Kehilangan

278 15 5
                                    

Hai gimana kabar kalian? 

Semoga sehat semua yaaa.

Maaf updatenya lama...

Happy Reading....

***

Seperti pada umumnya setelah pelepasan pasti murid-murid yang lulus akan libur sambil menunggu jadwal pendaftaran dibuka. Sama halnya dengan 2 remaja ini.

"Nenek Atlan jalan dulu ya sama Gabriel ke pantai." Pamit Atlan saat melawati dapur. Yang di mana di situ ada Karin dan satu pembantu yang sedang menyuci piring.

"Iya hati-hati. Kamu udah sholat dhuzur belum?" Tanya Karin kepada Atlan yang sudah berada di sepedanya.

"Udah nenek, Atlan jalan. Assalamu'alaikum."

"Kita jalan ya nek. Assalamu'alaikum." Pamit Gabriel pada Karin.

"Wa'alaikumsalam. Jangan ngebut-ngehut bawa sepedanya," teriak Karin memperingati.

"Gak kerasa ya bu, den Atlan udah segede ini aja," ujar Sobiah pembantu di rumah Karin.

"Iya, dulu ke sini pas masih kecil," ucap Karin yang menatap ke luar rumahnya.

>>>

Mereka berdua begitu menikmati angin dan desiran ombak. Mereka beraliran sesekali siram-menyiram satu sama lain.

Atlan dan Gabriel duduk di tepi pantai dengan senyuman yang tak luntur dari wajah mereka. Seakan-akan beban hidup mereka telah di bawah oleh ombak.

"Ternyata ributnya ombak lebih menyenagkan dari pada mulut manusia ya," kata Atlan yang menatap air pantai yang ada di hadapannya.

Gabriel menoleh dan mengangguk sebagai jawabanya. Ia pun kembali menatap pantai sambal memejamkan mata untuk menikmati kenyamanan ini.

"Gimana kunjugan orang tua kamu?" Tanya tiba-tiba Gabriel yang masih memejamkan mata.

"Seperti biasanya memberikan uang lalu pulang," lirih Atlan jika mengingat sikap orang tuanya. "Kalau kamu gimana? Apa Ayah sama bunda kamu masih sering kelahi?" Tanya balik Atlan.

Pertanyaan itu membuat Gabriel membuka matanya lalu menatap Atlan dengan mata elangnya. Namun tatapan itu begitu menympan banyak kesedihan.

"Mereka bahkan udah cerai, At. Dan aku ikut ayah pindah," ucap Gabriel dengan nada yang senduh.

"Kamu pindah ke mana?" Tanya Atlan yang sedikit syok.

"Pindah ke perumahan Laksana Mekar dekat SMA Mandara." Jawab santai Gabriel.

Gabriel akan pindah ke Sangatta Utara, di sana adalah pusat kota kecil itu. Sedangkan, Atlan tetap di Sangatta Selatan yaitu, desa di pinngiran kota. Jalan tempuh untuk ke pusat sekitar tiga puluh menit.

"Aku kira kamu mau pindah kemana," ujar Atlan yang sedikit lega. Sebab ia kira Gabriel akan pindah ke tempat yang jauh. "BTW itu juga perumahan tempat ortu aku

tinggal tau," lanjut Atlan.

Tak terasa mereka bermain di pantai hingga sore hari.

"At, udah jam empat nih. Balik yok, kita belum asaran juga." Ajak Gabriel yang melihat arloji di tanggannya.

Atlan dan Gabriel pun bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah sepeda mereka.

Mereka mengayuh sepeda keluar dari Kawasan pantai itu dengan cepat karena sudah sore.

"El, mampir di musollah itu yok buat sholat. Takutnya gak sempat kalua sampai di rumah." Tunjuk Atlan ke sebuah musollah yang dekat dengan pantai tersebut.

Putra Terlupakan  (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang