two

192 17 6
                                    

Fraza menunggu sekitar 15 menit di pintu rumah tapi sayangnya Giona belum nampak. Matahari sudah mulai naik dan nanti siang Fraza juga harus segera pulang atau kalau tidak dia akan diusir dari rumah oleh ayahnya.

Karena tidak sabaran menunggu Fraza bertanya kepada paman dan paman bilang dia juga gak tau karena biasanya Giona pergi gak lama. Akhirnya dengan bermodal nekat tanpa tau jalan Fraza mencari Giona ke pelosok komplek. Sempat beberapa kali tersesat bahkan hampir tidak tahu arah barat dan timur.

"Kenapa tuh anak lama banget sih, kan gue khawatir." batin Fraza hampir menyerah.

"Apa jangan-jangan tuh anak bunuh diri lagi gara-gara omongan gue semalam," ucap Fraza frustasi dan berteriak keras.

Fraza hendak kembali pulang dengan wajah tertekuk lesu sampai Fraza mendengar suara tidak asing di telinga. Sumber suara itu bersalah dari salah satu gang sempit di dekatnya. Akibat rasa penasaran yang tinggi Fraza dengan berani masuk lalu mengintip.

Di sana Fraza melihat seseorang dikenalnya sedang di kelilingi oleh beberapa anak yang tertawa keras. Sedangkan Giona di sana hanya diam menunduk tidak berani mengangkat wajahnya.

"Na lo kenapa nangis dah? Perasaan kita gak kejam kejam amat sama lo." Salah satu dari mereka mendorong bahu Giona sampai Giona mundur beberapa langkah.

"Eh kasian jangan dibully dia kan anak putus sekolah, mending ajari nulis abc atau ngitung duit biar gak bego banget." Satunya lagi menjawab lalu yang lain tertawa keras.

Fraza melihat itu semua merasa kasian apalagi yang dilakukan Giona hanya diam sambil menangis. Tanpa pikir panjang Fraza langsung menerobos menghampiri Giona dan menyeretnya pergi dari tempat tersebut. Anak-anak yang tadi membully Giona seketika marah dan berteriak kesal.

Mereka menghadang jalan untuk pulang membuat Fraza makin marah sedangkan Giona gemetaran meremas lengan Fraza kuat.

"Mau bawa kemana Giona?"

"Bukan urusan lo," sahut Fraza sambil natap sinis.

"Berani banget lo natap begitu ke Nathan!"

"Heh jangan sok pahlawan deh di depan Giona, muka lo kek punya duit aja."

"Oh sekarang si Nana punya temen? Na bilangin temen lo tuh kalau lo itu anak buangan, gak sekolah, gak bisa apa-apa, beban lagi."

"Jaga bicara lo!" Fraza yang sedari tadi emosi mencoba untuk menahan amarahnya agar tidak meluap.

"Wow pahlawan marah!" Seseorang bernama Nathan itu mengekspresikan diri seolah-olah ketakutan sampai dirinya menerima pukulan kuat di pipi kanannya.

Nathan tersungkur sambil menutupi pipinya yang memerah dengan telapak tangan. Menatap marah ke arah Fraza karena berani mukul dia dengan keras. Teman-teman Nathan juga tidak tinggal diam mulai memaki-maki Giona. Sedangkan lainnya bersiap mengambil batu dari jalanan ingin melempari keduanya.

"Mati gue, ngapain juga gue sok jadi pahlawan." Pikir Fraza takut tapi tetap menggenggam erat tangan Giona.

"Lempari sekarang!" Teriak Nathan sampai suara segerombolan bapak-bapak datang mendekat.

"Eh ada bapak gue sialan."

"Lari Nathan lari daripada kena masalah."

Berakhirlah mereka dengan berlari terbirit-birit sementara Giona dan Fraza bersyukur. Fraza segera memeriksa lengan sampai kaki seseorang di belakangnya dan beruntung tidak menemukan sedikit pun luka.

Para bapak-bapak yang tadi datang juga bubar. Memang biasanya mereka berpatroli untuk menjaga keselamatan Giona atas perintah paman Fraza, di sekitar komplek ini Giona sering dianggap sebagai kembang desa. Mereka akan lebih protektif pada Giona dibandingkan dengan anak sendiri setelah meninggalnya Mbak Nilam.

PACAR SEWAAN || FourthGeminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang