BAB X : In Denial Mode

319 49 31
                                    

Sesuatu menjadi tidak benar tanpa bisa kukendalikan. Hatiku melangkah namun pikiranku menunda, seakan belum percaya. Cara kerjanya tak seirama, mulutku beralasan tapi tingkahku membenarkan. Jangan tanyakan mengapa, karena diriku sendiri tak tahu apa penyebabnya.

 Jangan tanyakan mengapa, karena diriku sendiri tak tahu apa penyebabnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baiklah, baik. Sejak kapan pula kau menurut ketika aku memberikan saran," ucap Jay sarkastik, matanya memandangi Sunghoon yang tengah mematut diri di depan kaca.

"Hmm, tunggu sebentar. Kau sadar kan kalau dia ada di acara itu? Atau perlu aku ingatkan bahwa cinta pertamamu itu adalah seorang desainer terkenal?" 

Kali ini Sunghoon tak lagi bisa menahan kesal karena mulut cerewet Jay yang tak kunjung berhenti mengoceh sejak tadi. Oh, bisakah ia memiliki hari yang tenang tanpa di komentari ini dan itu? Tentu saja Sunghoon tak bodoh apalagi gegabah sampai tak mempertimbangkan hal tersebut. 

"Lalu apakah itu jadi alasan valid agar aku tidak datang ke sana? Lagipula aku sudah membuang perasaan itu sesuai keinginannya. Setidaknya aku harus hadir jika masih ingin ikut ice skating."

Jay hanya tersenyum miring sambil mengambil cemilan jagung miliknya. "Lagipula Tuan Girard begitu menyukainya kan? Dia gadis paling berpotensi untuk menyandang nama Girard. Bukan begitu Mr. Shitty?"

Sunghoon mendadak terkekeh, suara tawanya membuat Jay terperanjat. Bukannya wajah datar dan tatapan dingin, Sunghoon malah terlihat santai sambil menyemprotkan parfum mahalnya.

"Aku rasa tidak ada yang lucu..?" Jay mengernyit. Untuk pertama kalinya dalam hidup selama ia berteman dengan Sunghoon, Jay ingin membawa karibnya itu untuk memeriksa kondisi kejiwaan temannya sekarang juga. Sikap anehnya semakin hari malah semakin di luar dugaan. 

"Bagaimana kalau aku bilang bahwa aku ingin gadis yang memanggilku Mr. Shitty itu untuk menyandang nama Girard?"

Jay terbatuk, ia hampir tersedak cemilan jagungnya. "Kau... sungguh menyukainya? Maksudku ini terlalu cepat... Tidak, bahkan masih kurang dari satu minggu." 

"Tidak ada yang tidak mungkin. Bahkan pada malam yang sama Romeo memanjat tembok kebun Capulet dan mendekati balkon Juliet setelah mereka bertemu pertama kalinya di pesta keluarga Capulet. Besoknya mereka menikah secara rahasia dengan bantuan Friar Lawrence, dengan kata lain pertemuan hingga pernikahan mereka hanya berlangsung sekitar satu hari."

Kedua alis Jay kontan bertaut, "Omong kosong macam apa itu? Sejak kapan pula kau membaca novel roman picisan?"

Sunghoon tersenyum kecil, menatap bayangannya di cermin. "Bukan soal novel picisan, Jay. Hanya saja... aku merasa ada sesuatu yang berbeda dengannya. Aku tak tahu pasti, mungkin ini hanya penasaran. Tapi aku tak bisa mengabaikan perasaan ini begitu saja."

"Sudah kubilang kan kalau kau memilih untuk menyukainya suatu hari ia akan menjadi bom waktu bagimu...," Jay memperhatikan wajah Sunghoon dari cermin. "Jangan bilang karena gadis itu berhubungan dengan Travis?"

Milan, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang