1. 🍂

5 1 0
                                    

🍂🍂🍂🍂🍂

Air mata Alya tak lagi mengalir di pipinya seakan kering tak tersisa sedikit pun setelah sang ibu dikebumikan.

Hari ini lengkap sudah penderitaannya, ditinggal kedua orang tidak dan hidup sebatang kara diusia 16 tahun.

" Alya, ayo siap-siap kita akan berangkat sekarang " ucap Farah sang bibi.

Alya masih tetap diam dalam lamunannya yang kosong.

" Kalo dia tidak ingin pergi dengan kita tidak perlu dipaksa far " ucap ketua Gian suami Farah.

" Tapi mas, Alya tidak punya siap-siap lagi untuk menemaninya. "

" Bibi dan paman silahkan pergi, Alya bisa hidup sendiri dan tidak butuh kalian " jawab Alya dengan wajah datar dan tatapan kosongnya.

" Kau lihatkan, bagaimana keponakan mu itu bersikap dengan kurang ajarnya pada kita " kesal Gian menatap istrinya.

" Sudah lah bi, bibi tau bukan alasanku mengatakan itu jadi pergilah bibi tak perlu mengkhawatirkan hidupku bukankah memang seperti itu dari dulu. "

" Farah ayo kita pergi, biarkan saja anak tidak tau diri dan terima kasih ini " Gian menarik Farah untuk pergi dan meninggalkan Alya seorang dalam rumahnya.

' Kalian berkata aku tidak tau diri dan terima kasih, apa harus aku ingatkan kembali betapa kejamnya kalian ' monolog Alya.

Para tetangga menatap iba pada kehidupan Alya, namun mereka juga tak bisa banyak membantu karena kehidupan mereka yang juga pas-pasan.

Tetangga said:

" Ternyata memiliki saudara dan kerabat yang berada tak menjamin hidup kita akan bahagia juga. "

" Anak sekecil itu harus menghadapi kehidupan yang kelam. "

" Semoga saja dia bisa menghadapi semua ujian dalam hidupnya, dan semoga tak ada hal buruk lagi yang terjadi menemuinya. "

Waktu terus berjalan tanpa bisa kita hentikan, senja yang tenang telah berganti dengan malam yang kelam.

Alya masih setia duduk berjam-jam di rumah tamunya dengan tatap kosong yang masih sama sejak siang tadi.

Sebenarnya sedari tadi beberapa tetangga mendatangi Alya, mereka juga menemani dan memberikan dukungan pada Alya namun tetap saja tak dihiraukan Alya.

🍂🍂🍂🍂🍂

" Al, aku turut berdukacita " ucap Arina sembari merangkul sang sahabat.

" Iya makasih Rin " Alya memeluk sang sahabat.

Arina baru bisa datang hari ini, dikarenakan ia harus pergi bersama orang tuanya saat itu.

" Al, kamu masih lanjut sekolahkan ? kalo emang terkendala biaya aku bisa bantu Al ya walaupun ga banyak aku bisa nanti aku kasih tau ke ayah sama bunda ya " jelas Arina dengan tulus menatap sang sahabat.

" Huuhhh ga perlu Rin, aku mau kamu jadi sahabat aku dan selalu nemanin aku masalah sekolah aku kamu ga usah pikirin. "

Alya yang sudah terbiasa dengan kesendirian dan hidup yang menderita, membuat ia tak takut akan apapun menghadapi hidupnya.

Sang ayah meninggal dunia saat ia kelas 4 SD, hanya tinggal dia dan sang ibu untuk melanjutkan kehidupan.

Sang ibu bekerja serabutan demi memenuhi kehidupan hidup mereka dan sekolah Alya, tidak ada yang mau membantu mereka termasuk saudara dan kerabat mereka.

Namun mereka masih bersyukur, karena para tetangganya masih mau membantu mereka meskipun bukan dalam bentuk uang tetapi mereka terkadang memberikan makanan.

' Ibu tolong doain dan temanin Alya terus ya Bu, walaupun ibu jauh di langit tapi Alya yakin ibu selalu ngelihat Alya disini ' monolog Alya menatap langit malam.

Pagi harinya☀️

" Alya sarapan dulu ibu udah siapin. "

" Iya ibuuu. "

Bayangan itu masih terlihat jelas dan dekat bagi Alya, ia tak menyangka jika sang ibu sekarang benar-benar sudah pergi selamanya dari hidupnya.

Tapi Alya sangat beruntung ia tak lagi menjadi anak yang mudah menangis, karena mulai hari ini ia harus menjadi sosok yang kuat untuk dirinya sendiri.

Sekolah

" Alya akhirnya kamu masuk lagi, semangat dan bahagia terus ya masih ada aku sahabat kamu " ucap Arina dengan senyuman.

Alya hanya membalas dengan anggukan dan juga senyuman manisnya yang kembali terlihat, walaupun masih terlihat guratan kesedihan dan perih.

" Rin, aku minjem catatan kamu ya sama tugas-tugas juga soalnya aku udah beberapa hari ga masuk. "

" Soal itu tenang aja Al sama aku aman " sahut Arina dengan senyuman dan mereka pun menuju kelas.

Jauh diluar kota (Rumah Farah)

" Kamu masih mikirin keponakan kamu itu, buat apa sih anak ga tau sopan santun gitu masih aja kamu pikirin " kesal Gian melihat istrinya.

" Bagaimana pun Alya itu keponakan aku mas anaknya mbak Ratna, aku pasti kepikiran terus sama dia apalagi sekarang dia tinggal sendiri. "

" Kita juga salah sama mereka, waktu mbak Ratna sakit kita ga bisa besuk dia dan bantu biaya berobatnya jadi wajar Alya bersikap seperti itu ke kita. "

" Buat aku itu ga wajah Farah, dan kita ga wajib buat nolong dia hidup kita aja masih gini-gini aja pas-pasan jadi ga usah berlagak kaya buat bantu mereka. "

" Sekarang kalo kamu emang mau urus dia yaudah kamu pergi temui dia dan ga usah balik, satu lagi Hanum sama aku " ancam Gian yang sudah kesal dan muak akan sikap sang istri.

Farah hanya bisa terdiam dan tak mampu untuk melawan perkataan sang suami.

🍂🍂🍂🍂🍂

Kantin

" Kamu yakin udah mau masuk kerja Al ? " ucap Arina dengan tatapan iba pada sang sahabat.

" Iya Rin, kamu tenang aja masa iya kamu ga percaya sama aku " Alya berusaha memberikan senyuman indahnya.

" Yaudah terserah kamu, tapi kalo kamu belum siap buat kerja lagi jangan dipaksain sama satu lagi kalo ada masalah atau kendala apapun kamu harus kasih tau dan cerita ke aku " tegas Arina.

" Baiklah tuan puteri Arina. "

Mereka menikmati makan siang mereka sebelum jam pelajaran selanjutnya kembali dimulai.

Ditengah terik matahari Alya mengayunkan langkahnya menuju rumah sederhana miliknya.

Ia tak memiliki motor, dia hanya punya sepeda butut dan sudah tidak bisa dipakai lagi.

Alya masih beruntung karena memiliki pekerjaan tetap menjadi pelayan disalah satu cafe di kotanya, setidaknya dia punya gaji tetap namun ia masih harus mencari kerja tambahan.

' ibuuu, Alya mau ibu terus jagain Alya ya dari langit ' monolog Alya.


DIBAWAH LANGIT MENDUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang