berpisah dan menjalani hidup masing-masing. Namun, hingga saat itu tiba, kami akan terus menciptakan kenangan, terus saling memuaskan, dan terus menikmati perjalanan yang penuh dengan gairah dan cinta tanpa ikatan.
E.N.D
KAMU SEDANG MEMBACA
Kang Asep [END]
Cerita PendekWarning 21+ [Muscle Bottom] Mohon jadi pembaca yang bijak! Sinopsis Cerita: Ketika Kang Asep, seorang pria desa dengan tubuh kekar dan wajah tampan, melamar pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di rumah Aldi, dia tidak menyangka hidupnya akan ber...