Chapter 22: The Vamperia Twins

6 2 0
                                    

"Menyerahlah Arthur kau tidak mungkin bisa melawan kami. Kau itu sendirian dan harus menghadapi kami semua. Menyerah dan menurutlah lalu aku akan mengakhiri hidup mu dengan cepat dan tenang" Ucap Pertel. Arthur yang sudah terluka parah berdiri sambil sempoyongan berusaha menahan kesadarannya agar tidak hilang. "Kau terlalu mengantuk sampai bermimpi seperti itu ya?" Tanya Arthur sambil memegang luka di perutnya yang terus mengalirkan darah tanpa henti. "Lihatlah kondisimu yang menyedihkan itu sendiri dan barulah berbicara seperti itu. Kau tidak bisa menyembuhkan dirimu sendiri kau sudah kehilangan hampir seluruh energi sihirmu dan regenerasi vampirmu tidak akan bisa menyembuhkan luka-lukamu secepat itu. Meski kau abadi kau tetaplah vampir yang memerlukan darah dan bisa mati" Ucap Pertel. "Bukankah saat ini kondisimu juga tidak jauh berbeda dariku?" Tanya Arthur berusaha memprovokasi Pertel.

Ternyata Pertel sendiri juga tidak dapat menghentikan darah yang mengucur tanpa henti di kepalanya. "Akui saja, kau sendiri sebentar lagi juga akan kehilangan kesadaranmu, kan?" Ucap Arthur. "Jangan konyol, kondisiku tak akan pernah bisa disamakan dengan kondisi yang kau miliki. Lihatlah sekelilingmu, apakah aku harus mengingatkan kalau kau sendiri dan aku dikelilingi oleh orang-orang yang siap membunuhmu dan menyembuhkanku?" Ucap Pertel. Yang dikatakan Pertel memang benar, tapi yang dikatakan Arthur juga tidak sepenuhnya salah. Pertel memang dikelilingi oleh orang-orang yang siap diperintahnya dan menyembuhkannya, tapi dia sendiri dan bawahannya sudah hampir mencapai batas. "Matahari sebentar lagi akan terbit dan aku sudah mengetahui keberadaannya, maka dari itu rasakanlah kekalahan yang hampir tidak pernah kau rasakan lagi" Ucap Pertel. Pertel mengarahkan tangannya ke arah Arthur dan menembakkan sebuah bola api ke arah Arthur. Arthur berhasil menghindarinya, tapi bukan dirinya yang diincar Pertel melainkan kalung salib yang dikenakan oleh Arthur. Kalung besi itupun secara perlahan meleleh dan Arthur terpaksa membuang kalung itu. 'Sial sekali aku di witch hunt kali ini, dia mengetahui dan berhasil menghancurkan jimatku. Dengan ini aku tidak akan bisa bertahan jika matahari terbit' pikir Arthur.

"Kau vampir bukan? Tanpa kalung itu yang menjadi jimatmu kau akan terbakar hangus menjadi debu oleh matahari yang akan segera terbit" Ucap Pertel. Kini keadaan benar-benar terbalik. Dari yang awalnya mereka seimbang, kini Arthur benar-benar kalah telak. Pertel pun mulai memprovokasi Arthur untuk memancing dia membakar lebih banyak pepohonan di sana agar kesempatan dia terbakar matahari semakin besar. "Kau mengharapkan aku membakar pohon-pohon ini, ya? Sayangnya itu tidak akan terjadi" Ucap Arthur. Regenerasi vampir milik Arthur mulai bekerja dan luka-luka yang ada ditubuhnya mulai menghilang satu per satu. Pertel tentu saja tidak membiarkannya dan melemparkan pisau yang terbuat dari air untuk menambah lukanya. Arthur kini semakin terpojok dan tidak bisa memberikan perlawanan yang berdampak. "sembuhkan aku!" Perintah Pertel yang dituruti oleh penyihir-penyihir lainnya. "kau tidak seharusnya menantang aku Arthur, mana sikap sombong yang kau miliki di awal tadi?" Tanya Pertel meledek Arthur yang kelelahan.

"Benar juga, aku tidak seharusnya menantangmu" di Ucap Arthur. Pertel yang mendengar itu tersenyum dengan perasaan arogan merasa dirinya telah menang. "Tapi aku harusnya menghajarmu lebih dari ini" Ucap Arthur sambil melesat dengan kecepatan tinggi dan menonjok muka Pertel. Pertel yang menerima tonjokkan itu langsung terpukul mundur dan hidungnya mengeluarkan darah. "Mau selemah apapun aku, aku tetaplah seorang vampir dan kau hanya seorang manusia biasa. Kekuatan fisikmu masih jauh berada di bawah ku, Pertel" Ucap Arthur. "Jangan sombong dulu dasar vampir rendahan" Ucap Pertel yang tersulut emosi. Pertel bangkit dan hendak menyerang Arthur, tapi Arthur dengan sigap menarik pedang miliknya dari sarungnya dan menahan teabasan air yang dikeluarkan oleh Pertel.

Ternyata serangan itu hanya pengalihan dan Pertel langsung memukul perut Arthur yang membuatnya mundur dan memuntahkan darah. "Baiklah, aku benar-benar akan meladenimu sampai salah satu dari kita mati. Aku akan segera menghisap darahmu begitu aku menang" Ucap Arthur. "Majulah, aku tidak takut" Ucap Pertel. "onɿɘɈɘ oɔoυʇ oυɈ li noɔ ɘm ɒ iɈnɒvɒb ɒƨoɔ inϱo ɒɿovib ɘ ɒbɒqƨ ɒim ɒl iiƨ ɈiɿʇI ,omɘɿqυƨ oɈiɿiqƨ o ɘm ɒ inɘiv" Ucap Arthur. Setelah merapalkan mantra itu, pedang Arthur diselimuti api yang membara. Arthur melesat dan menusuk hampir seluruh pasukan yang dibawa Pertel. Hal itu menewaskan mereka, tapi ada juga yang dapat bertahan. Pertel langsung menyerangnya dengan beberapa tetesan air yang mengelilinginya dan melesat menuju Arthur. Entah apa yang dipikirkan oleh Pertel, dia mengarahkan salah satu tetesan air itu ke arah jantung Arthur dan berhasil menembusnya.

Serangan itu anehnya tidak terlalu berdampak hanya seperti luka biasa. "Dasar bodoh, vampir tidak ada yang memiliki jantung" Ucap Arthur sambil fokus menghindari serangan-serangan tersebut. Pertel yang melihat ada kesempatan langsung menembakkan pisau angin yang meledak di hadapan Arthur. Ledakan itu menciptakan sebuah pusaran angin yang bercampur dengan api dang membakar hutan. Pertel merasa dirinya telah memiliki kemenangan yang sempurna. Perasaan itu pada akhirnya menghilang setelah melihat Arthur melesat dengan sayap kelelawar milik vampir dengan pedang berapinya ke arah Pertel. "Kau pikir akua akan mati semudah itu?" Tanya Arthur sambil menusukkan pedangnya diperut Pertel. "Kau pikir aku sebodoh itu?" Tanya Pertel. Arthur melihat ke Pertel yang ditusuknya dan ternyata itu hanyalah sebuah klon.

"Penjarakan dia dengan bola air" Ucap Pertel. Mendengar perintah dari Pertel, para penyihir yang tersisa merapal mantra dan mengurung Arthur dengan bola air yang membuatnya kesulitan bernafas. "Sepertinya vampir juga perlu bernafas walaupun tidak memiliki jantung dan organ lainnya, ya?" Tanya Pertel sambil mendekati Arthur. Arthur segera menyembunyikan sayapnya lagi dan membuat kobaran api di pedangnya membesar dan membuat air yang mengurungnya menguap. "Jangan pernah meremehkan ku " Ucap Arthur sambil menusukkan pedangnya ke jantung Pertel. Kali ini Pertel benar-benar telah mati. Arthur juga membunuh semua penyihir yang tersisa. Menyadari sebentar lagi matahari terbit, Arthur berusaha berlari ke hutan yang masih ditutupi pepohonan. Namun kondisinya yang sudah sangat lemah membuatnya terjatuh dan membuat dirinya terbaring lemas di area yang terpapar matahari. 'Aku sudah kehabisan energi sihir, regenerasi vampir juga tidak akan keburu, sepertinya ini benar-benar akhir dari hidupku'. Ditengah-tengah pikiran Arthur mengenai kematiannya, dia terbayang dengan sosok wanita berambut pirang yang mengenakan sebuah gaun. "Dasar, sampai akhir hidupku pun kau benar-benar tidak bisa berhenti menggangguku ya, Arthuriana. Lagipula, kau memanglah kembaranku yang sangat menyebalkan dari dulu" Ucap Arthur sambil tertawa lalu kehilangan kesadaran. "Kau juga sama menyebalkannya, kakak" Ucap seorang wanita dengan jubah yang menutupi wajah dan tubuhnya. Wanita itu adalah Arthuriana Vamperia, adik kembar dari Arthur dan pewaris ke tiga tahta kerajaan vampir.

"Siapa yang sangka? Ternyata setelah terpisah malam itu kau malah menjadi seorang penyihir cahaya. Padahal kau bisa saja kembali dan mengambil alih kekuasaan para vampir" Ucap Arthuriana sambil melepas cincin yang digunakannya. Dia berjongkok dan memasangkan cincin itu ke jari Arthur dan meninggalkan sekantong darah segar. "Tapi itulah yang harus ada dalam dirimu, maka dari dari itulah kau harus terus hidup. Aku memang tidak bisa memberikan jimat yang lebih baik, tapi setidaknya kau tidak akan terbakar sinar matahari" Ucap Arthuriana sambil berdiri. Arthuriana berubah menjadi seekor kelelawar dan pergi meninggalkan Arthur jauh ke dalam hutan. Dia berhenti setelah cukup dalam di hutan dan berubah kembali ke wujud semulanya. "Apa yang kau inginkan, nyonya Morrigan?" Tanya Arthuriana. Dihadapannya terlihat Alicia Heirlann Morrigan yang tersenyum padanya.

The Morrigan Academy & Children Of HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang