2. 🍂

2 1 0
                                    

🍂🍂🍂🍂🍂

" Selamat menikmati " ucap Alya memberikan pesanan dengan senyuman.

" Al ? " Friska menatap sendu Alya.

" Iya Fris ada yang bisa aku bantu ?. "

" Ga ga ada kok, aku cuma mau tanya kamu yakin udah mau masuk kerja lagi kan kamu masih bisa libur Al ya. "

" Udah aku gapapa Fris, aku juga ga mungkin berlarut-larut dalam kesedihaan Fris aku gapapa kok " sahut Alya menepuk-nepuk pundak Friska.

' kamu emang wanita kuat Al, aku akan selalu doain yang terbaik buat kamu karena aku yakin hidup sendirian itu berat ' batin Friska menatap punggung Alya yang kian menghilang.

Pukul 20:00 WIB

Alya mengambil jam kerja yang sedikit, dengan gaji yang juga sesuai dengan jam kerjanya.

Karena ia tidak mungkin mengambil jam kerja yang terlalu larut, karena itu akan mengancam keselamatannya.

Sebenarnya ia bisa mengambil mess di cafe ini bersama teman-temannya yang lain, tapi ia tak bisa jauh dan meninggalkan rumahnya begitu saja karena banyak kenangan di rumah itu terutama mengingat sang ibu.

Alya menikmati makan malam seorang diri di meja makan sederhananya yang sudah terlihat tua dan rapuh.

Hanya ada ketenangan yang menemani Alya, ia juga ingin menangis tetapi air matanya terasa begitu sulit untuk keluar bukan karena tak cinta dan rindu pada sosok ibunya.

Namun, ketika ia menetaskan air mata justru rasa rindu dan sakitnya begitu membunuh dirinya sendiri.

🍂🍂🍂🍂🍂

Sekolah

" Gimana udah baikan ? " ucap Arina mendapati tatapan heran dari Alya.

" Aku ga sakit Rin, ngapain ditanya gitu terus ? kalo pun soal ibu aku udah berusaha ikhlas Rin kamu juga ga harus nanya itu terus nanti aku malah keingat juga " sahut Alya.

" Yaudah maaf aku salah, tapi aku cuma khawatir aja sama kamu Al. "

" Hemmm so sweet banget kamu rin, makasih ya aku ga tau gimana balas kebaikan kamu ke aku " Alya merangkul sang sahabat menuju kelas.

" Ga perlu dibalas juga pokoknya kita harus sahabatan terus sampai nenek-nenek. "

" Siap nek Arina. "

" Ga gitu juga Al, aku kan belum nenek kamu juga " ucap Arina sedikit kesal menatap Alya.

" Oke-oke bercanda hehehe. "

Skip>>>>>>>>>>>>

Suasana lapangan basket dipenuhi para penonton dari seluruh siswa, mereka bahkan rela berdesak-desakan hanya untuk menyaksikan latihan basket itu.

Alya melihat siswa yang berlarian menatap heran dengan yang ia lihat, ia tau jika ada latihan basket tapi biasanya tidak seheboh ini.

" Mereka pada kenapa sih Rin ? biasanya kan juga biasa aja orang cuma ngelihat latihan basket kenapa sekarang heboh " Alya menatap siswa yang berlarian.

" Biasanya emang gitu Al ?, tapi sekarang beda karena yang main itu tim kak Alvian kamu taulah siapa kak Alvian ? " jelas Arina sembari berjalan menuju kantin.

" Ohh kak Alvian, anaknya tuan Mahrendra CEO perusahaan terkena itukan. "

Arina memberikan anggukannya.

" Terus kamu ga mau lihat mereka latihan ?. "

" Mau sih malahan mau banget, tapi tau sendiri lah temanku aku ga akan mau ikut " sindir Arina melirik Alya dengan matanya.

" Kamu nyindir aku ya, yah gapapa sih lagian emang bener aku males aja bukannya ga mau. "

" Itu artiya sama aja Al kamu ga mau nonton udah ah yuk jalan kalo ngobrol terus ga nyampe-nyampe kantin kitanya Al. "

Sorakan riuh terdengar di lapangan basket semua penonton menatap para pemain, tetapi mata mereka lebih tertuju pada ketampanan seorang Alvian Mahrendra Hutama.

🍂🍂🍂🍂🍂

Hari ini jadwal Alya untuk piket membersihkan kelas.

" Duluan ya Al " ucap teman sekelasnya itu.

Alya pun mengambil tas miliknya dan meninggalkan kelas, menyusuri lorong menuju gerbang.

Tetapi dipertengahan lorong ia mendengar suara ringisan kesakitan seseorang, ia yang penasaran pun mendekati sumber suara itu.

Dan Alya begitu terkejut saat melihat seorang siswa yang telah babak belur, ia yakin pasti siswa itu korban bully.

Alya mendekati siswa itu dan mengulurkan tangannya untuk membantu.

" Aku bantu berdiri, kita ke UKS. "

Beruntung UKS belum tutup dan masih ada penjaga, siswa itu diobati oleh penjaga dan juga dibantu oleh Alya.

" Selesai. "

" Kamu kenapa sampai begini ? Siapa yang ngelakuin ini ke kamu ? " Alya berucap tanpa henti dan khawatir.

" Terima kasih kamu udah bantuin aku, tapi maaf kamu ga perlu tau soal itu nama aku Dennis. "

"Kita emang baru kenal, tapi aku manusia yang masih punya perasaan dan rasa kasihan ngelihat kondisi seseorang babak belur kayak kamu " Alya merasa kesal dengan sikap siswa itu.

" Nama kamu siapa ?. "

" Alya, yaudah kamu bisa jalan sendirikan kita pulang tapi sendiri-sendiri. "

" Iya lia " sahut siswa itu.

" Panggil aku Al aja ga usah Lia. "

" Aku ga suka panggil itu, aku bolehkan panggil kamu Lia ?. "

" Yaudah terserah kamu deden. "

" Loh kok jadi Deden. "

" Ya terserah aku lah mau manggil kamu siapa, udah ah kelamaan aku balik duluan dahhh. "

' baru kali ini aku ketemu cewe yang mau bantu aku, tapi semoga aja kamu ga kena masalah karena udah baik ke aku Al..... Lia. '

Alya kembali bersiap-siap untuk bekerja, sebelum itu dia menyempatkan untuk membersihkan rumahnya dan juga memasak untuk makan malamnya nanti.

Rasa sepi dan sunyi selalu menjadi sahabat yang menemani Alya sepanjang harinya.

" Al Alya " panggil Friska.

" Iya Fris. "

" Aku mau ngajak kamu jalan-jalan mau ya, habis kita nerima gaji minggu depan ga jauh-jauh kok yang deket aja " ucap Friska dengan senyuman.

" Oke boleh, Kitakan udah lama juga ga pergi main bareng yaudah aku kebelakang dulu ya. "

Friska membalas dengan anggukan dan senyumannya pada sang teman.

DIBAWAH LANGIT MENDUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang